Kultum Ramadhan: Lailatul Qadar; Hadiah Agung di Penghujung Ramadhan
Oleh Ammar Syarifuddin (Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur)
Download PDF di sini.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Usia umatku (umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu.” (HR At-Tirmidzi)
Dibanding dengan umat terdahulu, umur umat Nabi Muhammad ﷺ lebih pendek. Meski demikian, Allah ﷻ memberikan keistimewaan kepada umat ini dengan lailatul qadar.
Satu malam yang penuh dengan keberkahan. Satu malam yang nilai ibadah di dalamnya lebih baik dari seribu bulan, atau setara dengan 83 tahun 4 bulan.
Malam itu adalah lailatul qadar. Malam yang khusus diberikan kepada umat Muhammad ﷺ. Sebagaimana sabda beliau, “Sesungguhnya Allah memberikan lailatul qadar kepada umatku, dan tidak memberikannya kepada (umat-umat) sebelumnya.” (HR. Ad-Dailami)
Di malam tersebut, Allah ﷻ menurunkan Al-Qur’an, hal ini semakin menambah kemuliaan malam ini. Mengingat segala sesuatu yang terkait dengan Al-Qur’an pasti akan bertambah keutamaan dan kemuliaannya.
Di malam ini, malaikat juga turun memenuhi lapisan bumi, untuk mendoakan dan mengucapkan selamat kepada setiap orang yang menghidupkan malam tersebut dengan beribadah.
Malam yang penuh dengan keselamatan dan keberkahan hingga berakhirnya malam.
Di malam ini pula, Allah ﷻ mengabarkan kepada para malaikat, apa yang akan terjadi di kalangan para hamba sampai datangnya lailatul qadar pada tahun berikutnya.
Allah ﷻ memberitahukan kepada mereka siapa saja yang lahir, mati, ditimpa musibah, sakit, sehat, dilapangkan rezekinya, disempitkan rezekinya, dan lain sebagainya dalam kurun satu tahun ke depan.
Rasulullah juga mengabarkan bahwa, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sungguh beruntung, orang-orang yang mendapat taufik dari Allah ﷻ untuk bisa memakmurkan malam tersebut dengan berbagai macam ibadah.
Lalu, kapan malam itu terjadi?
Menurut keterangan dari Rasulullah ﷺ, lailatul qadar ada pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dan terletak pada salah satu malam ganjilnya.
Beliau bersabda,
فَالْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأوَاخِرِ، والتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, dan carilah pada malam-malam ganjilnya.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, semangat beliau dalam beribadah berlipat ganda. Bahkan, beliau beri’tikaf di sepuluh hari terakhir tersebut. Menurut Ibunda ‘Aisyah, beliau melazimi kebiasaan ini hingga beliau wafat.
Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa malam yang lebih baik dari seribu bulan ini terletak pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Sementara untuk kepastian malam yang ke berapa, ada beberapa versi hadits yang menyebutkan tanggal yang berbeda, sehingga lailatul qadar ini masih misteri.
Ia bisa berpindah dari satu malam ke malam yang lainnya. Inilah pendapat yang dipegang oleh ulama Syafi’iyah, Hambali, Maliki, dan kebanyakan para ulama.
Mereka berdalil dengan hadits berikut:
Dari Abi Sa’id Al-Khudri, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku Lailatul Qadar, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi.
Karena itu, carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadhan, yakni pada setiap malam ganjil. Dan sungguh, di dalam mimpiku, aku bersujud di air yang lembab.” (HR. Muslim)
Para ulama menjelaskan ada hikmah tersendiri dari keberadaan malam yang masih misteri ini.
Hikmah tersebut adalah, kaum muslimin akan tetap bersemangat pada seluruh malam terakhir di bulan Ramadhan. Karena mereka tidak tahu di malam berapa kemuliaan itu berada.
Tanda-Tanda Malam Seribu Bulan
Meskipun demikian, para ulama menjelaskan bahwa lailatul qadar ini memiliki ciri dan tanda-tandanya.
Di antaranya adalah:
- Matahari bersinar redup.
Sahabat Ubay bin Ka’ab berkata, “Salah satu tanda dari malam Lailatul Qadar adalah matahari yang terbit keesokan harinya dalam keadaan putih seperti baskom dan tidak menyilaukan. Dan itu terjadi hingga matahari meninggi.” (Diriwayatkan oleh Syu’aib Al-Arnauth)
- Suhu udara yang sejuk, tidak panas dan tidak dingin.
Sahabat Ibnu Abbas berkata, “Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin. Pada pagi hari, matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan.” (HR. Al-Albani dalam Shahihul Jami’, hal. 5475, hadits ini shahih).
- Malam yang cerah.
Sahabat ‘Ubadah bin Shamit berkata, “Tanda-tanda malam lailatul qadar adalah, bahwa malam itu malam yang cerah.” (Ibnu Katsir dalam tafsirnya).
- Terkadang di malam itu turun hujan.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku lailatul qadar, kemudian saya dibuat lupa terhadapnya, dan saya melihat bahwa diriku sujud di atas air dan tanah pada pagi hari.” (HR. Muslim)
Amalan yang Sebaiknya Dilakukan
Seorang muslim dianjurkan untuk mengisi malam lailatul qadar dengan memperbanyak doa, dzikir, tasbih, dan memohon keselamatan dari siksa neraka.
Demikian karena doa-doa di malam itu mustajab. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Berdoa di malam lailatul qadar lebih aku sukai daripada shalat.”
Adapun doa yang paling utama untuk dibaca adalah doa yang diajarkan Rasulullah kepada ‘Aisyah.
Suatu hari Ibunda ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Apa yang harus saya baca ketika berjumpa dengan malam lailatul qadar?”
Rasulullah ﷺ menjawab, bacalah doa berikut
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka maafkan aku.” (HR. Tirmidzi)
Selain berdoa dan shalat, kaum muslimin juga bisa mengisi malam tersebut dengan tilawah Al-Qur’an, bersedekah, dan berbagai macam amal kebaikan lainnya.
Semoga kita diberi taufik dan hidayah, hingga kita bisa memaksimalkan ibadah di malam yang lebih baik dari seribu bulan. Aamiin.