Oleh: Firmansyah
Menghina adalah perbuatan tercela apapun macam dan bentuknya, kepada siapapun di tujukan, minimal itu adalah sebuah kedzoliman kepada sesama hamba dan klimaksnya adalah sebuah kekufuran yang menyebabkan status seseorang berubah dari muslim ke kafir bahkan hukumannya adalah dibunuh tanpa harus diminta untuk bertaubat dan meminta maaf.
Para ulamaโ memasukkan istihzaโ kepada Allah dan Rasul-Nya dalam perkara-perkara yang dapat membatalkan keimanan dan keislaman seseorang, karena mengingat begitu beratnya pelanggaran istihzaโ ini dalam pandangan syarโi maupun dalam pandangan manusia. Dalam pandangan manusia saja dan kasus yang telah terjadi, menghina bisa menimbulkan pertumpahan darah apalagi dalam pandangan syarโi .
Dari itu kita dituntut untuk berhati-hati menjaga lisan kita. Islam telah mengajarkan umatnya agar selalu berkata-kata yang baik dan bermanfaat dan melarang berkata kotor dan menyakiti hati orang lain.
Definisi
Istihzaโ (ุงูุงุณุชูุฒุงุก ) dalam bahasa arab berasal dari kata ูุฒุงุก yang berarti (ุณุฎุฑ ) menghina, mencaci maki, mengolok-olok, mengejek, dan mencemooh.[1]
Sebagaimana dalam pengertian bahasa indonesia yang memiliki padanan kata yang banyak, istihzaโ dalam bahasa arab memiliki padanan kata yang cukup banyak juga. Diantaranya : ุณุฎุฑ, ุดุชู
, ุณุจู.
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah dalam โsharimul maslulโnya memberikan arti istihzaโ : โ perkataan yang dimaksud untuk merendahkan dan meremehkan orang lainโ[2]
Al-hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani juga berkata : โ mensifati orang lain dengan sifat dengan sifat rendah dan hina โ[3]
Hukuman bagi pelaku istihzaโ
Para ulama telah sepakat bahwa pelaku istihzaโ fiddien adalah kafir dan keluar dari agama islam dan hukumannya adalah dibunuh tanpa harus dimintai bertaubat.
Imam Ahmad bin Hambal berkata:โsetiap orang yang menghina nabi Muhammad shallallahuโalaihi wasallam dan mengejek beliau baik muslim ataupun kafir maka dia wajib dibunuh dan saya berpendapat dia dibunuh tanpa harus diminta untuk bertaubatโ[4]
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata :โBarang siapa yang menghina Allah taโala maka dia telah kafir baik dalam keadaan bercanda ataupun bersungguh-sungguh (serius), begitu pula menghina Allah (langsung), atau dengan ayat-ayat-Nya, rasul-rasul-Nya, dan kitab-kitab-Nyaโ.[5]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :โHukuman bagi penghina Allah taโala jika ia muslim maka wajib dibunuh menurut ijmaโ karena perbuatannya menjadikannya kafir murtad dan kedudukannya lebih buruk dari orang kafir asliโ[6]
Perkataan para ulamaโ akan kekafiran orang yang melakukan istihzaโ adalah berdasarkan :
firman Allah taโala.
ููููุฆูู ุณูุฃูููุชูููู
ู ูููููููููููู ุฅููููู
ูุง ููููุง ููุฎููุถู ููููููุนูุจู ูููู ุฃูุจูุงูููู ููุกูุงููุงุชููู ููุฑูุณูููููู ูููุชูู
ู ุชูุณูุชูููุฒูุกูููู {65} ูุงูุชูุนูุชูุฐูุฑููุง ููุฏู ููููุฑูุชูู
ุจูุนูุฏู ุฅููู
ูุงููููู
ู ุฅูู ูููุนููู ุนูู ุทูุงุฆูููุฉู ู
ูููููู
ู ููุนูุฐููุจู ุทูุงุฆูููุฉู ุจูุฃููููููู
ู ููุงูููุง ู
ูุฌูุฑูู
ูููู (66)
Artinya :
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?)65(Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS.at-taubah:66)
Sunnah fiโliyyah Rasulullah shallallahuโalaih wasallam, dimana beliau memerintahkan para sahabat beliau ketika Fathul Makkah untuk membunuh orang-orang yang dulu pernah mencaci maki beliau semasa beliau di Makkah. Beliau juga pernah menawarkan kepada para sahabatnya untuk membunuh Kaโab bin Al Asyraf yang telah mencaci maki beliau. Begitu juga sunnah-sunnah fiโliyyah beliau yang lain.
Atsar para sahabat, diantaranya perkataan Umar bin Khattab t : โBarang siapa yang mencaci maki Allah atau salah satu dari para Nabi maka bunuhlah diaโ.[7]
Minta maaf dan bertaubat?
Orang yang menghina Allah Ta’ala dan dien ini tidak diberi udzur (kesempatan untuk minta maaf dengan alasan tertentu) kecuali karena dipaksa, dan Allah Ta’ala tidak memberi udzur kecuali karena sebab dipaksa dengan syarat hatinya masih mantap dengan keimanan sebagaimana firman Allah
ู
ูู ููููุฑู ุจูุงูููู ู
ูู ุจูุนูุฏู ุฅููู
ูุงูููู ุฅููุงูู ู
ููู ุฃูููุฑููู ููููููุจููู ู
ูุทูู
ูุฆูููู ุจูุงููุฅููู
ูุงูู ููููููู ู
ููู ุดูุฑูุญู ุจูุงููููููุฑู ุตูุฏูุฑูุง ููุนูููููููู
ู ุบูุถูุจู ู
ูููู ุงูููู ููููููู
ู ุนูุฐูุงุจู ุนูุธููู
ูู {106}
โBarang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan) kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dengan iman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran maka kemurkaaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besarโ.(QS.An-Nahl:106) [8]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:โkeimanan yang ada dalam hati seorang mukmin pastilah dapat mencegah keinginannya untuk mengucapkan atau melakukan perbuatan yang mengandung unsur penghinaan dan merendahkan (dien ini)โ.[9]
Jumhur Ulama mengatakan bahwa penghina dien hukumannya adalah dibunuh tanpa diminta untuk bertaubat,[10] berdasarkan dengan nash-nash dari Al-Qurโan, Sunnah, dan Atsar dari para sahabat kecuali sahabat Ibnu Abbas t yang mengatakan:โSetiap muslim yang menghina Allah atau salah satu dari para nabi maka dia telah mendustakan ajaran Rasulullah shallallahuโalaihi wasallam dan itu merupakan bentuk kemurtadan tetapi dia tetap diminta untuk bertaubat terlebih dahulu agar ia bertaubat jika ia tidak mau maka dibunuhโ.[11]
Namun ada diantara para ulama yang berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku istihzaโ biddien tetap diminta bertaubat terlebih dahulu (sebelum dibunuh), jika bertaubat maka tidak jadi dibunuh ada juga yang berpendapat tetap dibunuh karena itulah hukuman bagi orang yang menghina dien sebagaimana perkataan syaikh Abu Al-Hasan Al-Qabisi:โjika dia mengaku lalu bertaubat dia tetap dibunuh karena penghinaannya dan itulah hukuman penghina dienโ.[12]
Demikian pula dengan pendapatnya Abu Basheer[13] bahwa orang yang mencaci Allah Azza wajalla tetap diminta untuk bertaubat terlebih dahulu, dipenjara dan dijatuhi hukuman cambuk yang keras sampai ada indikasi yang menunjukkan bahwa dia benar-benar bertaubat, sehingga nafsu setannya tidak lagi dapat menundukkannya saat dia ia dilanda kemarahan dengan alasan apapun untuk mengulangi kembali perbuatan buruk ini.[14]
Contoh Istihzaโ biddien
Seorang wanita yang bernama Ashmaโ binti Marwan menghina Nabi Muhammad shallallahuโalaihi wasallam dengan syairnya, ketika berita itu sampai kepada seorang sahabat yang bernama Umair bin โAdi t maka pada malam harinya dia langsung menemui Ashmaโ dengan mendobrak pintu rumahnya dan didapatinya Asmaโ sedang menina bobokkan anak-anaknya, ada yang masih bayi yang sedang disusui oleh Ashmaโ namun Umair bin ‘Adi t tidak peduli dengan kondisi itu ia tarik bayi yang masih menyusu pada Ashmaโ lalu menusuk wanita itu dengan sebilah pedang hingga tewas. Setelah shalat subuh Umair menanyakan hal itu kepada Rasulullah lalu beliau bersabda:โBarang siapa yang ingin melihat orang yang menolong Allah dan rasul-Nya maka lihatlah Umair bin โAdiโ.[15]
Bentuk lain Istihzaโ
Ada beberapa bentuk istihzaโ yang lain yang mungkin seseorang terkadang tidak merasa bahwa dirinya telah terjatuh dalam jurang istihzaโini :
1. Istihzaโ kepada Allah Ta’ala
Istihzaโ kepada Allah I secara langsung adalah maklum adanya dan banyak yang mengerti tentang hal itu namun ada bentuk lain yang sangat halus dan tersembunyi yaitu kesyirikan dan segala macamnya meskipun tingkatannya tidaklah separah yang diatas tadi, contohnya menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, meminta dan berdoโa serta menganggap bahwa disana lebih bermanfaat dari pada berdoโa kepada Allah langsung.[16]
2. Istihzaโ kepada Rasulullah shallallahuโalaihi wasallam
Yang termasuk dalam kategori istihzaโ kepada beliau adalah menghina beliau mengunakan isyarat tubuh baik kedipan mata, mengeluarkan lidah, isyarat tangan, gerakan tubuh tertentu atau bahasa tubuh lainnya.[17]
3. Istihzaโ kepada ayat-ayat Allah dan ajaran islam secara umum
Mengingkari sebagian ayat-ayat Allah (Al-Qurโan)[18] tidak menjadikannya sebagai hukum dan mengatakan bahwa al-qurโan tidak lagi relevan dengan zaman. Serta menganggap hukum selain islam lebih baik dan lebih layak dipakai. Dan mereka menuduh bahwa penyebab umat islam terbelakang adalah karena berhukum kepada Al-Qurโan. Mereka mengatakan bahwa hukum potong tangan dan thalaq adalah sebuah bentuk kedzaliman dan tidak berprikemanusiaan. Dan yang termasuk dalam kategori menghina dien ini juga adalah menghancurkan masjid-masjid sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang amerika di Baghdad saat ini.
4. Istihzaโ kepada sahabat nabi
Para penghina dien ini tidak puas dengan menghina al-quโan dan as-sunnah saja tapi mereka juga menghina orang-orang yang memegang teguh ajaran-ajaran dien ini dan para penegak serta penolong-penolongnya meskipun dianggap tingkatannya tidak sama karena tidak langsung menghina pada sumbernya namun diantara para ulama ada yang menyatakan bahwa perbuatan tersebut juga menimbulkan kekufuran.[19]
Padahal nash-nash Al-qurโan dan sunnah telah menetapkan akan keutamaan para sahabat diantaranya adalah firman Allah:
ููุงูุณููุงุจูููููู ุงููุฃููููููููู ู
ููู ุงููู
ูููุงุฌูุฑูููู ููุงููุฃููุตูุงุฑู ููุงูููุฐูููู ุงุชููุจูุนููููู
ุจูุฅูุญูุณูุงูู ุฑูุถููู ุงูููู ุนูููููู
ู ููุฑูุถููุง ุนููููู ููุฃูุนูุฏูู ููููู
ู ุฌููููุงุชู ุชูุฌูุฑูู ุชูุญูุชูููุง ุงููุฃูููููุงุฑู ุฎูุงููุฏูููู ูููููุข ุฃูุจูุฏูุง ุฐููููู ุงููููููุฒู ุงููุนูุธููู
ู {100}
โDan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti dengan mereka dengan baik, Allah ridla kepada mereka dan merekapun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan untuk mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.โ (QS.At-Taubah: 100)
ุนููู ุฃูุจูู ุณูุนููุฏู ุงููุฎูุฏูุฑูููู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนููููู ููุงูู ููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููุง ุชูุณูุจูููุง ุฃูุตูุญูุงุจูู ูููููู ุฃูููู ุฃูุญูุฏูููู
ู ุฃููููููู ู
ูุซููู ุฃูุญูุฏู ุฐูููุจูุง ู
ูุง ุจูููุบู ู
ูุฏูู ุฃูุญูุฏูููู
ู ููููุง ููุตูููููู
Dari Abu Saโid Al-Khudri Radliyallahuโanhu berkata: Nabi r bersabda:โjanganlah kalian menghina sahabatku karena seandainya salah seorang diantara kalian berinfaq sebesar gunung Uhud maka tidak akan dapat menyamai (nilai infaq) mereka satu mud pun atau separuhnya.โ HR. Al Bukhari no.3673 dan Muslim no.221,222.
Hadits marfuโ dari Anas bin Malik bahwasanya Nabi shallallahuโalaihi wasallam bersabda:
ุขููุฉู ุงููุฅููู
ูุงูู ุญูุจูู ุงููุฃูููุตูุงุฑู ููุขููุฉู ุงููููููุงูู ุจูุบูุถู ุงููุฃูููุตูุงุฑู
โsalah satu tanda iman adalah mencintai orang-orang Anshar dan salah satu tanda nifaq adalah membenci orang-orang Ansharโ.HR.Al Bukhari bab. Iman no.10 dan Muslim no.235
5. Istihzaโ kepada para ulama
Membenci dan menghina para ulama karena mereka selalu berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran Al-Qurโan dan As-Sunnah bukan karena sesuatu yang bersifat manusiawi, dan tidak ada yang membenci dan memusuhi mereka kecuali orang-orang munafiq dan orang-orang kafir sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qurโan:
ุฒูููููู ูููููุฐูููู ููููุฑููุง ุงููุญูููุงุฉู ุงูุฏููููููุง ููููุณูุฎูุฑูููู ู
ููู ุงูููุฐูููู ุกูุงู
ููููุง ููุงูููุฐูููู ุงุชููููููุง ููููููููู
ู ููููู
ู ุงููููููุงู
ูุฉู
โ kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang- orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka kelak pada hari kiamat…โ QS.Al- Baqarah: 212
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali ketika mensyarah hadits Abu Dardaโ t beliau berkata:โsesungguhnya yang membenci orang-orang yang beriman dan berilmu adalah hanyalah pendosa bangsa jin dan manusiaโ.[20]
Diantara para ulama ada yang menghukumi kufur perbuatan menghina para ulama karena keulamaan mereka,[21] karena mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah untuk menegakkan dien ini di muka bumi.
Penutup
Dari uraian di atas jelaslah sudah bahwa permasalahan istihzaโ bukanlah perkara yang sepele dan remeh. Oleh karena itulah perkara ini membutuhkan perhatian yang cukup serius. Bayangkan yang paling kecil saja adalah sebuah bentuk kedzaliman yang Allah I tidak akan mengampuni dosa antar sesama muslim jika tidak meminta maaf langsung kepada yang didzalimi. Sedangkan bentuk yang terbesar adalah sebuah kesyirikan yang balasannya kekal di neraka jika tidak bertaubat sebelum mati, yang kedua-duanya adalah sama-sama dosa besar.