Kultum Ramadhan: Penjagaan Allah Bagi Hamba-Nya
Oleh Ammar Syarifuddin (Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur)
Download PDF di sini.
Suatu hari, Rasulullah ﷺ membonceng sahabat Abdullah ibnu Abbas yang masih kecil. Beliau menawarkan kepadanya beberapa kalimat, maka Abdullah ibnu Abbas pun menyetujuinya.
Salah satu nasihat beliau ﷺ adalah;
“Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.”
Mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana cara kita menjaga Allah ﷻ, sementara Allah ﷻ adalah Rabb semesta alam?
Segala yang terjadi di dunia ini atas kuasa dan izin-Nya. Manfaat dan mudarat juga datang atas kuasa dan keagungan-Nya.
Makna Menjaga Allah ﷻ
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan bahwa maksud menjaga Allah adalah menjaga batasan-batasan-Nya, hak-hak, perintah-perintah, serta larangan-larangan-Nya.
Bentuk penerapannya adalah dengan berkomitmen menjalankan perintah Allah ﷻ, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batasan yang dilarang oleh-Nya.
Jika semua itu dikerjakan, maka ia termasuk orang yang menjaga Allah dengan sebaik-baiknya.
Berikut ini beberapa contoh penerapan nasihat Nabi, “Jagalah Allah.”
Menjaga hak Allah, yaitu dengan memurnikan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya. Rasulullah ﷺ berkata kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-Nya?”
Mu’adz menjawab, “Allah ﷻ dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Kemudian Rasulullah bersabda, “Hak Allah atas hamba-Nya adalah beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya.” (HR. Bukhari: 2856 dan Muslim: 48)
Menjaga shalat lima waktu sebagaimana perintah Allah ﷻ, “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 238)
Menjaga wudhu. Nabi memuji orang yang istiqamah menjaga wudhunya, “Tidak ada yang menjaga wudhu kecuali orang mukmin.” (HR. Ibnu Majah)
Menjaga lisan dan kemaluan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang mampu menjaga lisan dan kemaluannya, maka dia akan masuk surga.” (HR. Al-Hakim)
Menjaga isi kepala dari pikiran kotor dan jahat serta menjaga isi perut dari makanan yang haram.
Penjagaan Allah ﷻ Kepada Hamba-Nya
Jika seseorang telah menjaga Allah ﷻ, maka sebagai balasannya, Allah ﷻ akan menjaga hamba tersebut. Dan penjagaan-Nya tentu jauh lebih baik.
Lantas seperti apa penjagaan yang diberikan Allah ﷻ kepada hamba-hamba-Nya?
Menurut Ibnu Rajab Al-Hambali, penjagaan yang diberikan Allah ﷻ ada dua macam:
Pertama, Allah ﷻ akan menjaga hamba-Nya yang saleh dengan memenuhi kebutuhan dunianya, seperti menjaga badan, anak, keluarga, dan hartanya.
Dalam hal ini, Allah ﷻ menciptakan malaikat yang bertugas menjaga manusia. Allah ﷻ berfirman, “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu bergiliran menjaganya dari depan dan dari belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar-Ra’du: 11)
Bentuk dari penjagaan terhadap badan seperti Allah ﷻ memberikan kesehatan, menjauhkan dari musibah dan marabahaya, serta memberi kekuatan ketika tua.
Adapun bentuk penjagaan terhadap anak, Allah ﷻ akan menjaga keturunannya, baik ketika dia masih hidup maupun setelah meninggal. Sebagaimana kisah Nabi Musa dan Khidir ‘alaihimassalam yang menolong dua anak yatim.
Ternyata anak tersebut ditolong berkat kesalehan orang tuanya. Allah ﷻ berfirman,
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
“Dan ayahnya adalah seorang yang saleh.” (QS. Al-Kahfi: 82)
Oleh karena itu, Tabi’in Sa’id bin Al-Musayyib berkata kepada anaknya, “Aku akan menambah shalatku agar Allah ﷻ menjagamu.”
Muhammad bin Munkadir berkata, “Sesungguhnya berkat kesalehan seorang hamba, Allah ﷻ akan menjaga anak keturunannya, sanak famili, dan keluarganya, serta orang-orang yang ada di sekitar rumahnya.”
Kedua, Allah ﷻ akan menjaga agama dan imannya, inilah penjagaan yang paling agung dan mulia.
Allah ﷻ akan menjaganya dari perkara syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan. Allah ﷻ akan menjaga agamanya hingga akhir hayatnya agar meninggal dalam kondisi iman dan Islam.
Jika seorang hamba telah menjaga Allah ﷻ, maka Allah ﷻ akan menjauhkannya dari segala hal yang merusak agamanya.
Sebagaimana Allah ﷻ telah menyelamatkan Nabi Yusuf ‘alaihissalam dari tipu daya seorang wanita cantik berdarah biru. Wanita tersebut mengajak Nabi Yusuf untuk melakukan perbuatan keji di sebuah ruangan yang sangat sepi.
Meskipun Nabi Yusuf juga berhasrat kepadanya, akan tetapi Allah ﷻ menjaganya sehingga ia selamat dari perbuatan keji tersebut. Allah ﷻ berfirman,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah Kami palingkan Yusuf dari keburukan dan kekejian. Sungguh, dia termasuk hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
Demikianlah balasan yang akan diberikan Allah ﷻ kepada hamba-hamba-Nya yang telah menjaga Allah ﷻ. Sebaliknya, terhadap hamba yang enggan menjaga Allah ﷻ, maka Allah ﷻ pun enggan untuk menjaganya.







