Hikmah Gerhana Bulan dan Matahari
Oleh Syamil Robbani
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْــمَلِكِ الْحَقِّ الْــمُبِيْنِ، اَلَّذِي أَرْسَلَ آيَاتِهِ عِبْرَةً لِلْمُعْتَبِرِيْن أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه إِلَهُ اْلأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِينَ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الْــمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَــــمِيْنَ, اللَّهُمَّ صلِّى وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أمَّا بَعْدُ
يَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ , فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لِّأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ .وَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Khutbah Pertama
Jamaah shalat gerhana yang dirahmati Allah.
Malam hari ini adalah malam yang berbeda dari malam lainnya. Malam yang menyimpan banyak misteri, malam yang lebih gelap, serta malam yang dipenuhi kekhawatiran. Masyarakat Indonesia saat ini bisa menyaksikan fenomena gerhana bulan yang tidak biasa, jarang, dan langka.
Peristiwa gerhana bulan bukanlah kejadian alam yang terjadi begitu saja tanpa sebab. Menurut sains, gerhana bulan adalah suatu fenomena alam yang diakibatkan oleh kedudukan Bulan, Bumi dan Matahari yang sejajar garis lurus.
Pada saat terjadi gerhana bulan, cahaya Matahari yang seharusnya sampai dan diterima Bulan terhalangi oleh Bumi. Hal itu karena kedudukan Bumi berada di antara Bulan dan Matahari. Jadilah Bulan berada dalam bayang-bayang Bumi sehingga tidak terlihat.
Bagi seorang muslim yang melihat fenomena gerhana ini semestinya tidak berhenti hanya pada batas pemahaman sains saja. Ketika kebanyakan manusia hanya berhenti pada bahasan teori terjadinya gerhana, kaum beriman haruslah bisa mengambil hikmah lebih jauh dari itu.
Kaum muslimin hendaknya bisa menghayati fenomena alam yang terjadi di muka bumi ini, mengambil pelajaran (ibrah), dan merasakan tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di berbagai belahan dunia (ayat kauniyah). Allah berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 2:
فَٱعۡتَبِرُواْ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ
“Maka ambilah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang orang yang mempunyai pandangan!.” (QS. Al-Hasyr: 2)
Imam as-Sa’di menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan perintah untuk mengambil pelajaran (i’tibar) dari apa yang dilihatnya sekaligus perintah merenung (tafakur) tentang apa yang terkandung dari hukum-hukum Allah. Sehingga dengan itu dapat menambah keimanan. (Abdurrahman as-Sa’di, Taisir al-karim ar-Rahman, 848)
Jamaah shalat gerhana yang dirahmati Allah.
Hikmah dari fenomena gerhana bulan ini setidaknya ada dua. Pertama, Allah ingin menunjukkan kuasa kepada hamba-hamba-Nya. Kedua, Allah ingin memberikan peringatan kepada para manusia. Sehingga fenomena ini menjadi tadzkirah bagi manusia untuk muhasabah, introspeksi, dan kembali kepada Allah dengan segala ketundukan dan kerendahan.
- Menunjukkan Kemahakuasaan Allah
Dahulu orang-orang Arab Jahiliyah meyakini mitos-mitos tentang gerhana bulan maupun matahari. Fenomena tersebut menurut mereka sangat kental kaitannya dengan kematian atau kelahiran seseorang.
Ibnu al-Qayyim menjelaskan bahwa mereka percaya peristiwa alam menunjukkan sinyal kuat bahwa akan ada seorang tokoh besar yang meninggal atau akan ada seorang bayi istimewa yang lahir. (Miftah Dar as-Sa’adah, Ibnu al-Qayyim, 2/206)
Mitos lainnya yaitu mengaitkan fenomena gerhana bulan dengan bencana atau malapetaka yang akan datang, sehingga mereka mempersembahkan sesajen untuk para dewa mereka.
Selain orang-orang Arab Jahiliyah, ada juga yang berkeyakinan bahwa kejadian gerhana bulan ini terjadi disebabkan oleh jaguar (macan). Mereka percaya bahwa mitos tentang gerhana ini adalah Bulan tersebut dimakan oleh jaguar (macan). Mereka yang percaya akan hal ini adalah suku Inca kuno yang saat ini termasuk dalam wilayah negara Peru.
Sebagian masyarakat Indonesia pun seperti di daerah Jawa juga masih mempercayai mitos-mitos tentang gerhana ini. Saat bulan mulai menghilang mereka meyakini bahwa Bulan sedang dimakan Batara Kala.
Mereka menganggap bahwa gerhana akan menimbulkan bahaya bagi ibu hamil. Maka saat terjadi gerhana bulan, ibu hamil akan diperintahkan untuk mengolesi perut dengan abu yang diyakini dapat melindungi bayi dari Batara Kala.
Maka kemudian, Islam datang menghapuskan semua bentuk khurafat, mitos, dan kepercayaan semacam itu. Sebab sejatinya gerhana bulan maupun gerhana matahari hanyalah makhluk Allah yang tidak ada kaitannya dengan kematian, kehidupan, atau bahkan pertanda kesialan lainnya.
Baik matahari dan bulan, keduanya adalah makhluk Allah yang tunduk dan patuh kepada perintah-Nya. Oleh sebab itu, fenomena gerhana merupakan bukti nyata kekuasaan Allah yang mampu membuat perubahan pada sistem tata surya. Itu semua terjadi agar manusia mau berpikir bahwa tidak ada dzat yang berhak disembah melainkan dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah Ta’ala berfirman
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيۡلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُۚ لَا تَسۡجُدُواْ لِلشَّمۡسِ وَلَا لِلۡقَمَرِ وَٱسۡجُدُواْۤ لِلَّهِۤ ٱلَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
“Dan Sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya” (QS. Fussilat: 37)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang.” (HR. Bukhari)
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa hadits ini menjadi bantahan atas segala kepercayaan yang menyimpang sebagaiamana yang telah disebutkan. Salah satunya keyakinan bahwa gerhana tersebut terjadi karena disebabkan oleh wafat atau lahirnya seseorang. Sebagaimana dahulu kematian Ibrahim putra Rasulullah ﷺ dipercaya menjadi sebab gerhana ini terjadi. (ar-Radd ‘Ala al-Manthiqin, Ibnu Taimiyah, 271)
Maka peristiwa gerhana ini merupakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang menciptakan alam semesta ini. Dia berkuasa untuk menguasai dan mengaturnya. Tidak ada satu pun yang dapat menghalangi Allah ketika Dia berkehendak untuk mengubah aturan alam di luar kebiasaannya. Peristiwa gerhana juga untuk menunjukkan betapa lemahnya manusia dan betapa agungnya Allah, sehingga tentu manusia tidak layak untuk menyombongkan dirinya di hadapan Allah Ta’ala.
Jamaah shalat gerhana yang dirahmati Allah.
- Mengingatkan Manusia
Wahai kaum muslimin. Ketahuilah bahwa Allah menurunkan tanda-tanda kebesaran-Nya adalah juga sebagai peringatan atas dosa-dosa dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa segala peristiwa menakutkan yang terjadi di bumi itu terjadi disebabkan dosa-dosa serta maksiat yang dikerjakan oleh manusia. Maka Allah mengingatkan dan menegur mereka semua. (Minhaj as-Sunnah, Ibnu Taimiyah, 5/299)
Allah mengirimkan fenomena gerhana ini sebagai bentuk peringatan kepada manusia sebagaimana firman Allah
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلَاّ تَخْوِيفاً
“Dan kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (QS. Al-Isra’:59)
Imam Qatadah menjelaskan bahwa Allah menakut-nakuti manusia dengan tanda-tanda kebesaran-Nya agar mereka semua mengambil pelajaran (ibrah), tersadar, dan kembali kepada Allah. (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, Ibnu Katsir, 5/91)
Gerhana merupakan kehendak Allah untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya agar tidak terbuai dalam perbuatan dosa dan maksiat serta dapat menyadarkan mereka untuk segera bertobat kepada Allah SWT.
Melalui peristiwa ini, semoga semua hamba-Nya menyadari bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segalanya dan Dia dapat memberikan peringatan yang jauh lebih dahsyat dari itu.
أَقُولُ قَولِي هَذَا وَ اسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ وَ لِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفُرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ ونَصَرَ عَبْدَهُ وأَعَزَّ جُنْدَهُ وهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَه
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَى آلِهِ وعَلَى تَابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ فِي كُلِّ أَثَرٍ إِلَى يَوْمِ المَحْشَرِ
Jamaah shalat gerhana yang dirahmati Allah.
Sesungguhnya fenomena gerhana adalah suatu kejadian yang bukan terjadi atas mitos-mitos belaka, bukan juga atas legenda yang usang, dan bukan pula atas hikayat-hikayat palsu.
Melainkan suatu peristiwa yang memiliki hikmah sebagai peringatan, teguran, serta mengingatkan kepada manusia untuk bertobat kembali kepada Allah dan memohon ampun atas kemaksiatan dan dosa yang telah dikerjakan.
Rasa takut inilah yang akan menyadarkan orang-orang yang sedang lalai (ghafil), alpa, serta lengah. Sehingga dengan rasa takut akan fenomena ini akan mendorong hamba-Nya untuk kembali mendekat kepada sang Maha Kuasa.
ذَلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ
“Demikianlah Allah mengancam hamba-hamba-Nya (dengan adzab itu). Wahai Hamba-Ku, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Az-Zumar: 16)
Abu Hafsh an-Naisaburi berkata, “Segala sesuatu apabila seseorang takut kepadanya maka dia akan lari darinya. Kecuali rasa takut kepada Allah. Sebab apabila seseorang takut kepada-Nya maka dia justru akan lari mendekati-Nya. (at-Tafakkur wa al-I’tibar, Abdul karim, 5)
Oleh karena itu hendaknya seorang Muslim memperbanyak berzikir kepada Allah, istighfar, takbir, sedekah, dan amalan kebaikan lainnya di saat ini. Sebab hal itu merupakan sunah yang diperintahkan Rasulullah ﷺ saat terjadi gerhana.
Semoga kita semua termasuk orang yang mampu mengambil pelajaran dari peristiwa ini, menyadarkan diri serta menjadi pelecut agar selalu mempersiapkan bekal terbaik untuk menghadap Sang Maha Kuasa.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ