Kultum Ramadhan: Golongan Mulia yang Bersegera dalam Kebaikan
Oleh Hamzah Saifuddin (Staf Ma’had Aly An-Nuur)
Download PDF di sini.
Ada satu golongan dari umat Rasulullah ﷺ yang telah difirmankan oleh Allah ﷻ dalam Surah Fatir ayat 32
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌۚ وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِۗ
“Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.” (QS. Fatir: 32)
Semuanya mendapatkan kemuliaan dari Allah ﷻ, tetapi kemuliaan itu berbeda-beda tergantung pada kualitas mereka di sisi Allah ﷻ. Semakin baik kualitas seseorang di sisi Allah ﷻ, maka semakin besar pula kemuliaan yang akan mereka dapatkan.
Maka, kesempatan yang baik untuk mulai membenahi diri agar dapat meraih kemuliaan tersebut adalah di bulan ini, bulan Ramadhan.
Kita bisa memulainya ketika seluruh umat Islam berlomba-lomba dalam beramal saleh, dengan meningkatkan bacaan Al-Qur’an, shalat, dan amal shaleh lainnya.
Selain itu, Allah ﷻ juga membantu kita dengan keutamaan Ramadhan itu sendiri, yaitu dengan dikekangnya setan-setan yang biasanya menjauhkan seorang hamba dari amal saleh dan ditundukkannya hawa nafsu kita melalui puasa yang kita kerjakan.
Dengan demikian, kita bisa mencapai derajat yang paling mulia di sisi Allah ﷻ dengan menyandang predikat sabiqun bil-khairat, yaitu orang-orang yang bersegera dalam beramal saleh.
Bersegera Dalam Kebaikan
Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa golongan tersebut adalah orang-orang yang senantiasa menjalankan kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah ﷻ, juga amalan yang disunnahkan, disertai dengan menjauhi segala hal yang diharamkan, dimakruhkan, bahkan yang mubah.
Merekalah yang mendapatkan kemuliaan luar biasa di sisi Allah ﷻ. Semua itu bisa kita latih sejak bulan Ramadhan ini agar setelahnya kita terbiasa dalam menjalankannya.
Ali bin Abi Thalhah berkata bahwa orang yang menyandang predikat sabiqun bil-khairat (yang bersegera dalam kebaikan) tidak akan dihisab oleh Allah ﷻ di akhirat kelak dan akan masuk surga dengan mudah.
Sebuah kemuliaan yang luar biasa, ketika seseorang dapat memasuki surga tanpa hisab. Sebab, hisab di akhirat adalah sesuatu yang mengerikan, di mana sekecil apapun amalan seseorang akan dihisab oleh Allah ﷻ, meskipun manusia telah melupakannya.
Semua itu tetap akan diperhitungkan karena catatan amal setiap orang telah tercatat dengan rapi di sisi Allah ﷻ. Dalam sebuah kesempatan, Ibunda Aisyah menyampaikan bahwa suatu ketika Rasulullah ﷺ sedang shalat, lalu beliau berdoa
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِى حِسَابًا يَسِيرًا
“Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah.” (HR. Ahmad, 6/48)
Beliau adalah seorang Rasul yang sudah dijamin masuk surga dan tidak pernah berbuat maksiat. Namun, beliau masih berdoa meminta hisab yang mudah.
Maka, bagaimana dengan kita sebagai umatnya, yang sering melakukan kemaksiatan dan belum memiliki jaminan surga? Tentu kita harus berusaha sekuat tenaga untuk meraih derajat sabiqun bil-khairat.
Keutamaan Sabiqun bil-Khairat
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa mereka yang mendapatkan derajat tersebut tidak akan diazab oleh Allah ﷻ di akhirat kelak.
أُمَّتِي ثَلَاثَةُ أَثْلَاثٍ: فَثُلُثٌ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ
“Umatku terbagi menjadi tiga kelompok pada hari kiamat: sepertiga dari mereka akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.” (HR. Tabrani)
Hadis di atas semakin memperjelas tentang kemuliaan orang-orang yang mendapat derajat sabiqun bil-khairat. Siapa yang tidak ingin terhindar dari azab?
Pastilah semua orang menginginkannya. Namun, hal itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang senantiasa meninggalkan larangan Allah dan mengerjakan segala kewajiban-Nya.
Keutamaan sabiqun bil-khairat ini tentu tidak dapat diraih dengan sekadar berharap atau sekadar merasa cukup dengan amal yang dilakukan.
Sebab, dalam perjalanan menuju derajat yang mulia ini, seseorang harus senantiasa berjuang melawan hawa nafsu, menjaga keikhlasan, serta terus meningkatkan kualitas amal ibadahnya.
Oleh karena itu, bulan Ramadhan menjadi momentum yang sangat tepat untuk membiasakan diri dalam berbuat kebaikan.
Sebagaimana yang kita ketahui, Ramadhan bukan sekadar bulan untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga ajang pembinaan rohani dan penyucian jiwa dari segala sifat yang buruk.
Selain itu, para ulama juga menekankan bahwa orang yang termasuk sābiqūn bil-khairāt adalah mereka yang tidak hanya beramal untuk dirinya sendiri, tetapi juga berusaha mengajak orang lain dalam kebaikan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Dari hadits ini, kita memahami bahwa menjadi bagian dari sabiqun bil-khairat bukan hanya tentang memperbanyak ibadah pribadi, tetapi juga tentang memberikan manfaat bagi sesama, baik dalam bentuk ilmu, harta, tenaga, maupun nasihat yang baik.
Maka, mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai titik awal dalam memperbaiki diri dan melatih kebiasaan beramal saleh.
Jika kita bersungguh-sungguh dalam menjalani bulan ini dengan penuh keimanan dan ketakwaan, maka besar harapan kita untuk mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita semua bagian dari golongan sabiqun bil-khairat yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Amin, ya Rabbal ‘alamin.