Oleh: Firmansyah, Lc
Setali mata uang, jihad dan dakwah islamiyah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan antara keduanya. Dakwah tak dapat tegak tanpa jihad dan jihad tak akan ada tanpa dakwah. Mencoba menghilangkan salah satu dari keduanya sama saja memisahkan ruh dan jasadnya. Ruh tanpa jasad tak akan terlihat wujudnya dan jasad tanpa ruh takkan dapat tegak.
Sesungguhnya Allah menegakkan agama islam dengan hujjah (bukti) dan pedang. Mencoba mengkaji lebih dalam akan kita dapati jihad memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dakwah islamiyah. Di antaranya:
Melindungi kebebasan penyebaran dakwah
Perang dalam islam bukanlah alat atau saran untuk menyebarkan dakwah, tetapi untuk melindungi kebebasan penyebaran dakwah. Sebab penyebaran dakwah hanya dengan kekuatan berarti merupakan pemaksaan. Allah berfirman: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS. Al Baqarah: 256)
Andaikata penyebaran Dienul Islam dititikberatkan dengan pedang dan ombak pengikutnya, niscaya kekuasaannya akan lenyap dari hati seiring dengan lenyapnya kekuasaan daulahnya dan saat mereka dikalahkan.
Akan tetapi perang dalam islam adalah melindungi akidah, melindungi kebebasan penyebaran dakwahnya kepada umat manusia, menolak agresi dari luar terhadap negeri-negeri islam.
Sesungguhnya Allah menjadikan jihad sebab untuk menegakkan agama ini dan sebab untuk kebaikan bumi. Allah berfirman:
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ (البقرة: 251)
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.“ (QS. Al Baqoroh: 251)
Allah juga menjelaskan bahwa kalau bukan jihad kaum muslimin kepada orang kafir tentu akan rusak bumi ini dan mereka akan menghancurkan masjid-masjid Allah. Allah berfirman:
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (الحج: 40)
“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj: 40)
Lantas bagaimana mungkin sebab utama untuk menegakkan agama dan perbaikan bumi ditolak?
Allah mengutus rasul-Nya dengan kitab dan Allah menurunkan besi untuk menjaganya.
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadiid: 25)
Menafsiri ayat tersebut Ibnu Katsir berkata: “Dan Kami jadikan besi untuk memaksa bagi yang enggan terhadap kebenaran dan menentangnya setelah tegaknya hujjah atasnya. Oleh karenanya Rasulullah saw menetap di Makkah 13 tahun setelah nubuwah. Diwahyukan kepada beliau surat-surat Makiyah. Semuanya berisi untuk mendebat kaum musyrikin dan penjelasan tauhid, dan dalil-dalilnya. Maka ketika hujjah telah tegak atas mereka maka Allah menyariatkan hijrah dan memerintahkan jihad dengan pedang untuk memenggal leher-leher mereka yang menentang al-Qur’an, mendustakannya serta memeranginya.[1]
Kemudian beliau menyitir sabda rasulullah `:
عن ابن عمر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “بُعِثتُ بالسيف بين يَدَي الساعة حتى يُعبَد الله وحده لا شريك له، وجُعِل رزقي تحت ظِلّ رُمْحي، وجعل الذلة والصِّغار على من خالف أمري، ومن تَشبَّه بقوم فهو منهم”
Dari Ibnu Umar, Rasulullah ` bersabda: “Aku diutus dengan pedang di akhir zaman sehingga hanya Allah semata yang disembah tiada sekutu baginya, dan dijadikan rizkiku di bawah baying-bayang tombakku, dan dijadikan kehinaan dan kekerdilan bagi siapa yang menyelisihi urusanku. Dan barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka.” (H.R. Ahmad 2/92. Dishohihkan Albani)
Ibnu Qoyyim berkata tentang pengutusan nabi saw: “Dan dia mengutusnya dengan kitab yang memberi petunjuk dan pedang yang menolong di akhir zaman sehingga Allah semata yang disembah dan tiada sekutu baginya. Dia telah menjadikan rizqinya di bawah bayang-bayang pedang dan tombaknya.”
Allah memerintahkan kaum muslimin melakukan I’dad (mempersiapkan diri) untuk melawan kuffar dan menakut-nakuti mereka. Seandainya islam tidak tersebar kecuali karena dakwah lantas apa yang ditakuti orang-orang kuffar? Apakah hanya dengan lesan saja?
Imam Bukhori meriwayatkan bahwa rasulullah saw bersabda: “Aku diberi 5 hal yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumku: “Aku ditolong dengan rasa takut (yang ditimpakan di hati musuhku) dalam jarak perjalanan (yang jauhnya) sebulan…”[2]
Apakah kaum kuffar akan takut ketika dikatakan kepada mereka masuk islamlah! Apabila kalian tidak masuk islam kalian bebas! Ataukah mereka akan takut ketika diancam dengan jihad, membayar jizyah, ataupun kehinaan? sesungguhnya inilah yang menjadikan mereka masuk islam. Inilah makna penyebaran islam dengan jihad. Pun, inilah tujuan dari peperangan yang dilakukan rasulullah `. Dalam shahih Muslim dari Baridah bahwa rasulullah ` memerintahkan panglima untuk memimpin pasukan atau sariyah.beliau mewasiatkan -khususnya- wasiat taqwa dan mendoakan kaum muslimin kebaikan. Kemudian beliau bersabda: “Berperanglah dengan nama Allah di jalan Allah, perangilah mereka yang mengkufuri Allah, berperanglah dan jangan berlebihan, jangan menyelisihi janji, jangan mencincang, jangan membunuh anak-anak. Dan apabila kalian bertemu orang musyrik serulah dengan 3 perkara. Maka manapun pilihan mereka terimalah dan tahanlah diri kalian dari mereka. Serulah mereka untuk pindah dari negeri mereka menuju negeri muhajirin. Kabarkan kepada mereka apabila mereka melakukannya maka mereka mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana kaum muhajirin. Apabila mereka enggan pindah dari sana maka kabarkan bahwa hukum yang diterapkan atas mereka sebagaimana yang diterapkan atas orang-orang mukmin. Mereka tidak mendapatkan ghonimah dan fai’ sedikitpun kecuali mereka berjihad bersama muslimin. Apabila mereka enggan maka tanyalah tentang jizyah. Apabila mereka menjawabnya maka terimalah dan tahanlah diri kalian dari mereka. Apabila mereka menolaknya maka mintalah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka….”
Sesungguhnya shahabat menyatakan bahwa tujuan jihad mereka adalah untuk menyebarkan islam. Sebagaimana dari Mughiroh bin Syu’bah dan Rib’I bin Amir gmereka menjelaskan apa yang membawa mereka sampai ke negeri persi tidak lain karena meninggikan kalimat Allah dan mengeluarkan manusia dari peribadatan manusia kepada manusia menuju peribadatan manusia kepada Pencipta manusia.
Begitu juga yang dilakukan Uqbah bin Nafi’ t ketika di Thonjab. Dia membawa kudanya melewati air hingga mencapai dadanya. Diapun berkata: “Ya Allah, saksikanlah aku telah mengerahkan segenap kemampuanku. Kalau bukan karena laut ini tentu aku akan melewati negeri-negeri. Aku akan memerangi mereka yang mengkufurimu hingga tiadalagi yang disembah selainMu.”
Sejarah mencatat bagaimana dakwah rasulullah `. sebagaimana diceritakan Ibnu Hazm: “Beliau tinggal di makkah 13 tahun dan tidak ada yang menjawab seruan beliau kecuali kurang dari 100 orang. Kemudian beliau hijrah ke Madinah dan menetap di sana hingga perang Uhud dan jumlah mereka tidak lebih dari 1500 orang. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhori dari Hudzaifah bahwa rasulullah ` bersabda: “Tulislah untukku siapa yang menyatakan masuk islam. Maka kamipun menulisnya dan jumlahnya 1500 orang. Maka kami bertanya apakah engkau takut dengan jumlah kita yang 1500? Sungguh kami telah mengalami bagaimana kami diuji sehingga seorang laki-laki shalat sendirian dalam keadaan takut.
Maka tatkala Rasulullah ` bersama para shahabat islam banyak melakukan ekspansi, islam tersebar dengan luas dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini terbukti dengan catatan sejarah. Ketika rasulullah ` berangkat menuju perang Tabuk jumlah pasukan yang turut serta mencapai 30 ribu personil. Sedangkan ketika beliau melaksanakan haji Wada’ jumlah kaum muslimin yang turut wukuf di padang Arofah mencapai 100 ribu hingga 130 ribu jamaah. Belum lagi ditambah mereka yang tidak berangkat haji, yang tidak diketahui secara pasti jumlahnya. Tidak diragukan lagi penyebaran dakwah ini dengan Jihad (tentunya dengan kehendak Allah).
Maka benarlah perkataan syair:
دَعَا اْلمُصْطَفَى دَهْرًا بِمَكَّةَ لَمْ يُجَبْ وَ قَدْ لاَنَ مِنْهُ جَانِب وَ خِطَاب
فَلَمَّا دَعَا وَ السَّيْفُ صُلَّتْ بِكَفِّهِ لَهُ أسلموا و استسلموا و أنابوا
Rasul Musthofa menyeru sepanjang masa di makkah namun tidak jawab.
Padahal beliau telah lemah lembut dalam menyeru
Maka ketika dia menyeru dengan pedang terhunus di tangannya
Mereka masuk islam, berserah diri, dan kembali
Kisah lain yang menunjukkan pengaruh jihad dalam penyebaran dakwah adalah kisah Abu Bakar dalam menghadapi kaum murtadin. Ketika rasulullah ` wafat banyak yang murtad kecuali penduduk masjidain -masjid nabawi dan masjidil haram-. Abu Bakar pun bertekad untuk memerangi mereka walaupun sendirian. Namun, seluruh shahabat menjawab seruannya. Maka dalam kurun waktu dua tahun tersebar islam di seluruh penjuru jazirah arab.
Ibnu Katsir mengisahkan kejadian tersebut -terjadi pada tahun 12 Hijriah-: tahun ini dimulai dengan diutusnya pasukan as Shiddiq dan para amirnya untuk memerangi mereka yang murtad. Mereka berjalan ke arah kanan dan kiri untuk membentangkan pilar islam dan menerangi thaghut dari manusia hingga kembali ke agama ini setelah sebelumnya pergi. Kebenaran pun kembali ke tempatnya dan terbentanglah luas jazirah arab. Maka yang jauhpun seakan dekat.”
Khotimah
Beginilah dakwah dan jihad yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Sebuah keniscayaan bahwa penyebaran dakwah haruslah didukung dengan jihad di belakangnya. Suatu kemustahilan dakwah islamiyah akan tegak tanpa adanya dukungan kekuatan.
Referensi:
Ahammiyatul Jihad fi nasyri da’wah al islamiyah wa rod ‘ala thawaif adh dhollah, Dr. Aly bin Nafii’ al ‘Ulyani, Dar Thayyibah, Cetakan Kedua: 1416 H/ 1995 M,
Wajah baru dunia Islam,
Rasulullah Sang Panglima, Mahmud Syeit Khaththab, Pustaka Al Alaq, Cetakan Pertama: Dzulqo’dah 1422 H/ Februari 2002 M.
Tafsir Ibnu Katsir, Imam Hafidz Abi Fida’ Ismail bin Katsir al Qurasyi Ad Dimsyaqi, al Maktabah al ‘Asriyah, cetakan ketiga 1420 H/2000M.
Shahih Bukhori, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhori al ju’fi, Darus Salam, Cetakan Pertama: 1417 H/ 1997 M.
[1] Tafsir Ibnu Katsir, 4/283
[2] H.R. Bukhori, Kitab Tayammum, bab. Apabila tidak mendapatair dan tanah, 336