Tafsir QS. Al-Jumu’ah: 8
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻗُﻞْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗَﻔِﺮُّﻭﻥَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣُﻠَﺎﻗِﻴﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺗُﺮَﺩُّﻭﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﻟِﻢِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﺎﺩَﺓِ ﻓَﻴُﻨَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮن
Katakanlah: Sesungguhny kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan `. (QS. Al-Jumu’ah: 8)
Tafsir Ayat Diatas
Pada ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan bahwa orang-orang Yahudi sangat takut menghadapi kematian dan mereka berusaha menghindarinya. Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada mereka bahwa kematian pasti datang menemui mereka. Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang kelihatan, baik di langit maupun di bumi. Maka Allah memberitahukan kepada mereka segala apa yang telah mereka kerjakan, lalu dibalas dengan amal perbuatannya. Jahat dibalas dengan jahat, yaitu neraka, baik dibalas dengan baik yaitu surga, sebagaimana firman Allah:
ﻫﻞ ﻳﺠﺰﻭﻥ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻤﻠﻮﻥ
Artinya: Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Saba’: 33)
Dan firman-Nya:
ﻭﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻟﻴﺠﺰﻱ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺃﺳﺎﺀﻭﺍ ﺑﻤﺎ ﻋﻤﻠﻮﺍ ﻭﻳﺠﺰﻱ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺃﺣﺴﻨﻮﺍ ﺑﺎﻟﺤﺴﻨﻰ
Artinya: Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (QS. An Najm: 31)
Cukuplah Kematian Sebagai Nasehat Bagi Kita
Kematian adalah terlepas dan terpisahnya ruh dari jasad, serta berpindahnya makhluk dari satu alam ke alam yang lain. Dengan kematian akan keringlah catatan amal dan tertutupnya pintu taubat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ
Artinya, “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hamba sebelum nyawanya sampai ketenggorokan.”[1]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS. Qaaf (50): 19)
Sesungguhnya kematian akan datang tanpa diragukan lagi, maka sipakah yang dapat menolak kematian itu?, siapakah yang akan menolak kejadian didalam kubur?, dan siapa pulakah yang dapat mendahulukan atau mengundur kematiannya barang sejengkalpun?, tetapi mengapa manusia mengingkarinya atau bahkan ia menjadi takabbur dengan apa yang telah ia usahakan di dunia yang fana ini?, padahal nanti mereka akan dimakan oleh cacing-cacing tanah yang menjijikkan, kelabang, rayap dan ular, kenapa mereka membangkang padahal mereka akan kembali menjadi tanah dan mengapa juga mereka merasa ragu, berpura-pura dan lalai padahal mereka semua tahu bahwa kematian akan datang dengan tiba-tiba.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran (3): 185)
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ {*} وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
Artinya, “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman (55): 26-27)
كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya, “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qhashash (28): 88)
Mereka Yang Cerdas
Dari Ibnu Umar Radiyallahu ‘anhuma berkata: Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sebagai orang yang kesepuluh (dalam sebuah majlis), maka berdirilah seorang laki-laki dari shahabat Anshar seraya berkata; ‘Wahai nabi Allah siapakah secerdik-cerdik dan seteguh-seteguh manusia itu? Maka beliau bersabda; “Mereka yang banyak mengingat kematian, dan mereka yang banyak mempersiapkan bekal untuknya, itulah manusia yang paling cerdik, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan keutamaan akhirat”. (HR. ath Thabrany dan dihasankan oleh Imam al Mundziry)[2]
Manfaat Mengingat Kematian
Ketahuilah! Mengingat kematian banyak mengandung hikmah dan manfaat yang besar, diantaranya:
1. Mengingatkan kita untuk senantiasa mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian sebelum kedatangannya.
2. Mengingat kematian akan mengurangi angan-angan kita untuk lebih lama hidup didunia, karena panjang angan-angan merupakan faktor terbesar yang membuat diri ini lalai terhadap negeri akhirat.
3. Mengingat kematian membuat diri kita zuhud terhadap dunia, dan qana’ah terhadap apa yang telah Allah berikan kepada kita.
Dari Anas bin Malik Radiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah melewati sebuah kerumunan orang yang sedang tertawa, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus segala kenikmatan”. Anas berkata; kalau tidak salah beliau bersabda lagi: “Karena tidaklah seseorang mengingat kematian ketika ia dalam keadaan sempit melainkan akan membuat dirinya menjadi lapang, dan tidaklah ia mengingatnya ketika lapang, melainkan akan membuat dirinya menjadi sempit”. ( HR. al Bazzar, dan dihasankan oleh: al Mundziry).
4. Mengingat kematian akan membuat diri kita cinta terhadap kampung akhirat, dan mendorong kita untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Mengingat kematian menjadikan diri kita merasa ringan terhadap cobaan-cobaan didunia.
6. Mengingat kematian akan mencegah diri kita dari berbuat kejahatan, meremehkan kebaikan dan bersenang-senang terhadap kenikmatan dunia.
7. Mengingat kematian akan mendorang diri kita untuk segera bertaubat kepada Allah dan memperbaiki diri dari segala kesalahan dan perbuatan dosa.
8. Mengingat kematian membuat hati menjadi lembut dan membuat mata akan menangis, membangkitkan ghirah terhadap ajaran-ajaran agama dan melemahkan bisikan-bisikan hawa nafsu.
9. Mengingat kematian menjadikan jiwa ini tawadhu’, tidak sombong dan tidak berlaku dzalim.
10. Mengingat kematian akan mencegah lahirnya sifat dengki terhadap saudara-saudara kita, sehingga kita akan senantiasa memaafkan kesalahan-kesalahan mereka dan menerima kelemahan-kelemahan mereka.
Sebab-sebab yang akan membangkitkan jiwa untuk mengingat kematian
1. Ziyarah kubur.
Rasulullah saw bersabda:
زُورُوا الْقُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ
Artinya, “Berziarahlah kalian semua ke kubur, karena sesungguhnya ia akan mengingatkan kalian pada kematian.!”(HR Ahmad dan Abu Daud serta dishahihkan oleh syaikh al-Albani).[3]
2. Menziarahi mayat yang dimandikan dan melihatnya ketika ia dimandikan.
3. Menyaksikan orang yang menuntun orang yang sakarat dan mentalqinnya dengan kalimat syahadat.
4. Meliputi jenazah, menshalatkannya dan menghadiri pemakamannya.
5. Membaca al Qur’an, terutama ayat-ayat yang berkenaan dengan kematian dan sakaratnya. Seperti firman Allah: QS. Qaaf: 19.
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS. Qaaf (50): 19)
6. Uban dan sakit, karena keduanya merupakan utusan dari Malakul maut (Malaikat pencabut nyawa) kepada para hamba.
7. Kenampakan-kenampakan yang telah Allah sebutkan sebagai peringatan bagi hamba-hamba-Nya. Dengan kematian dan mendatangkan kegoncangan pada bumi (gempa), banjir, bencana alam dan badai yang membinasakan.
8. Menelaah kejadian-kejadian yang telah terjadi umat manusia terdahulu dan golongan-golongan yang telah dibinasakan oleh kematian atau ditimpa bencana.
Gambaran Dari Husnul Khatimah
Shafwan bin Salim menghadap Muhammad bin al Munkadir, sedang ia berada di ambang kematiannya, seraya berucap kepadanya, “Wahai Abu Abdillah.! Seolah aku melihatmu benar-benar merasakan beratnya sakarat,” Dia masih saja menghinakannya dan menampakkan wajah yang terpuji, hingga seolah wajahnya bagaikan lentera. Kemudian berkata kepadanya, “Seandainya engkau melihat apa yang aku lihat, niscaya matamu akan berlinang.” Kemudian dia meninggal dunia.
Muhammad bin Tsabit al-Bannani berkata, “Aku mentalqin ayahku ketika dia dalam sakarat. Maka kukatakan kepadanya, “Wahai ayahku, ucapkan laa ilaaha illallahu, kemudian dia mengucapkan, “Wahai anakku, menyingkirlah dariku.! Sesungguhnya aku berada di tingkatan keenam atau ketujuh.!!”
Tatkala Abdurrahman bin al-Aswad ditalqin, dia menangis. Dikatakan kepadanya, “Mengapa anda menangis,” Beliau mengucapkan, “Duhai kasihan…shalat, puasa.” Sementara beliau tak henti-hentinya melantunkan ayat al-Qur’an hingga ajal tiba.
Amir bin Abdullah mendengar lantunan adzan sedangkan beliau dalam keadaan sakit yang parah -hampir meninggal-, maka berucaplah beliau, “Bawalah aku ke masjid,!” Lalu beliau masuk masjid dan mendapatkan shalat Maghrib bersama imam, ketika sedang ruku’, mendadak beliau meninggal. Semoga Allah merahmatinya.