Kuliah Perdana Tahun Ajaran Baru 2025/2026 M: Menjaga Semangat Tafaqquh di Era Digital
Sukoharjo-Kamis, 10 Juli 2025 Ma’had ‘Aly An-Nuur kembali menggelar Kuliah Perdana untuk menyambut awal tahun ajaran baru 2025/2026 M.
Kegiatan ini berlangsung dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB, diikuti oleh seluruh mahasantri dari semester 1, 3, 5, dan 7, serta jajaran Dewan Asatidzah.
Kuliah perdana kali ini menghadirkan Ustadz Sanif Alisyahbana, Lc., pimpinan Ponpes Al-Jawi Al-Ilmi.

Tafaqquh Fiddin dan Tantangannya di Era Modern
Dalam pemaparannya, Ustadz Sanif membuka dengan mengajak seluruh hadirin untuk bersyukur atas nikmat terbesar yang Allah berikan, yakni kesempatan untuk terus berada di lingkungan ilmu.
Mengutip hadits Nabi ﷺ:
“من يرد الله به خيرًا يفقه في الدين”
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Dia akan memahamkannya dalam agama.”
Ustadz Sanif menekankan bahwa kecintaan dan kecenderungan terhadap ilmu agama, meskipun berat, adalah karunia besar dari Allah.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan maratib (tingkatan) syukur, dari yang paling dasar (atas kesehatan), meningkat ke niat untuk mengangkat kebodohan, lalu niat menegakkan agama melalui ilmu, dan berpuncak pada ridha Allah.

Tafaqquh: Antara Fardhu Kifayah dan Fardhu ‘Ain
Beliau menjelaskan perbedaan antara thalabul ‘ilmi yang bersifat fardhu ‘ain (kewajiban personal) dan tafaqquh fiddin yang bersifat fardhu kifayah (kewajiban kolektif).
Penuntut ilmu yang bertafaqquh berada dalam posisi penting karena mereka turut menggugurkan kewajiban umat dan menjadi pilar pelestarian syariat Islam.
Menjawab Tantangan Zaman
Di era digital yang penuh distraksi, semangat tafaqquh perlu terus dijaga.
Meski kitab-kitab telah tertulis, realitas hari ini menuntut pemahaman dan penerapan ijtihad pada banyak perkara baru (mustajaddat), seperti sistem keuangan haji dan lainnya.
Tafaqquh tidak berarti melakukan ijtihad secara langsung, tapi berusaha memahami metode dan ushul istinbath para mujtahid terdahulu, baik mujtahid mutlak maupun ashabul madzhab, untuk melanjutkan estafet keilmuan dengan cara yang tepat dan bijak.
Sebagai penutup, Ustadz Sanif berpesan agar penuntut ilmu untuk senantiasa menjaga lisannya, dan tidak banyak berbicara kecuali dalam perkara yang dikuasai.
Selain itu, beliau juga mengingatkan bahawa tantangan generasi hari ini bukan lagi keterbatasan akses ilmu, melainkan kelemahan himmah (semangat dan ketekunan) dalam menuntut ilmu itu sendiri.







