Khutbah Jum’at: Membangun Optimisme dan Kekuatan Mental
Oleh Muhammad Faishal Fadhli (Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur)
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
قال اللَّه تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ
Download PDF di sini.
Khutbah Jum’at
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Mari kita bersyukur kepada Allah ﷻ atas limpahan nikmat-Nya kepada kita semua. Semoga dengan senantiasa bersyukur kepada Allah ﷻ, hidup kita akan dipenuhi dengan berkah, langkah-langkah kita terbimbing oleh hidayah, hingga meninggal nanti dalam kondisi khusnul khatimah.
Shalawat beriring salam, semoga tetap Allah ﷻ curahkan kepada Nabi Agung, Nabi Muhammad ﷺ. Kepada keluarga beliau, para sahabat beliau, para tabi’in, dan umat Islam yang istiqamah hingga hari kiamat nanti.
Berikutnya, khatib berwasiat kepada diri pribadi khatib dan hadirin sekalian, agar senantiasa bertakwa kepada Allah ﷻ kapan pun dan dalam kondisi apa pun. Sebab takwa adalah sebaik-baik bekal.
Allah ﷻ berjanji bahwa orang-orang bertakwa akan diberi jalan keluar dari setiap kesulitan, diberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, dan disediakan surga seluas langit dan bumi.
Jama’ah sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Indikasi utama kesehatan dan kekuatan mental adalah tidak suka mengeluh, optimis dan percaya diri.
Apabila sifat ini melekat pada diri seseorang, maka bisa dipastikan potensinya akan tersalurkan dengan baik, karirnya melejit, masa depan cerah, dan hidupnya terlihat bersinar, karena telah berhasil mengukir berbagai prestasi gemilang.
Inilah buah manis dari optimisme.
Optimisme yang dimaksud di sini adalah perpaduan antara harapan, rasa percaya diri, ketekunan, dan yakin betul bahwa Allah akan membukakan jalan serta memberikan kemudahan.
Intinya, dapat dikatakan bahwa; kesehatan mental yang ditandai dengan sifat optimis, merupakan bekal utama dan syarat mutlak bagi siapapun yang ingin meraih kesuksesan.
Adapun kaitannya dengan Sirah Nabawiyah, jika kita menghayati setiap episode perjalanan hidup Sang Nabi, pastinya kita akan mendapati banyak sekali fragmen menarik yang sangat relate untuk disajikan kembali kepada generasi muda yang mengalami gangguan mental; dicekam rasa takut, pesimis, putus asa, kehilangan arah, makna dan tujuan hidup.
Sirah Nabawiyah menampilkan kepingan-kepingan kisah inspiratif yang bisa menjawab semua problem mental yang menjangkiti kawula muda jaman sekarang.
Berikut ini beberapa contoh spesifik, berkaitan dengan sikap optimis yang ditunjukkan oleh Rasulullah ﷺ.
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Pertama, sikap optimis dalam merespon siksaan kafir Quraisy.
Sebagaimana telah diketahui, pada fase Makkah, ruang gerak Nabi dipersempit, para pengikutnya yang masih sedikit, dianiaya dengan kejam, menyebabkan luka parah bahkan sebagian sahabatnya gugur sebagai syuhada.
Beliau sendiri, sempat mengalami percobaan pembunuhan, lebih dari sekali. Di tengah kesulitan dan tekanan yang luar biasa, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Demi Allah, Allah akan menyempurnakan urusan ini hingga seorang musafir dari Shan’a ke Hadramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, padahal serigala berada di dekat kambingnya. Akan tetapi, kalian tergesa-gesa.” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ memotivasi para sahabatnya untuk bersabar dalam menyambut pertolongan Allah yang sudah pasti akan datang.
Beliau juga menanamkan optimisme dengan penuh percaya diri, bahwa suatu saat nanti, pengikutnya akan terus bertambah dan tersebar di berbagai belahan dunia. Islam, agama yang dibawanya, akan menebarkan rahmat bagi seluruh alam.
Hari ini, kita bisa merasakan kekuatan kata-kata Nabi yang benar-benar terbukti. Islam menjadi agama yang selalu dikaji.
Berapa banyak pendeta, dan para misionaris yang semula ingin menghancurkan Islam, justru berbalik arah, mengikrarkan syahadat secara sukarela, baik keislamannya, dan begitu gigih memperjuangkan agama Islam.
Di Inggris dan Amerika, agama Islam berkembang pesat. Di Jepang, jumlah mualaf terus bertambah setiap harinya. Begitu juga di belahan dunia yang lain seperti Afrika dan Australia.
Di tengah gempuran biadab Zionis laknatullah, meskipun umat Islam Palestina yang menjadi korban genosida mencapai 40.000 jiwa, baik yang syahid atau terluka, tetapi Allah menunjukkan kuasa-Nya. Banyak dukungan justru dari negara-negara Eropa.
Sebagian dari mereka bahkan mencari tahu tentang Islam. Merasa tertarik, lalu bersyahadat.
Demikianlah. Optimisme Rasulullah dalam berdakwah, membuahkan hasil yang manis. Berawal dari follower yang hanya empat orang, terus bertambah jumlahnya hingga jutaan bahkan milyaran sampai hari ini.
Jama’ah sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Kedua, sikap optimis dalam perjalanan hijrah.
Untuk maslahat dakwah, menjaga eksistensi dan mengembangkannya, pada tahun 13 setelah kenabian, Rasulullah ﷺ hijrah dari Makkah menuju Madinah. Beberapa saat sebelumnya, kafir Quraisy telah berencana membunuh Rasulullah.
Tetapi rencana mereka gagal karena Rasulullah telah meninggalkan Makkah secara diam-diam tanpa sepengetahuan mereka.
Akhirnya, para dedengkot Quraisy membuat sayembara; bagi siapa yang berhasil menangkap Muhammad, akan mendapat hadiah 100 ekor unta.
Selain itu, mereka juga melakukan pengejaran terhadap Rasulullah ﷺ. Sedangkan beliau sendiri bersembunyi di gua Tsur. Abu Bakar ash-Shiddiq merasa ketakutan.
Rasul menghibur sahabatnya dengan kata-kata yang diabadikan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah: 40. Laa tahzan innallaha ma’ana. Jangan bersedih. Sesungguhnya Allah bersama kita.
Jama’ah sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Ketiga, sikap optimis saat menghadapi musuh.
Salah satu perang besar dalam Sirah adalah perang Khandaq atau dikenal juga perang Ahzab, yang terjadi pada tahun 5 H.
Meskipun dikepung dari berbagai arah, atas-bawah, kanan-kiri, tetapi beliau tidak gentar dan tetap optimis bisa mengalahkan koalisi pasukan yang terdiri dari kafir Quraisy dan Yahudi. Optimisme beliau juga nampak saat perjanjian Hudaibiyah, tahun 6 H.
Meskipun secara dzahir pihak kaum muslimin dirugikan dengan butir-butir perjanjian itu, beliau dengan tenang menyepakatinya karena visi yang jauh ke depan.
Sekelas Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib pun merasa gusar dan dikalahkan, tapi pandangan seorang nabi, jauh ke depan melampaui pikiran banyak orang. Begitu juga saat menghadapi Yahudi Khaibar tahun 7 H.
Dengan cerdasnya, beliau membuat sebuah kalimat pembangkit semangat, “Khaibar Khaibar.” (Hancurlah Khaibar). Dalam ilmu balaghah, kalimat ini disebut dengan istilah Jinas.
Jama’ah sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Keempat, sikap optimis dalam menghadapi toxic people.
Proses menuju puncak kejayaan, tak sepi dari para pencibir. Mereka adalah orang-orang yang berusaha mematahkan semangat, menghilangkan bakat, dan menakuti-nakuti akan masa depan yang pekat.
Semua itu biasanya dilakukan hanya dengan kata-kata yang menguji kekuatan mental kita. Hal ini juga dialami oleh Rasulullah ﷺ.
Dalam Sirah, toxic people diperankan oleh kaum munafik yang ragu, pesimis, dan berburuk sangka kepada Allah dan rasul-Nya. Dengan lancangnya, mulut mereka berkomentar, “Apa yang dijanjikan oleh Allah dan rasul-Nya hanyalah tipu daya belaka.” (Al-Ahzab: 12)
Bukan hanya itu, sembari menghina dan mengejek, “Seseorang di antara kita tidak bisa membuang air besar, saking takutnya, tetapi dia justru menjanjikan kepada kita istana Persia dan Romawi?!”
Mereka, orang munafik, berkata demikian karena dijangkiti penyakit hati dan penyakit mental; ragu dan pesimis.
Meski kaum munafik berusaha menggoyahkan mental para sahabat, tetapi Rasulullah ﷺ terus memotivasi mereka dengan logika wahyu yang membawa visi-misi besar, yaitu mengalahkan dua imperium terkuat pada masanya.
Tak lama setelah beliau wafat, tepatnya pada masa Umar, janji kemenangan itu benar-benar terwujud.
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Kelima, mengajarkan sikap optimis kepada umatnya.
Di antara optimisme yang ditanamkan oleh Nabi ﷺ adalah anjuran memberi nama kepada anak dengan nama-nama yang membawa kabar gembira, kebaikan, dan optimisme.
Nama-nama yang mengandung makna kehidupan, progresif, dan keberkahan. Sejalan dengan itu, beliau juga melarang penamaan dengan nama-nama yang jelek.
Dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Abu Wahb al-Jusyami berkata, “Nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Nama yang paling jujur Harits dan Hammam. Nama yang paling buruk adalah Harb dan Murrah.” (HR. Al-Bukhari)
Alasan kenapa nama Harb tidak disukai karena mengandung makna perang yang identik dengan kerusuhan dan pertumpahan darah.
Padahal Islam adalah agama keselamatan, keadilan dan keamanan, dan Harb (perang) adalah kebalikan dari semua itu. Murrah (pahit) adalah tidak islami karena kebalikan dari sesuatu yang manis dan enak.
Nabi ﷺ pernah mengubah nama seorang perempuan yang bernama ‘Ashiyah (dengan shad) yang berarti ‘pelaku maksiat.’
Beliau menggantinya dengan nama Jamilah yang berarti indah, karena agama Islam yang dibawanya adalah sesuatu yang indah.
Beliau juga pernah mengubah nama seorang lelaki, dari yang semula Hazn (kesedihan) diganti menjadi Sahl (kemudahan).
Bahkan beliau mengubah nama sebuah kota, Yatsrib yang artinya cercaan dan cacian, diubah menjadi Thayyibah yang artinya elok, bagus dan menunjukkan kebaikan.
Di kemudian hari, kota Thayyibah ini dikenal dengan nama Madinah.
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Demikianlah beberapa contoh optimisme yang terukir indah dalam Sirah Nabawiyah. Sudah selayaknya bagi generasi muda umat Islam, menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai role model dalam kehidupannya dan semoga kelak kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat syafaat dari beliau ﷺ.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآياَتِ وِالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ بِتِلاَوَتِهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اَللَّهُمَّ ارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ, رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
سُبْحاَنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَأَقِمِ الصَّلاَةَ