Berkata Imam al-Ghazali:
طُوْبَى لِمَنْ إِذَا مَاتَ مَاتَتْ مَعَهُ ذُنُوْبُهُ، وَالْوَيْلُ الطَّوِيْلُ لِمَنْ يَمُوْتُ وَتَبْقَى ذُنُوْبُهُ مِائَةَ سَنَةٍ وَمِائَتَيْ سَنَةٍ أَوْ أَكْثَرُ يُعَذِّبُ بِهَا فِيْ قَبْرِهِ وَيُسْئَلُ عَنْهَا إِلَى آخِرِ اِنْقِرَاضِهَا
(إحياء علوم الدين: 2/74)
“Berbahagialah, siapa yang mati dan dosanya ikut mati bersama kematiannya. Namun celaka bagi siapa yang mati akan tetapi dosanya tetap hidup hingga seratus atau duaratus tahun, dia disiksa dan terus dimintai pertanggungjawaban atas dosa-dosanya itu sampai hari kiamat kelak” (Ihya’ ‘Ulumuddin; 2/74)
Menarik untuk kita renungi apa dikatakan oleh Ahmad Syauqi, seorang penyair dari Mesir dalam potongan bait syairnya:
فَارْفَعْ لِنَفْسِكَ بَعْدَ مَوْتِكَ ذِكْرَهَا، فَالذِّكْرُ لِلْإِنْسِانِ عُمْرُ الثَّانِّي
“Peliharalah sebutan dirimu yang kelak akan dikenang orang darimu, karena kenangan atas kehidupanmu yang dulu itu adalah umur yang kedua bagi manusia”.
Bagaimana cara memeliharanya:
Amal Jariyah jawabannya, kenapa?, sebab amal Jariyah itu ibarat seorang pengusaha yang telah membuat suatu sistem usaha yang canggih, ketika sistem atau mekanisme usaha tersebut sudah selesai, tak perlu lagi ada usaha lebih lanjut di pihak orang itu; ia tinggal memantau dan memanen hasil yang berkembang terus menerus, yang dihasilkan oleh sistem yang terus berjalan itu.
Maka, marilah kita fikirkan sistem atau mekanisme apa yang telah kita buat agar pahala kita terus menerus mengalir meskipun kita telah tiada, kita juga patut merenungi perbuatan dosa apa yang pernah kita lakukan entah sadar atau tidak, namun menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa.
Yuk Ikut Amal Jariyah Di Ma’had Aly An-Nuur: PROGRESS PEMBANGUNAN KANTOR DAN KELAS BARU