HIKMAH PENSYARI’ATAN UDHHIYAH
Oleh: Tengku Azhar
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ {البقرة: 102}.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {النساء:1}.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا {70} يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. {الأحزاب: 70-71}
أما بعد:
فإن أحسن الحديث كلام الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثةٍ بدعة وكل بدعةٍ ضلالة وكل ضلالةٍ في النار.
Ma’asyirol muslimin jama’ah sholat iedul Adha rahimakumullah…
Di pagi hari yang agung ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia melantunkan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir ke hadirat Allah Ta’ala. Berbagai bentuk amal sholih, mulai dari shaum sunah, shadaqah, sholat iedul Adha, haji dan menyembelih binatang ternak dilakukan di bulan haram Dzulhijah yang agung ini, semata-mata sebagai wujud syukur yang tulus dan benar kepada Allah Ta’ala atas segala limpahan nikmat-Nya. Terkhusus lagi adalah nikmat istimewa “Al Kautsar” :
إِنَّآ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu “Al-Kautsar” nikmat yang banyak.”
Para ulama tafsir menyebutkan 16 pendapat tentang makna “Al- Kautsar” (nikmat yang banyak) dalam ayat ini, diantaranya :
Satu. Sebagian ulama menyatakan bahwa “Al-Kautsar” adalah nama sebuah sungai di surga yang dikaruniakan Allah Ta’ala kepada Rasulullah. Berdasar hadits :
Dari Abdullah bin Umar ia berkata : Rasulullah bersabda : “Al-Kautsar” adalah sebuah sungai di surga, kedua pinggirnya dari emas, airnya mengalir di atas intan dan permata, tanahnya lebih wangi dari minyak misk, airnya lebih manis dari madu dan lebih putih dari es.” [HR. Timridzi (3361), Ibnu Majah (4334)].
Dua. Sebagian ulama menyatakan bahwa “Al-Kautsar” adalah “Al Haudh” (telaga yang Allah Ta’ala karuniakan kepada Rasulullah di padang mahsyar nanti). Berdasar hadits :
Dari Abdullah bin Amru bahwasanya Nabi bersabda,” (Lebar) haudhku sejauh perjalanan sebulan. Airnya lebih putih dari susu, baunya lebih wangi dari minyak misk, gelasnya sebanyak bintang di langit, barang siapa meminum darinya tak akan pernah merasakan kehausan selamanya.” [HR. Bukhari 6579, Muslim 5971].
Sebagian ulama lain menyatakan bahwa al kautsar adalah nubuwat dan kitab suci (Ikrimah), atau Islam (Mughirah) atau Al Qur’an (Hasan), atau syafa’at (Al Mawardi) atau dua kalimat syahadat, atau al fiqhu fi dien atau sholat lima waktu (Hilal bin Yasaf). Pendapat yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah nama sungai di dalam surga atau telaga Rasulullah di padang mahsyar merupakan pendapat yang paling kuat karena didukung dalil-dalil yang shahih. Dinamakan “Al-Kautsar” karena banyaknya kebaikan yang dimilikinya dan banyaknya umat Islam yang akan datang dan meminum darinya. [Tafsir Ath Thabari 15/360-367, Tafsir Al Qurthubi 20/217-218, Tafsir Ibnu Katsir 4/507-509].
الله أكبر الله أكبر …لا اله إلا الله …الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Ma’asyirol muslimin jama’ah sholat iedul Adha rahimakumullah…
Allah Ta’ala mengingatkan Rasulullah j dan seluruh umat beliau akan nikmat-nikmat yang dikaruniakan-Nya, baik nikmat di akhirat nanti (seperti syafa’at, haudh di padang mahsyar, sungai di surga), nikmat dieni (Islam, iman, Al Qur’an) maupun nikmat duniawi (seperti harta, kedudukan, kesehatan, waktu luang, umur). Begitu agung dan melimpahnya, sehingga seluruh hamba tak sanggup menghitungnya. Maka Allah Ta’ala memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk mensyukuri nikmat-nikmat tersebut :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“ Maka dirikanlah sholat karena Rabbmu dan sembelihlah binatang ternak.”
Imam Ibnu Katsir mengatakan :
“Sebagaimana Kami telah memberimu kebaikan (nikmat) yang banyak di dunia dan akhirat, termasuk sungai di surga yang telah disebutkan, maka ikhlaskanlah seluruh sholat wajib dan sunnahmu serta sembelihanmu untuk Rabbmu semata. Maka beribadahlah kepada-Nya semata, janganlah engkau sekutukan dan sembelihlah binatang dengan menyebut nama-Nya saja.” [Tafsir Ibnu Katsir 4/509].
Allah Ta’ala mencatat dan mengabadikan sejarah nabi-Nya Ibrahim ‘Alaihi Salam, beserta putranya Nabi Ismail dan istrinya Hajar, dikarenakan perwujudan syukur mereka yang tulus dan benar kepada Allah Ta’ala.
Nabi Ibrahim menyadari betul bahwa anak dan istri adalah amanah titipan Allah Ta’ala. Ketika Allah Ta’ala memerintahkan beliau untuk meninggalkan istrinya Hajar dan putranya yang masih bayi, Ismail, di padang tandus tanpa tumbuhan, penduduk dan air di Makkah, semuanya beliau kerjakan dengan penuh ikhlas dan tawakal. Perpisahan dengan anak dan istri selama belasan tahun dan kecintaan kepada putranya juga tidak menghalanginya untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala menyembelih Ismail.
Hajar, seorang ibu muslimah yang lemah dan penyayang. Ketika harus berpisah dengan suami, mendidik putranya sendirian, tak pernah mengeluh dan berputus asa. Bahkan ketika Allah Ta’ala memerintahkan suaminya untuk menyembelih putranya. Ia pun merelakan dengan penuh tawakal.
Ismail seorang putra yang sholih dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Tak pernah ia menghujat ayahnya yang tak memberikan kasih sayangnya sejak kecil. Ketika ayahnya meminta pendapatnya tentang perintah Allah Ta’ala untuk menyembelih dirinya, ia pun dengan mantap meyakinkan tekad ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala.
Sungguh ini merupakan gambaran sebuah keluarga yang memahami betul makna syukur kepada Allah Ta’ala. Di balik kasih sayang ayah-ibu dan anak, terkandung keyakinan penuh bahwa semua yang ada adalah nikmat Allah Ta’ala semata. Nikmat yang harus disyukuri, dan wujud dari syukur itu adalah melaksanakan perintah Allah Ta’ala Yang Maha Mengaruniakan nikmat tersebut.
Manusia sering lupa daratan dengan nikmat yang Allah Ta’ala karuniakan kepadanya. Sering kali, nikmat membuatnya lupa menunaikan hak Allah Ta’ala dan hak saudara-saudara di sekitarnya. Maka Allah Ta’ala mensyariatkan penyembelihan hewan ternak kepada umat Islam dan umat-umat sebelum kita, supaya manusia mengingat dan menghayati kisah syukur keluarga Ibrahim :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَى مَارَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ اْلأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Ilahmu ialah Ilah Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.” [QS. Al Hajj ;34].
Imam Ath Thabary menafsirkan firman Allah Ta’ala :
فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا
“ Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). ”
“ Kepada Ilah kalian, tunduklah kalian dengan mentaati-Nya dan hinakanlah diri kalian di hadapan-Nya dengan beribadah.” [Tafsir Ath Thabari 10/191].
Jadi, wujud syukur kita kepada Allah Ta’ala adalah ketundukan dan kepatuhan kita terhadap perintah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, orang yang taat kepada Allah ta’ala berarti bersyukur kepada Allah. Yaitu :
وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَى مَآأَصَابَهُمْ وَالْمُقِيمِي الصَّلاَةِ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“ Orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan shalat dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka”.
وَالبُدْنَ جَعَلْنها لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِاللهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْر فَاذْكُرُوْا اسْم اللهِ عَلَيْهَا صَوَافّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah Ta’ala, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah Ta’ala ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati) maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta-minta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepadamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridho’an) Allah Ta’ala, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Ta’ala telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah Ta’ala terhadap hidayahNya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Hajj : 36-37)
Demikianlah Allah Ta’ala mengingatkan kita kembali untuk bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita, dengan menjalankan perintah-perintah yang telah Allah Ta’ala wajibkan kepada kita. Diantara perintah yang telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala kepada kita kaum muslimin, sebagai wujud kesyukuran kita kepadaNya adalah sebagaimana termaktub di dalam surat Al-Kautsar ayat –2 diatas, yaitu :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka tegakkanlah sholat untuk Robbmu dan sembelihlah hewan udhhiyah (qurban)”.
Ayat ini dengan jelas mengingatkan kepada kita, yaitu :
Shalat. Allah Ta’ala telah menyebutkan sholat sebagai bukti pertama atas kesyukuran seorang hamba kepadaNya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab :
ومن أجل اللأعمال البدنية الصلاة
“Sesungguhnya amal badaniyyah yang terbesar adalah Shalat”.
Hal ini sebagaimana di sabdakan oleh Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :
رأس الأ مر الإسلام وعموده الصلاة وذروة سنامه الجهاد في سبيل الله
“Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah Sholat dan puncak tertingginya adalah Jihad di jalan Allah Ta’ala”.
Dan ia termasuk amalan pertama yang akan dihisab oleh Allah Ta’ala atas setiap muslim pada hari kiamat.
Rasulullah bersabda :
أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة إذا صلحت صلح العمل كله, وإذا فسدت فسد العمل كله
“Yang pertama sekali akan di hisab atas seorang hamba adalah sholat. Jika baik sholatnya maka baiklah seluruh amalnya, bila rusak sholatnya maka rusaklah seluruh amalnya”.
Ia juga merupakan pembeda antara seorang mukmin dengan seorang kafir.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة, فمن تركها فقد كفر
“Perjanjian anatara kita dan dan mereka adalah sholat; barang siapa yang meninggalkannya maka benar-benar ia telah kafir”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ia juga merupakan perkara di dalam Islam yang terakahir, yang akan banyak ditinggalkan oleh umatnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لتنقضن عرى الإسلام عروة عروة, فلما انقضت عروة ثبث الناس بالتي تليها, فأولهن نقضا الحكم وآخرهن الصلاة
“Tali Islam akan terurai (terlepas) seikat demi seikat, apabila terlepas satu ikatan maka akan terlepas iakatan selanjutnya, yang pertama kali terlepas adalah hukumnya dan yang terakhir adalah sholat”.
Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh Allah Ta’ala, :
فخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsu nya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan”. (Maryam :59)
Maka Allah Ta’ala mengingatkan kaum mukminin agar tidak menjadi generasi-generasi yang menyia-nyiakan shalat, lebih-lebih menjadi generasi yang tidak memperdulikan sholat. Karena kelak mereka akan menemui kesesatan dan azab yang pedih. Allah Ta’ala berfiman :
ماسلككم في سقر * قالوا لم نك من المصلين * ولم نك نطعم المسكين * وكنانخوض مع الخائضين * وكنانكذب بيوم الدين * حتى أتنااليقين*
“Apakah yang memasukkan kalian kedalam Saqar (neraka)? * Mereka menjawab:“Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat * Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin * Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama orang-orang yang membicarakannya * Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan * Hingga datang kepada kami kematian * (QS. Al-Mudatstsir : 42-47)
Ma’asyiral muslimin jama’ah iedul adha Rahimakumullah
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar
Demikianlah Allah Ta’ala memberikan peringatan kepada kita agar kita tidak termasuk dari orang-orang yang meninggalkan dan melalaikan sholat. Maka barang siapa yang meninggalkan sholat dan menyiakan-nyiakannya pastilah ia akan mendapatkan kesulitan, kesempitan bahkan kesesatan didalam hidupnya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Umar Ibnul Khattab Radhiyallahu ‘Anhu :
من ضيعهافهوفيما سواهاأضيع
“Barang siapa yang melalaikan sholat, maka untuk urusan yang lainnya ia pasti melalaikannya”
Maka seorang ayah tidak akan mungkin menjadi ayah yang baik bila ia melalaikan sholat, seorang ibu tidak akan mungkin menjadi ibu yang sholihah bagi anak-anaknya bila ia melalaikan sholat, seorang anak tidak akan mungkin menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah bila ia meninggalkan sholat. Seorang pemimpin tidak akan pernah menjadi pemimpin yang baik bagi rakyatnya bila ia menyia-nyiakan sholat, seorang bawahan juga tidak akan menjadi pekerja yang baik bila ia melalaikan sholat.
Berudhhiyah (qurban)
Ada hikmah yang agung dibalik pensyari’atan udhhiyah, diantaranya:
-
Allah ingin menghilangkan sifat kikir dalam diri kita
Sifat kikir dan bakhil adalah merupakan sifat yang tercela dan sifat yang dapat membinasakan. Yaitu mengumpulkan harta kekayaan yang syubhat, halal maupun yang haram kemudian mencegah hak serta kewajiban yang ada padanya. Sifat ini sangat membahayakan dan dapat membinasakan orang-orangnya.
Rasulullah j bersabda; “Takutlah kamu sekalian dari sifat kikir, karena sesungguhnya sifat kikir itu telah membinasakan umat-umat sebelum kalian. Dan ia memerintahkan supaya berlaku bakhil, maka merekapun berlaku bakhil. Ia memerintahkan untuk berlaku maksiat, maka merekapun melakukan maksiat.” (HR. Al Hakim dan dinyatakan shahih olehnya).
Dalam hadits lain disebutkan; “Tidak akan bertemu selama-lamanya sifat kikir dan iman dalam hati seorang mukmin.” (Shahih Al Jami’ Ash Shagir no 7616).
Kita lihat orang-orang kikir menghabiskan umurnya untuk megumpulkan dirham dan dinar, kemudian mereka simpan didalam pundi-pundi dibawah tanah, ia jatuhkan hukuman mati dan penjara bagi hartanya sehingga tak ada seorangpun yang bisa melihat dan mengambilnya. Ia simpan uang dan harta tersebut serta ia hitung-hitung, tidak pernah ia belanjakan, tidak pernah ia infakkan bahkan untuk kepentingan pribadinya iapun bakhil, maka merugilah ia didunia dan diakhirat.
Ali bin Abi Thalib berkata; “Aku heran terhadap ihwalnya orang bakhil, ia mengejar kefakiran yang justru lari darinya, dan lari dari kekayaan yang justru mengejar dirinya”. Maksudnya ia hidup didunia seperti kehidupan orang-orang miskin, dan diakhirat ia dihisab dengan hisab yang berlaku bagi orang-orang kaya.
Ma’asyirol muslimin jama’ah iedul adha Rahimakumullah
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar
Allah memerintahkan kepada kita untuk menyembelih udhhiyah (hewan qurban), sebagian dagingnya kita makan, sebagian lagi kita berikan kepada mereka yang meminta-minta dan juga kepada mereka yang tidak meminta-minta (karena ingin menjaga kehormatan dirinya), Allah ingin mengingatkan kepada kita; janganlah engkau menyia-nyiakan hak orang-orang yang mestinya engkau beri makan, dan jangan pula engkau menyia-nyiakan hak orang-orang yang mestinya engkau cukupi nafkahnya.
Jangan engkau hidup hanya untuk duniamu, engkau perbesar isi perutmu, engkau turuti hawa nafsu dan syahwatmu!.
Rasulullah j bersabda; “Tiadalah pengrusakan dua srigala lapar yang dilepas dalam kawanan domba melebihi pengrusakan yang diakibatkan sifat tamak seseorang kepada harta dan kedudukan terhadap agamanya.”
Maka oleh sebab itulah Allah mensyari’atkan penyembelihan hewan qurban sebagai wujud sifat kasih sayang, juhud dan sifat wara’ terhadap dunia dan isinya. Dan sebagai sarana untuk menjauhi sifat tamak, kikir dan loba terhadap dunia dan isinya.
-
Allah ingin menumbuhkan sifat pengorbanan kita terhadap Islam
Syaikh Muhammad Qutb menyebutkan bahwa tarbiyyah (pendidikan) Islam merupakan pendidikan yang unik dan tidak tertandingi oleh sistem pendidikan manapun. Pendidikan Islam membidik seluruh aspek kehidupan manusia, ruh, akal, dan jasad tergarap semua. Tak heran bila alumninya orang-orang pilihan.
Bukti nyata hasil didikan Islam dalam ibunda Hajar adalah sisi pengorbanan demi Islam. Bila saat itu Allah menguji dengan meminta dipersembahkannya sang putra semata wayang, itu karena anaklah harta paling berharga yang beliau miliki. Anaklah belahan jantung dan penyambung jiwa beliau. Dewasa ini tentu medan yang kita hadapi telah berbeda. Hari ini terbuka luas medan berkurban bagi umat Islam.
Mereka dipanggil untuk mempersembahkan harta yang paling mereka hargai dan cintai. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran: 92)
Jika shahabat Abu Thalhah mewaqafkan kebun kurmanya yang saat itu merupakan kebun kurma yang paling subur di Madinah, itu karena kebun itulah harta yang paling dicintainya. Jika shahabat Ibnu Ummi Maktum yang buta atau Amru bin Jamuh yang pincang syahid dimedan peperangan, itu karena hanya nyawa merekalah harta yang paling mereka cintai.
Suatu hari shahabat Bisyr bin Khosyasyiah mendatangi Rasulullah j untuk masuk Islam dan berbaiat kepada beliau. Rasulullah j mensyaratkan kepadanya untuk mengucapkan kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji, berpuasa Ramadhan dan berjihad dijalan Allah. Bisyr berkata; Ya Rasulullah kalau yang lain saya sanggup, kecuali dua hal saja. Saya tidak sanggup untuk berjihad dan bersedekah.” Rasulullah j heran. “Tidak mau jihad, tidak mau sedekah, mau masuk surga dengan apa?” Shahabat Bisyr lebih heran lagi, ia baru sadar bahwa untuk masuk surga diperlukan pengorbanan, dan didunia ini tidak ada yang lebih berharga melebihi mahalnya nyawa satu-satunya dan harta yang dimiliki. Setelah paham, barulah ia menyahut, “Ya Rasulullah j, kalau begitu saya membaiatmu atas semua urusan tadi.” (HR. Ahmad).
Peristiwa penyembelihan Nabi Isma’il oleh Nabi Ibrohim atau yang kita kenal didalam syari’at Islam berqurban adalah peristiwa yang agung. Dari peristiwa ini dapat kita ambil ibroh dan pelajaran.
Pertama : Belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrohim membuat kita harus memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesinambungan generasi yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Disini tampaklah seorang ibu sebagai profil yang sangat ideal dalam menentukan perkembangan dan pendidikan anak-anaknya.
Seorang ibu adalah Madrasah pertama bagi anak-anaknya, bila ia mempersiapkan anak-anaknya dengan baik maka akan lahirlah generasi-generasi yang baik dari umat ini dimasa depan. Ibunda Hajar sosok seorang ibu yang lembut namun tegar dan memahami betul tugas dan kewajiban sebagai seorang muslimah.
Sosok seorang wanita yang ditakdirkan lemah dan penyayang namun mampu menembus batas “kemanusiaan” nya dan melakukan suatu tindakan yang sampai hari ini seorang jendral yang paling keras sekalipun tidak mampu mengulanginya. Yang pertama kali harus kita catatat dalam sosok Ibunda Hajar adalah sisi keimanan beliau.
Dari seorang budak, lalu menjadi pembantu keluarga seorang Nabi, lalu menjadi istri Nabi dan kemudian menjadi ibu seorang Nabi. Puncaknya adalah ketika perintah Allah Ta’ala untuk menyembelih sang putra tunggal, disetujuinya dengan sepenuh hati dan iman. Grafik keimanan beliau senantiasa menanjak. Perjuangan dan amal sholihnya senantiasa menyertai hari-harinya. Ketika harus berpisah dari sang suami dan mendidik sang putra sendirian, tak pernah ada keluhan dan keputusasaan. Seakan kodrat seorang yang wanita yang lemah telah hilang dari jiwa beliau. Ketabahan, kelemahlembutan, kasih sayang dan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan suami terpadu dalam relung jiwa yang menghantarkan beliau kealam yang tinggi. Tidak heran bila yang tercetak pemuda sesholih Isma’il ‘Alaihi Salam.
Kisah beliau mengajarkan kepada kita semua bahwa untuk membentuk suatu generasi yang sholih dan tangguh hendaknya dimulai dari sebuah keluarga. Sang ibu sebagai madrasatul ula haruslah seorang ibu yang beriman dan sadar akan tanggung jawab melahirkan generasi penerus yang handal. Sang ibu dituntut untuk mampu mendidik dan mengarahkan sang anak kejalan iman dan Islam.
Kedua : Menjauhi segala bentuk keburukan dan melakukan segala kebaikan
Ketiga : Keharusan mempertahankan dan memperkokoh idealisme sebagai seorang mukmin yang selalu berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun keadaanya dan bagaimanapun situasiKeempat : Waspada terhadap godaan-godaan Syaithan.
Ma’asyiral muslimin jama’ah iedul adha Rahimakumullah ….
Kita berharap semoga kisah Ibrahim tidak sekedar dongeng dari mulut sang kiai kepada jamaah yang mendengar khutbahnya. Lebih dari itu kita berharap penderitaan dan perjuangan kaum muslimin di Palestina, Iraq, Afghanistan dan lainnya, serta saudara-saudara kita yang hari ini mendapatkan musibah seperti di Aceh, dan sederet pekerjaan rumah tangga umat Islam mendapatkan respon kaum muslimin yang memiliki kelebihan harta. Ya sekaranglah saatnya kita menumbuhkan kesadaran berudhhiyah (qurban) bagi diri kita, baik harta, atau yang lebih dari itu; waktu, tenaga, fikiran atau nyawa kita sendiri.
Ma’asyiral muslimin jama’ah iedul adha Rahimakumullah …
Demikianlah besarnya arti sebuah pengorbanan dalam hidup ini, demi mencapai kebahagiaan yang hakiki didunia ini maupun kelak diakhirat. Dan tidak ada sebuah kebahagiaan melainkan disana harus ada pengorbanan yang kita buktikan, tidak ada kemenangan melainkan disana ada perjuangan yang kita kobarkan, alangkah indahnya perkataan seorang ahli syair;
Engkau mengharapkan sebuah kemenangan
Tapi engkau tidak pernah menyelami jalannya
Ketahuilah bahwa sebuah perahu tidak pernah berlayar diatas daratan
Rasulullah j bersabda; “Berbahagialah bagi orang yang berendah diri dan baik pekerjaannya, bagus jiwanya, mulia prilakunya, serta menghilangkan kejahatannya terhadap manusia. Berbahagialah orang yang mengamalkan ilmunya, menafkahkan kelebihan dari hartanya dan mencegah berlebih-lebihan dalam berbicara.” (Hadits ini dinyatakan Hasan oleh as Suyuti).
Lukman Al Hakim pernah berkata kepada anaknya’ “Wahai anakku! Sesungguhnya dunia ini adalah bahtera yang sangat dalam, telah banyak manusia yang tenggelam didalamnya. Maka jika kamu mampu, jadikanlah iman kepada Allah sebagai perahumu, tawakkal kepada Allah sebagai peralatannya dan taqwa sebagai layarnya. Maka apabila kamu selamat, itu semata-mata karena rahmat Allah, dan apabila kamu binasa penyebabnya adalah dosa-dosamu.”
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar
Marilah kita tutup dengan berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَىخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَ انْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَ يُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَ يُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَ زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظَّّالِمِيْنَ.
اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَ أَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَ بَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَ الْجَنَّةَ. اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ تَائِبِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَ عَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَ الْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَ الْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَ النَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.
اللَّهُمَّ ارْفَعْ رَايَةَ الْإِسْلَامِ فَوْقَ الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَأَخْلِصْهَا مِنْ أَيْدِي الْيَهُوْدِ وَ النَّصَارَى اللَّهُمَّ احْفَظِ الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ قُوَادَ الْمُجَاهِدِيْنَ وَ ثَبِّتْهُمْ عَلىَ مَنْهَجِ نَبِيِّكَ وَ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ وَ اهْدِهِمْ سَبِيْلَ الْهُدَى وَ الرَّشَادِ وَوَفِّقْهُمْ لِلْحَقِّ وَ مُتَابَعَتِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.