Tugas Terbesar Alumni Ramadhan
Oleh Syamil Robbani (Staff Pengajar Ma’had Aly An-Nuur)
اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّبِّ الْعَظِيمِ، الْإِلَهِ الرَّحِيمِ الْكَرِيمِ، لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ، وَلَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ، وَبِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ، وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ، عَلَانِيَتُهُ وَسِرُّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِينُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ؛ الذي فرض الصِّيَامَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ، وَجَعَلَهُ مِنْ شَرَائِعِ الدِّينِ، وَرَتَّبَ عَلَيْهِ الْأَجْرَ الْعَظِيمَ نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيرًا، وَنَشْكُرُهُ شُكْرًا مَزِيدًا
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ؛ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ؛ صلَّى اللهُ عليه وعلى آلهِ وصحبِهِ الكرامِ والتابعينَ لهُم بإحسانٍ إلى يَومِ القِيامةِ، وسَلَّمَ تَسليمًا كثيرًا
فَيَا أَيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ اَّلذِيْنَ رَضُوْا بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلِإسْلامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُؤْمِنُوْنَ اْلمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ عَزَّ مَنْ قَائِل
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا`يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمً
وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هو الْغَفُوْرُ الرَّحِيمُ
Khutbah Pertama
Download PDF di sini.
Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Tidak ada kalimat yang paling pantas untuk diucapkan seorang hamba pada momentum mulia di pagi ini melainkan kalimat hamdalah. Kita ucapkan sebagai bentuk syukur atas beribu kali nikmat Allah yang kita rasakan, sehingga kita bisa hadir dan menikmati kebahagiaan Idul Fitri bersama orang-orang yang dicintai.
Pada hari yang mulia ini, kami haturkan doa
تَقَبَلَ الله مِنَّا وَمِنْكُم
“Semoga Allah menerima amal shalih kami dan anda sekalian.”
Semoga shiyam kita, sujud kita, tilawah kita, sedekah kita, dan amal shalih lainnya diterima serta menjadi catatan amal kebaikan yang memberatkan timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Amin ya rabbal ‘alamin.
Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Pagi hari ini kaum muslimin berkumpul, bertakbir, bertahmid, bertahlil serta bergembira untuk memenuhi panggilan Allah yang mulia ini. Tentu dengan menyambut kabar gembira berupa kemenangan pada hari Idul Fitri, yaitu kemenangan setelah satu bulan penuh kaum muslimin berjuang menahan hawa nafsunya demi mengharap pahala, ampunan serta ridha-Nya.
Takbir, tahmid, serta tahlil yang diserukan kaum muslimin adalah sebagai bentuk syukur atas anugerah kemudahan untuk melaksanakan kewajiban yang agung berupa berpuasa di bulan Ramadhan.
Sebagaimana Allah berfirman
وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
“Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Di sisi lain kaum muslimin semua juga berharap, berdoa, dan menginginkan untuk menggapai kemenangan puncak nanti. Yaitu ketika kita semua berdiri menghadap-Nya dengan membawa tabungan pahala puasa serta amal ibadah lainnya yang kita usahakan pada bulan Ramadhan ini.
Sebagaimana sabda dari baginda Rasul yang diriwayatkan Muslim
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ؛ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Bagi orang yang berpuasa itu mendapatkan dua kebahagiaan; Bahagia ketika berbuka puasa dan Bahagia ketika berjumpa dengan Rabb-Nya.” (HR. Muslim)
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata bahwa seorang hamba akan Bahagia ketika mendapati tabungan pahala puasa di sisi-Nya. (Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab, 157)
Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
“Setiap pertemuan pasti ada perpisahan” merupakan kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi kaum muslimin saat ini. Kita semua baru saja berpisah dengan tamu yang agung ini, bulan yang dipenuhi dengan kebaikan, rahmat, dan ampunan-Nya. Maka beruntunglah orang yang beruntung dan merugilah orang yang merugi.
Sungguh momentum Ramadhan telah mengajarkan kita untuk mengenal Allah, mendekat dengan sedekat-dekatnya, serta berharap hanya kepada-Nya. Ramadhan juga hadir sebagai sarana untuk membentuk pribadi takwa yang ihsan pada diri seorang muslim.
Ingatlah! Hari ini kaum muslimin resmi telah menjadi alumni madrasah Ramadhan yang ditempa selama kurang lebih sebulan lamanya, Kita semua benar-benar diharapkan menjadi sosok pribadi yang bertakwa sepanjang masa, bukan hanya pada Ramadhan saja, tapi bertakwa di mana pun dan kapan pun.
Maka tugas terbesar para alumni selanjutnya adalah istiqamah. Konsisten dalam menjalankan setiap amal ibadah di luar bulan Ramadhan. Jangan sampai kita hanya mengenal Allah hanya saat Ramadhan saja.
Sebab, celakalah orang-orang yang mengenal Allah hanya saat Ramadhan saja untuk kemudian setelah itu dia berpaling seolah olah tidak pernah mengenal-Nya.
Sebagaimana nasihat yang disampaikan oleh seorang ulama saleh terdahulu yaitu Bisyr Al-Hafi,
بِئْسَ القَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا
“Seburuk-buruk kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang saleh yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun” (Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab, 222)
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Sungguh, pemandangan yang menyedihkan ketika kita jumpai masjid-masjid kaum muslimin yang pada Ramadhan kemarin penuh dengan jamaah kemudian kembali menjadi sepi setelah berlalunya Ramadhan.
Masjid yang sebelumnya bergemuruh dengan lantunan merdu dari ayat-ayat Al-Quran, makmur dengan berbagai program masjid, serta dihiasi dengan kegembiraan anak-anak TPA kemudian menjadi sepi kembali, kosong, dan hening, kecuali hanya beberapa jamaah saja.
Lantas mengapa manusia kembali sibuk dan lalai dengan dunia mereka, padahal telah merasakan manisnya ibadah pada bulan suci Ramadhan?
Ini semua karena mereka lalai dari tugas terbesar selanjutnya sebagai para alumni Ramadhan. Tidak lain dan tidak bukan adalah istiqamah.
Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Syeikh Muhammad Husain Al-Mishri memberikan nasihat berkaitan dengan amaliah seorang muslim selepas Ramadhan yang dituliskan pada bab terakhir di penghujung kitabnya “Asrâr Al-Muhibîn fî Ramadhân”.
Beliau memulai nasihatnya dengan kisah singkat, yaitu ketika para sahabat berpisah dengan baginda Rasulullah ﷺ. Ketika itu semua sahabat menangis sedih, berduka, bahkan sebagian berputus asa seolah tak percaya bahwa mereka akan ditinggal oleh sang kekasih yaitu Rasulullah ﷺ.
Saat keadaan semakin larut dalam kesedihan, sahabat mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq berdiri tegak seraya berkata
أَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ
“Wahai manusia! Barangsiapa diantara kalian yang menyembah Muhammad ﷺ , maka ketahuilah Muhammad telah meninggal dunia dan barangsiapa yang menyembah Allah, ketahuilah sesungguhnya Allah itu hidup selamanya tidak akan mati.” (Sirah Nabawiyah, Ibnu Katsir,3/61)
Maka wahai jamaah sekalian! Ketahuilah bahwa siapa saja yang menyembah Ramadhan maka Ramadhan kini telah berlalu dan siapa pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah hidup selamanya dan tidak akan mati.
Bukankah Allah yang kita sembah pada Ramadhan adalah Allah juga yang yang kita sembah pada bulan-bulan lainnya?
Bukankah seharusnya puasa kita selama satu bulan penuh itu memberikan pengaruh kebaikan setelah bulan ini berlalu?
Lalu setelah itu semua, apakah kita hanya diperintah untuk bertakwa hanya sebatas pada bulan Ramadhan saja? Tentunya tidak!
Ketahuilah bahwa Allah berfirman
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” (QS. Al-Hijr: 99)
Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sesuatu yakin tersebut adalah kematian. (Taisîr Karî Ar-Rahmân, As-Sa’di,435)
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Amal shalih yang kita lakukan di bulan Ramadhan tidak boleh terputus dengan berlalunya tamu mulia ini. Karena pernah dikatakan kepada salah satu orang shalih. “Mana yang lebih utama antara bulan Rajab atau bulan Sya’ban?”
Maka dia menjawab, “Jadilah kamu pribadi rabbani yang beribadah sepanjang masa.” (Asrâr Muhibîn fî Ramadhân, Muhammad Husain, 369) Demikian sebab keistiqamahan seseorang dalam beramal shalih setelah Ramadhan merupakan salah satu indikasi diterimanya amal ibadah seseorang ketika Ramadhan.
Adapun indikasi-indikasi diterimanya amal ibadah di bulan Ramadhan yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Husain Al-Mishri adalah sebagai berikut:
Pertama, hati seorang hamba menjadi lebih dekat dengan Allah, sebab ini adalah buah dari ketaatan dan alamat diterimanya amal ibadah.
Hal inilah yang mengantarkannya menjadi pribadi yang mencintai dan bersegera dalam ketaatan. Dia merasakan bahwa pintu kebaikan terbuka dan dimudahkan untuk mengerjakan. Begitu pula ia benci terhadap kemaksiatan dan menutup dirinya dari pintu keburukan tersebut.
Sebab, ketika Allah menerima amal ibadah seseorang hamba maka Dia akan memberikan taufik kepadanya untuk dimudahkan berbuat baik sehingga hamba tersebut selalu berada dalam kebaikan.
Hal ini ditegaskan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam keterangannya dalam kitab Miftâh Dâr As-Sa’âdah, “Sesungguhnya diantara balasan kebaikan adalah (dapat melakukan) kebaikan lain setelahnya. Dan hukuman keburukan adalah (melakukan) keburukan lain setelahnya.” (Miftah Dar As-Sa’adah, Ibnul Qayyim, 1/299)
Penjelasan yang sama juga dibawakan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali bahwa balasan kebaikan adalah seorang hamba dimudahkan untuk melakukan kebaikan setelahnya. Maka barangsiapa yang berbuat kebaikan lalu diikuti dengan kebaikan setelahnya itu adalah alamat dari diterimanya kebaikan yang pertama.
Namun apabila seseorang berbuat kebaikan lalu diikuti dengan keburukan setelahnya, maka itu adalah indikasi kuat bahwa kebaikan yang dikerjakannya pertama itu tertolak. (Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab, 221)
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Kedua, seseorang tidak kembali berbuat dosa. Yaitu seseorang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya yang telah lalu pada Ramadhan.
Sungguh bulan Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi dengan maghfirah-Nya dan diantara tanda diterima amal dan taubatnya pada bulan Ramadhan adalah tidak kembali kepada maksiat yang telah lalu.
Sebab, apabila dia kembali melakukan dosa yang sama tersebut adalah alamat dari tertolaknya taubat seseorang. Sebagaimana hukuman keburukan adalah (melakukan) keburukan lain setelahnya
Hal ini juga tersirat dalam firman Allah Ta’ala
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ الله سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ الله غَفُورًا رَحِيمًا
“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebaikan, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan:70)
Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan ayat di atas bahwa keimanan seseorang yang benar itu mengharuskan untuk meninggalkan kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan dengan mengharap ridha-Nya. (Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân, As-Sa’di, 587)
Dalam sabda Rasulullah ﷺ juga dijelaskan, “Dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya.” (HR. Tirmidzi)
Ketiga, seseorang tidak meninggalkan ketaatan yang dikerjakannya pada Ramadhan, dia rajin dan tetap melaziminya, bahkan semakin meningkatkan ketaatannya.
Sebagaimana uraian yang dikemukakan oleh Ibnu Rajab Al-Hambal, “Membiasakan puasa sunah setelah Ramadhan adalah salah satu tanda diterimanya pahala puasa Ramadhan, karena ketika Allah menerima amal seseorang itu akan memberikan taufik kepadanya untuk (dimudahkan) berbuat baik setelahnya. (Lathâif Al-Ma’ârif, Ibnu Rajab, 221)
Dari ulasan singkat beliau bisa kita tarik pada amal shalih lainnya yang kita kerjakan di bulan Ramadhan yang lalu. Masuk didalamnya ibadah shalat, dzikir, tilawah, sedekah, dan seterusnya.
Jika seseorang berpisah dengan bulan Ramadhan dan dia tetap istiqamah dengan amal shalih yang dikerjakan sebelumnya maka ini indikasi kuat bahwa amalnya diterima oleh Allah. dan inilah yang diharapkan dari tarbiyah selama bulan Ramadhan.
Maka jangan sampai dengan berlalunya Ramadhan, berlalu pula amal-amal shalih yang pernah kita kerjakan sebelumnya. Mari menjadi pribadi yang tetap istiqamah dalam kebaikan meski di luar bulan Ramadhan.
Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Hendaknya seorang muslim berusaha untuk istiqamah menjalankan ketaatan di luar bulan Ramadhan karena itu merupakan tugas serta tanggung jawabnya sebagai alumni Ramadhan.
Termasuk barometer keberhasilan para alumninya adalah seberapa istiqamah seseorang dalam beribadah di luar Ramadhan. Maka implementasi istiqamah pertama adalah dengan melaksanakan ibadah puasa enam hari pada bulan Syawal, terlebih dengan besarnya fadhilah pahala bagi yang melaksanakan sunah puasa tersebut.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari dibulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR.Muslim)
Mari kita semua melazimi ibadah yang telah dikerjakan di bulan Ramadhan sebagai bukti bahwa kita telah menjadi alumni Ramadhan yang berhasil dan kita berusaha untuk istiqamah di atas jalan kebaikan ini.
Semoga dengan usaha itu semua, Allah berkenan untuk menerima semua amal ibadah Ramadhan kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ الله لِى وَلَكُمْ، وَلِوَالِدَيْنَا وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
للّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ،
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَتَحْمِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْن.
إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ