Menumbuhkan Rasa Cinta Kepada Rasulullah ﷺ
Oleh: Jaisyu Muhammad (Mahasantri Ma’had Aly An-Nuur)
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ
فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى
فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ أيْضاً: يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Segala puji hanya bagi Allah ﷻ yang telah melimpahkan dan menganugerahkan kepada kita kenikmatan yang begitu banyak. Pada setiap helaan nafas dan denyutan nadi kita, selalu ada tetesan dan limpahan nikmat dari Allah ﷻ yang patut untuk disyukuri.
Shalawat serta salam juga semoga senantiasa terlimpahkan kepada Baginda Rasulullah ﷺ yang telah membawa agama Islam sehingga dengannya zaman yang dipenuhi dengan kegelapan berubah menjadi zaman yang penuh dengan cahaya.
Kemudian tak lupa khatib wasiatkan kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah ﷻ. Sebab keimanan dan ketakwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ
“Dan berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al-Baqarah: 197)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Pada sebuah kehidupan pasti ada perjalanan yang harus ditempuh, dan di dalam menempuh suatu perjalanan itu seseorang pasti memiliki tujuan. Akan tetapi, seseorang tidak akan sampai kepada tujuan masing-masing apabila ia belum memiliki alamat atau pemandu jalan.
Begitu pula dengan perjalanan hidup manusia. Seseorang tidak akan mengetahui ke arah manakah ia harus melangkah jika tidak memiliki alamat yang tertuju pun juga pemandu yang memandu. Layaknya orang yang tersesat di dalam hutan karena tidak membawa kompas, ia pun tidak tahu arah jalan pulang.
Sebagai umat Muslim, kita selayaknya bersyukur karena memiliki sosok pemandu hidup sekaligus teladan yang memiliki akhlak sempurna nan mulia. Siapakah beliau? Tiada lain dan tiada bukan melainkan baginda Rasulullah ﷺ.
Allah ﷻ berfirman
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam: 4)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Dalam ayat tersebut Allah ﷻ menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ merupakan sosok manusia sempurna yang memiliki akhlak mulia. Oleh sebab itu hendaknya kita mengikuti akhlak beliau serta meneladani sifat-sifat beliau yang terpuji.
Rasulullah ﷺ memiliki hati yang lembut dan tutur kata yang manis, selalu menampakkan wajah yang berseri-seri, juga memiliki senyuman yang tidak membuat bosan siapa pun yang memandangnya. Dalam segi kesabaran, beliau merupakan sosok yang paling penyabar.
Cacian dan makian orang-orang kafir Quraisy tidak memutuskan semangat beliau untuk senantiasa berdakwah. Bahkan darah dan nyawa pun beliau korbankan demi tegaknya Islam di muka bumi ini.
Allah ﷻ berfirman
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Jamaah shalat Jum’at rahimakumullah.
Rasulullah ﷺ telah membawa syariat Islam secara sempurna. Beliau telah menepati semua amanah yang Allah bebankan dalam segala aspek kehidupan, baik itu dalam perkara akidah, muamalah, dan lain sebagainya.
Hal mana semua itu menjadi sebuah penuntun bagi umat manusia untuk menapaki jalan yang lurus dan sebagai salah satu dari jawaban doa kita “ihdinas shiratal mustaqim” tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.
Semua bukti pengorbanan Rasulullah ﷺ di dalam memperjuangkan agama ini sudah cukup untuk menjadikan kita bangga menjadi umat beliau. Bangga dengan tidak sekedar bangga, akan tetapi juga berusaha mengetahui ajaran yang beliau bawa dan senantiasa menjadi umat yang rindu serta cinta kepada beliau.
Sebab seseorang belum dikatakan sebagai orang yang mencintai Rabbnya jika ia tidak mencintai Rasul-Nya dan sesungguhnya merekalah yang telah mengantarkan umat manusia dari gelapnya alam kejahiliyahan menuju terangnya cahaya Islam.
Allah ﷻ berfirman
قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Jamaah yang dirahmati Allah ﷻ.
Perlu kita ketahui bahwa Rasulullah ﷺ sangat mencintai umatnya. Saking cintanya, hingga menjelang sakaratul maut pun beliau senantiasa menyebut-nyebut umatnya, padahal jarak beliau dengan seluruh umatnya masih sangat jauh.
Lantas apa yang seharusnya kita lakukan? Apakah kita hanya cukup mengetahui kisah beliau? Sudahkah ada aksi ataupun bukti bahwa kita mencintai beliau?
Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda
مَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي ، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menghidupkan sunahku, maka sungguh ia telah mencintaiku. Barangsiapa yang mencintaiku, maka sungguh ia akan bersamaku di jannah.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2726)
Dari riwayat tersebut, kita dapat memahami bahwa inti dari cinta kepada Rasulullah ﷺ adalah mengikuti dan meneladani sunah-sunahnya serta memperbanyak bershalawat kepadanya. Dengan kata lain, ungkapan rasa cinta kita kepada Rasulullah ﷺ harus diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan, bukan hanya sebatas formalitas belaka. Pengakuan cinta kepada Rasulullah ﷺ haruslah disertai dengan perbuatan yang mencerminkan kecintaan pada beliau. Bila tidak, maka sama saja cinta itu bohong adanya.
Hatim Az-Zahid menyatakan, “Barangsiapa mengaku cinta Rasulullah ﷺ tanpa mau mengikuti sunah beliau, maka ia adalah seorang pembohong.”
Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah.
Kecintaan seseorang kepada Nabinya harus benar-benar direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk bukti yang nyata seperti halnya sahabat Abu bakar As-Siddiq radhiyallahu ‘anhu. Beliau merupakan sahabat Rasulullah ﷺ yang pengorbanannya kepada Islam sangat besar.
Sampai-sampai seluruh harta dan kekayaannya pernah diinfakkan demi kejayaan Islam di muka bumi ini, dan itu semua merupakan bentuk cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah ﷻ berfirman
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Barangsiapa yang menaati Rasul sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling dari (ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 80)
Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah.
Maka, semoga kita semua bisa mengekspresikan bentuk kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ dengan kejujuran dan senantiasa tunduk serta ikhlas dalam mengerjakan perintah Allah ﷻ.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan mereka yang senantiasa mengikuti sunah serta menjadi umat Rasulullah yang mendapatkan syafaat dari beliau di hari kiamat kelak. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
أقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ الله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُهُ إِنَّهُ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجالِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنا عَلَى دِينِكَ، يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ