Khutbah Jum’at: Khasyatullah, Rasa Takut kepada Allah ﷻ
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّه نِحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِا للَّه مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّه فُلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
قال اللَّه تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّه حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَا لًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّه اَلَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَا لْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّه كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّه وَقُولُوا قَوْ لًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah ﷻ yang Berbahagia.
Perasaan takut menempati kedudukan yang amat penting dalam Islam, dan jenis ibadah yang sangat agung serta wajib dimurnikan hanya kepada Allah ﷻ saja dan tidak menyandarkan kepada yang lainnya. Rasa takut kepada Allah ﷻ juga merupakan bagian dari akhlak yang semestinya dimiliki oleh seorang muslim.
Rasulullah ﷺ dan para shahabat telah menjadikan sifat ini sebagai perisai bagi keimanan mereka. Sebagaimana sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Salim bin Basyir, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang kala itu sedang sakit dan menangis.
Abu Hurairah ditanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Hurairah?” Beliau radhiyallahu ‘anhu menjawab
أَمَّا إِنِّي لَا أَبْكِي عَلَى دُنْيَاكُمْ هَذِهِ ، وَلَكِنِّي أَبْكِي عَلَى بُعْدِ سَفَرِيْ ، وَقِلَّةِ زَادِي، وَإِنِّي أَصْبَحْتُ فِي صُعُوْدِ مَهْبِطٍ عَلَى جَنَّةٍ وَنَارٍ ، لَا أْدِرِي أَيُّهُمَا يُؤْخَذُ بِي
“Aku tidak menangisi dunia kalian ini, akan tetapi aku menangisi jauhnya perjalananku dan sedikitnya perbekalan ku. Sesungguhnya aku sedang mendaki sebuah jalan terjal menanjak yang ujungnya adalah surga dan neraka, sedang aku tidak tahu di mana aku akan berhenti.” (Hilyah al-Auliya’: 1/383)
Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah, di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fathir: 28)
Ibnu Mas’ud berkata, “Ilmu itu bukan karena banyaknya perkataan, tetapi karena khasyatullah (takut kepada Allah).” (HR. Thabrani, Majma’ Zawaid, Haitsami X/235)
Makna Khasyyah Dalam Al-Qur’an
Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah ﷻ yang Berbahagia.
Di dalam Al-Qur’an, kata khasyyah memiliki makna yang sangat bermacam-macam, dengan kata lain bahwa kata khasyyah itu tidak mesti bermakna rasa takut yang timbul karena sikap mengagungkan dan takut akan wibawa sang Pencipta.
Makna khasyyah bisa berubah sesuai dengan konteks ayatnya. Di antara makna khasyyah adalah
Pertama, Bermakna Rasa Takut Akan Keagungan Allah ﷻ
Dalam Al-Qur’an Surat Fathir ayat 28, Allah ﷻ berfirman
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ…
“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28)
Dalam tafsirnya, Imam At-Thabari menjelaskan bahwa kata khasyyah di dalam ayat tersebut bermakna rasa takut yang dimiliki oleh seseorang karena adanya pengetahuan yang ia miliki.
Dalam Surat al-Mu’minun, Allah ﷻ berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan azab Tuhan mereka.” (QS. Al-Mu’minun: 57)
Di dalam kitab Jami’ Al-Bayan, At-Thabari dijelaskan bahwa khasyyah adalah perasaan takut yang menyebabkan seseorang akan berusaha untuk terus berbuat baik untuk mencapai ridha Allah.
Sedangkan dalam kitab Mafatih al-Ghaib diterangkan bahwa khasyyah adalah rasa takut yang disertai dengan perasaan lemah, minder dan pesimis terhadap keagungan yang dihadapi.
Maknanya, bahwa dengan perasaan takut tersebut seseorang akan berusaha sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang dilarang dan berusaha untuk mencapai ridha Allah ﷻ.
Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah ﷻ yang Berbahagia.
Kedua, Bermakna Rasa Takut Secara Umum
Allah ﷻ berfirman
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’: 31)
Menurut Ath-Thabari, khasyyah pada ayat di atas adalah berarti al–khauf (rasa takut), Yakni rasa takut akan kemiskinan, tidak mampu memberi makan kepada anak-anaknya. Sebagaimana rasa takut pada umumnya yang ada pada diri manusia.
Ketiga, Rasa Takut Yang Berlebihan
Allah ﷻ berfirman,
فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً
“Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya.”
Dalam kitabnya At-Thabari dan Ar-Razi mengatakan bahwa kata khasyyah yang berada dalam ayat ini adalah rasa takut yang timbul pada hati orang-orang munafik yang takut kematian dalam peperangan.
Hal ini dikarenakan mereka masih menikmati indahnya hidup dan menganggap kematian adalah hal yang sangat menakutkan. Akhirnya, timbul rasa takut terhadap musuh-musuh yang memerangi mereka dan bahkan rasa takut mereka terhadap manusia lebih besar daripada rasa takut mereka kepada Allah.
Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah ﷻ yang Berbahagia.
Keempat, Rasa Takut Yang Menunjukkan Kepasrahan Pada Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ…
“…Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”
Salafus Shalih dan Khasyyah Mereka
Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah ﷻ yang Berbahagia.
Para Sahabat dan Salafus Shalih merupakan generasi terbaik yang telah diakui oleh Rasulullah ﷺ. Salah satu sebabnya adalah rasa takut mereka kepada Allah ﷻ yang begitu besarnya.
Abdullah bin Dinar berkata, “Saya pernah pergi bersama Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu ke Makkah. Ketika itu, di tengah perjalanan kami berhenti sebentar untuk istirahat.
Tiba-tiba ada seorang penggembala turun dari bukit menuju ke arah kami dan Ibnu Umar bertanya kepadanya, ‘Apakah kamu penggembala?’.
‘Ya’, jawabnya.
(Ingin mengetahui kejujuran si Penggembala itu) Ibnu Umar melanjutkan, ‘Juallah kepada saya seekor kambing saja.’
Si Penggembala itu menjawab, ‘Saya bukan pemilik kambing-kambing ini, saya hanyalah hamba sahaya.’
‘Katakan saja pada tuanmu, bahwa seekor kambingnya dimakan serigala’, kata Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu.
‘Lalu di mana kah Allah ﷻ?’, jawab penggembala mantap.
Ibnu Umar pun bergumam, ‘Ya, benar. Di manakah Allah ﷻ?’ Kemudian beliau menangis dan dibelinya hamba sahaya tadi lalu dimerdekakan. (HR. Thabrani, para perawinya tsiqah. Siyar A’lamin Nubala`, Adz-Dzahabi, II/216)
Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah ﷻ yang Berbahagia.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa, “Apabila seorang insan tidak merasa takut kepada Allah ﷻ maka dia akan memperturutkan hawa nafsunya. Terlebih lagi apabila dia sedang menginginkan sesuatu yang gagal diraihnya.
Karena nafsunya menuntut memperoleh sesuatu yang bisa menyenangkan diri serta menyingkirkan gundah gulana dan kesedihannya.
Dan ternyata hawa nafsunya tidak bisa merasa senang dan puas dengan cara berzikir dan beribadah kepada Allah ﷻ maka dia pun memilih mencari kesenangan dengan hal-hal yang diharamkan yaitu berbuat keji, meminum khamr, dan berkata dusta.” (Majmu’ Fatawa, 1/54,55)
Sebagian ulama salaf mengatakan, “Tidaklah seseorang terhitung dalam jajaran orang yang takut (kepada Allah) sementara dirinya tidak dapat meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.” (Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, hlm. 162)
Dhuyufurrahman Tamu Undangan Allah ﷻ yang Berbahagia.
Rasa takut kepada Allah ﷻ merupakan bagian dari ibadah, sebagaimana Allah ﷻ berfirman,
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ اِلٰى رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ وَيَرْجُوْنَ رَحْمَتَهٗ وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهٗۗ اِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوْرًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka (sendiri) mencari jalan kepada Tuhan (masing-masing berharap) siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka juga mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya, azab Tuhanmu itu adalah yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’: 57)
Maka, semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang memiliki dan senantiasa menumbuhkan rasa takut kepada Allah ﷻ sehingga akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini dan senantiasa berusaha berbuat kebaikan dan kebajikan.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقٌوْنَ أَمَّا بَعْدُ
Hadirin yang berbahagia marilah kita akhiri khutbah pada siang kali ini di tempat yang berkah ini dengan bersama-sama berdoa kepada Allah ﷻ.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَّللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وْالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى دِينِنَا وَدُنْيَانَا وَأَهْلِنَا وَمَالِنَا
اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ