Kultum Ramadhan: Sedekah Dalam Segala Keadaan
Oleh Ammar Syarifuddin (Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur)
Download PDF di sini.
Ibunda Aisyah berkata, “Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril.
Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah ﷺ melebihi angin kencang yang bertiup.”
Sungguh beruntung para sahabat Rasulullah ﷺ. Mereka menyaksikan secara langsung bagaimana Rasulullah ﷺ memberi teladan dalam hal ini.
Oleh karena itu, ketika orang yang mereka cintai ini memberi perintah untuk bersedekah, mereka akan berbondong-bondong memenuhi seruan tersebut
Mereka mereka menunaikan sedekah dalam segala keadaan sesuai kemampuan, yang kaya dengan sedekahnya yang luar biasa, yang papa pun berusaha untuk berderma semampunya.
Tidak ada yang mau tertinggal dalam memenuhi seruan Rasulullah ﷺ.
Namun, ada satu golongan manusia yang enggan memenuhi seruan Rasulullah ﷺ. Justru mereka berusaha memadamkan semangat para sahabat dalam bersedekah dengan berbagai macam pernyataan.
Mereka adalah orang-orang munafik, manusia bermuka dua, banyak omong tanpa bukti yang nyata.
Teladan Dalam Sedekah
Berkaitan tentang orang-orang munafik, dahulu Rasulullah ﷺ pernah menyampaikan pengumuman bahwa beliau akan mengirimkan pasukan ke daerah Tabuk yang jaraknya 778 km dari Kota Madinah.
Pengiriman pasukan ini sangat penting karena merupakan misi untuk menghadang kekuatan adidaya Romawi yang telah merencanakan penyerangan terhadap Kota Madinah.
Mengingat perjalanan akan menempuh jarak yang sangat jauh, cuaca yang sangat ekstrim, persediaan air yang minim, dan medan yang begitu sulit, maka Rasulullah ﷺ memerintahkan para sahabat untuk memberikan harta terbaiknya demi kesuksesan misi tersebut.
Maka, datanglah silih berganti para sahabat menyerahkan harta terbaiknya. Ada Abu Bakar yang membawa seluruh harta miliknya, yaitu 4.000 dirham. Ada Umar bin Khattab yang menyerahkan separuh hartanya.
Utsman yang membawa 1.000 dinar (setara dengan 4,5 kg emas), ditambah 300 ekor unta dan 50 ekor kuda. Demikian satu demi satu para sahabat menyerahkan infak terbaik mereka.
Di antara para sahabat yang berinfak, ada dua orang yang banyak mencuri perhatian kaum muslimin saat itu. Mereka adalah sahabat Abdurrahman bin ‘Auf yang infaknya sangat fantastis.
Beliau datang menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya memiliki harta 800 uqiyah emas, dan ini saya bawa 400 uqiyah (setara dengan 12,7 kg emas) untuk saya sedekahkan.”
Kemudian Rasulullah ﷺ mendoakan Abdurrahman bin ‘Auf,
اَللَّهُمَ بَارِكْ لَهُ فِيْماَ أَعْطَى، وَبَارِكْ فِيْمَا أَمْسَكَ
“Semoga Allah ﷻ memberkahi harta yang kamu sedekahkan dan harta yang kamu simpan.”
Sementara sahabat yang satunya adalah Abu ‘Aqil, seorang sahabat Anshar. Dia datang menghadap Rasulullah ﷺ dan berkata, “Wahai Rasulullah, semalam aku bekerja menimba air dan mendapat upah dua sha’ kurma (sekitar 6 kg).
Ini yang satu sha’ (sekitar 3 kg) saya sedekahkan mengharap ridha Allah ﷻ, dan satu sha’ saya simpan untuk keluarga saya.”
Celaan Orang Munafik
Infak Abdurrahman bin ‘Auf yang begitu fantastis dan infak Abu ‘Aqil yang seadanya mengundang komentar dari orang-orang munafik yaitu orang-orang yang tampilan luarnya saleh tapi hatinya penuh dengan kedustaan dan kebusukan.
Mereka mengomentari infaknya Abdurrahman bin ‘Auf yang begitu banyak dengan mengatakan bahwa Abdurrahman bin ‘Auf hanya pamer dengan hartanya.
Sementara terhadap Abu ‘Aqil, mereka lontarkan pernyataan yang sangat menyakitkan. Kata mereka kepada Abu ‘Aqil, “Sungguh Allah tidak butuh terhadap infakmu yang hanya satu sha’ buah kurma (atau setara 3 kg).”
Sungguh sangat tidak beradab sikap orang-orang munafik. Pernyataan-pernyataan mereka bisa saja memadamkan semangat para sahabat dalam berinfak dan berbuat baik.
Meskipun pada kenyataannya, pernyataan-pernyataan receh tersebut sama sekali tidak memengaruhi pendirian para sahabat dalam berinfak.
Allah Yang Maha Rahman terhadap hamba-hamba-Nya tidak mendiamkan perlakuan sewenang-wenang orang-orang munafik terhadap hamba-hamba pilihan-Nya.
Allah Maha Tahu betapa ikhlas Abdurrahman bin ‘Auf dalam bersedekah. Allah juga Maha Tahu dengan kesungguhan Abu ‘Aqil dalam bersedekah.
Maka, untuk membela hamba-hamba pilihan-Nya sekaligus mengungkap kebusukan kaum munafik, Allah ﷻ turunkan firman-Nya
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 79)
Sedekah Dalam Segala Keadaan
Mari bersedekah di waktu lapang agar di waktu sempit Allah ﷻ membantu kita. Mari bersedekah di waktu sempit atau ketika tidak banyak harta, karena nilainya mampu mengungguli sedekah yang lebih banyak darinya.
Rasulullah ﷺ bersabda
سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ
“Sedekah satu dirham bisa mengalahkan sedekah seratus ribu dirham.”
Para sahabat heran dan bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu, wahai Rasulullah ﷺ?”
Rasulullah ﷺ menjawab, “Seseorang memiliki dua dirham, lalu ia mengambil salah satunya dan menyedekahkannya satu dirham; sementara seseorang yang lain memiliki harta berlimpah, lalu ia mengambil 100 ribu dirham dari kekayaannya itu dan menyedekahkannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim)
Jika tidak bisa bersedekah dengan banyak harta, mari bersedekah semampunya. Jika memang tidak ada harta, berdoalah untuk kemaslahatan Islam dan kaum muslimin.
Dan jangan remehkan doa-doa orang yang lemah fisik dan ekonominya.
Rasulullah ﷺ bersabda
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ؟
“Bukankah kalian ditolong dan diberi rezeki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?” (HR. Bukhari)
Jika berdoa saja tidak mampu, maka mari periksa hati hati kita, barangkali ia sedang sakit dan butuh pengobatan.
Demikian. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishawab.