Khutbah Jum’at: Empat Penyebab Kemaksiatan dan Cara Mengatasinya
Oleh Muhammad Faishal Fadhli
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَه
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ ونَصَرَ عَبْدَهُ وأَعَزَّ جُنْدَهُ وهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَه
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَى آلِهِ وعَلَى تَابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ فِي كُلِّ أَثَرٍ إِلَى يَوْمِ المَحْشَر
قال الله تعالى : اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
وَقَالَ نَبِيُّنَا مُحَمَّد : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَ اَتْبِعِ السِيِّئَتَ الحَسَنَتَ تَمْحُوهَا وَ خَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
Khutbah Pertama
Download PDF di sini.
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Pertama, marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah, karena Dia-lah yang telah menjadikan kita kuat dalam segala hal. Allah yang memampukan kita dalam mencapai apa yang kita inginkan, dan itu semua merupakan karunia nikmat dari Allah Ta’ala.
Shalawat beriringkan salam semoga selamanya tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada para keluarga dan dzurriyah beliau, kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang senantiasa meneladani Rasulullah sampai hari kiamat.
Selanjutnya, khatib berwasiat pada diri khatib dan kepada jama’ah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah Ta’ala dengan mendekatkan diri kepada-Nya dan meneladani Rasulullah.
Sebab dengan dua perkara itu derajat takwa kita akan bertambah sehingga bisa menjadi bekal menghadap Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ
“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Kemaksiatan yang dilakukan seseorang tidaklah terjadi tanpa adanya sebab.
Sebagaimana orang bisa semangat beribadah ada tips dan langkah-langkah yang ditempuh, demikian pula halnya dengan kemaksiatan; ada sebab-sebab yang mengantarkan seseorang berbuat maksiat.
Berikut empat perkara penyebab kemaksiatan dan cara mengatasinya.
Pertama, bodoh (al-jahlu).
إِنَّمَا ٱلتَّوْبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa’: 17)
Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa para pelaku maksiat adalah orang-orang jahil.
Sebagaimana perkataan Qatadah, “Para sahabat Rasulullah telah sepakat, setiap orang yang durhaka kepada Allah, dia berada di dalam kejahilan.”
Disebut jahil, karena tidak tahu akan keagungan Allah dan penglihatan-Nya meliputi segala sesuatu. Jahil, tidak tahu bahwa kemaksiatan mendatangkan banyak kerugian; mudharat, dan kesengsaraan hidup dunia-akhirat.
Jahil, tidak tahu bahwa hakikat hidup di dunia ini untuk melakukan amal saleh sebanyak mungkin dan menjauhi maksiat sebisa mungkin.
Kejahilan atau kebodohan demikian itulah yang menyebabkan seseorang jatuh ke dalam jurang kemaksiatan.
Karenanya, di antara doa Nabi Musa yang diabadikan dalam Al-Qur’an adalah; memohon perlindungan dari kejahilan.
قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
“Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk dari orang-orang yang jahil.” (Al-Baqarah: 67)
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Selain Nabi Musa, Nabi Yusuf juga memohon perlindungan kepada Allah agar tidak jatuh pada kemaksiatan, karena maksiat dapat menyebabkannya terjerumus dalam gerombolan orang jahil.
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)
Inilah sebab pertama terjadinya maksiat, yaitu kebodohan. Adapun solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan ilmu.
Kalaulah bukan karena ilmu, manusia ibarat binatang ternak. Law laa al-‘ilmu, la kana an-nasu kal baha’im.
Kejahilan ibarat kegelapan, sedangkan ilmu adalah cahaya. Karenanya ilmu yang bermanfaat dapat mencegah seseorang dari penyebab kemaksiatan yang pertama yaitu kebodohan.
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Kedua, lemah iman (dha’fu al-iman).
Imam Bukhari rahimahullah berkata, “Aku telah berjumpa dengan seribu ulama dari berbagai negara. Mereka semua sepakat bahwa iman itu terdiri dari perkataan dan perbuatan. Iman itu bisa bertambah, juga bisa berkurang.”
Maknanya, keimanan seseorang bisa menguat juga bisa melemah. Ketika iman sedang turun, staminanya melemah, maka setan akan semakin mudah menggoda manusia berbuat maksiat.
Berbeda dengan penyebab maksiat yang pertama, penyebab kedua ini, bisa menjangkiti orang berilmu. Ketika mereka hanya fokus pada ilmu namun malas dalam beramal.
Berawal dari meremehkan dan menggampangkan yang wajib, meninggalkan yang sunah, terlalu sibuk dengan yang mubah, terbiasa dengan yang makruh, akhirnya terjerumus kepada yang haram.
Ketika keilmuan seseorang kuat, tapi imannya lemah; intelektual bagus, tapi spiritual rendah, terjadilah berbagai pelanggaran norma dan nilai-nilai agama.
Punya gelar mentereng, seperti, profesor, doktor, bahkan pemuka agama, terjerumus melakukan korupsi, penipuan atau dosa besar lainnya seperti riba dan zina, –wal iyaadzu billah-, bukan karena tidak punya ilmu, akan tetapi karena tidak punya stamina iman.
Adapun solusi untuk hal ini adalah memperbanyak zikrullah, mengingat Allah. Karena semakin sering zikir, semakin lemah pula pengaruh setan.
Sedangkan orang yang jarang berzikir, akan dengan mudah dikuasai oleh setan.
ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَٰنِ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
Ketiga, panjang angan-angan (thulu al-amal).
Betapa banyak orang menunda taubat dan menggagalkan niat hijrah karena mengira usianya masih panjang. Padahal, kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja.
Betapa banyak orang sibuk mengejar dunia. Menumpuk kekayaan. Mencari popularitas. Tidak sempat belajar agama. Karena mengira hidupnya masih lama.
Padahal, malaikat maut sudah di depan mata, dan sesaat lagi akan mencabut nyawanya.
Fenomena seperti ini termasuk contoh dari panjangnya angan-angan yang menjadi penyebab kemaksiatan seseorang.
Angan-angan yang dimaksud ialah angan-angan bisa tobat di usia tua, “muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” Ketahuilah, sesungguhnya cara pandang seperti ini, adalah mindset orang kafir
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا۟ وَيَتَمَتَّعُوا۟ وَيُلْهِهِمُ ٱلْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. Al-Hijr: 3)
Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsirnya berkata, “Panjang angan-angan ialah penyakit berbahaya. Jika menjangkiti jiwa, akan sulit diobati. Bahkan para ulama dan ahli hikmah pun ‘angkat tangan’ jika berhadapan dengan penyakit seperti ini.”
Hanya ada satu solusi agar tidak terjebak dengan angan-angan yang panjang ialah; ingat mati.
Orang yang senantiasa zikrul maut, akan semangat beribadah, memakmurkan akhirat, dan tidak tertipu dengan kesenangan duniawi. Kaffa bil mauti maw’idzhatan. Cukuplah kematian sebagai pengingat.
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Keempat, makanan yang syubhat dan haram (aklu asy-syubhat wa al-haram).
Penyebab kemaksiatan yang keempat adalah makanan. Yusuf bin Asbath berkata, “Setan senior berpesan kepada kepada syetan junior, ‘Jika kalian melihat pemuda beribadah, jangan tergesa untuk menggodanya.’
Lihatlah dari mana ia makan dan minum. Jika dari harta haram, dengan sendirinya ia akan jatuh dalam maksiat.'”
Harta haram yang dikonsumsi seseorang, akan berefek buruk. Malas beribadah. Sulit diarahkan pada kebaikan. Karena Allah Dzat Yang Maha Thayyib, tidak menerima kecuali dari yang thayyib juga.
Adapun solusinya, tidak lain adalah dengan mencari harta halal. Meski sedikit tapi berkah.
Demikianlah empat penyebab kemaksiatan dan cara mengatasinya. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memudahkan kita dalam meniti jalan kebenaran.
أَقُولُ قَولِي هَذَا وَ اسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ وَ لِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفُرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اَللَّهُمَّ ارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ