Hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorang pun yang mampu mencelakakannya. Allah berfirman,
مَن يَهدِ اللَّهُ فَهُوَ المُهتَدي ۖ وَمَن يُضلِل فَأُولٰئِكَ هُمُ الخاسِرونَ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat).” (Al-A’raaf:178)
Hakikat Dan Macam-Macam Hidayah
Hidayah secara bahasa adalah Ar-Rasyad yang berarti bimbingan dan Ad-Dalalah yang berarti dalil atau petunjuk. (al-Qaamush al-Muhith, 1733)
Sedang menurut syar’i, Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan bahwa hidayah memiliki dua sifat :
Pertama, Hidayah yang bersifat mujmal, garis besar atau global. Yaitu hidayah kepada agama Islam dan Iman, yang ini dianugerahkan kepada setiap muslim.
Kedua, Hidayah yang bersifat rinci dan detail. Yaitu hidayah untuk mengetahui perincian cabang-cabang imam dan islam, serta pertolongan-Nya untuk mengamalkan semua itu. Hidayah ini sangat dibutuhkan oleh setiap mukmin di siang dan malam. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 225)
Tingkatan Hidayah
Imam Ibnul Qayyim dalam Badai’ul Fawaid menyebutkan hidayah memiliki empat tingkatan :
Pertama, Hidâyah ‘Ammah (Menyeluruh), hidayah yang meliputi semua makhluk hidup dengan jenisnya yang beragam. Allah berfirman, “Musa berkata: “Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada setiap makhluk bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” Qs. Thaha : 50
Kedua, Hidâyatul Bayân Wad Dalâlah Wat Ta’rîf Wal Irsyâd. Hidâyatul Bayân bisa dilakukan oleh siapa pun yang memiliki kemampuan menyampaikannya, menyeru kepada kebaikan, ketaatan atau amal shaleh. Bisa juga diperoleh dari kitab bacaan maupun kitab visual. Inilah makna firman Allah,
وَأَمّا ثَمودُ فَهَدَيناهُم فَاستَحَبُّوا العَمىٰ عَلَى الهُدىٰ
“Adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk.” Qs. Fushshilat : 17
Ketiga, Hidâyatut Taufîq Wal Ilhâm. Hidâyatut Taufîq merupakan kekhususan Allâh Swt tanpa ada campur tangan pihak lain sekalipun Nabi saw. Allah berfirman,
فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشاءُ وَيَهدي مَن يَشاءُ ۖ
“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi hidayah (taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” Qs. Fathir : 8
Hidâyatut taufîq wal ilhâm ini memiliki dua tingkatan :
Pertama, Hidâyatut taufîq dari kekufuran dan kesyirikan menuju Islam dan tauhid. Hidayah ini diperoleh oleh seseorang yang sebelumnya kafir dan musyrik dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Allâh ﷻ berfirman,
فَإِن أَسلَموا فَقَدِ اهتَدَوا ۖ وَإِن تَوَلَّوا فَإِنَّما عَلَيكَ البَلاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصيرٌ بِالعِبادِ
“Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allâh) dan Allâh maha melihat akan hamba-hambanya.” (Ali-‘Imran : 20)
Kedua, Hidâyatut Taufîq dari kebid’ahan menuju sunnah, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dan dari dosa menuju ibadah. Hidayah ini merupakan hidayah yang paling utama. Tidak semua orang yang telah diberi hidayah kepada Islam bisa mendapatkan hidayah untuk mengamalkan Islam sesuai dengan sunnah Rasûlullâh ﷺ. Bahkan, sudah menjadi Sunnatullah bahwa banyak pihak yang menyimpang dan sesat, sedangkan yang selamat dari mereka hanyalah sedikit.
Cermatilah berita Rasûlullâh ﷺ tentang perpecahan yang terjadi pada umat ini, “Umatku akan terpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan.” Beliau ditanya, “Siapakah dia, wahai Rasûlullâh?” Beliau saw menjawab, “(Golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.” (HR. Tirmidzi, Hadits ini dihasankan oleh syaikh Al-Albani. Hanya satu golongan yang dinyatakan selamat dari kesesatan)
Ketiga, Puncak hidayah ini adalah hidayah kepada Surga ketika penghuninya digiring ke dalamnya. Allah ﷻ berfirman tentang ucapan penghuni Surga,
الحَمدُ لِلَّهِ الَّذي هَدانا لِهٰذا وَما كُنّا لِنَهتَدِيَ لَولا أَن هَدانَا اللَّهُ ۖ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga) kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami.” (Al-A’raf : 43)
Keempat, tingkatan hidayah ini sifatnya bertahap. Seorang hamba yang belum mencapai tingkatan kedua tidak akan mendapatkan hidayah tingkatan yang ketiga. Untuk mencapai tingkatan hidayah keempat, ia harus melalui tingkatan yang kedua dan ketiga. Wallahu’alam..
[Herman Budi Zamroni/Majalah An-Nuur vol.61]