Cegah Maksiat dengan Shalat
Oleh Nasrullah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ ونَصَرَ عَبْدَهُ وأَعَزَّ جُنْدَهُ وهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَه
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَى آلِهِ وعَلَى تَابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ فِي كُلِّ أَثَرٍ إِلَى يَوْمِ المَحْشَرِ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Download Materi Khutbah Jum’at PDF khutbah-jumat-cegah-maksiat-dengan-shalat
Khutbah Pertama
Segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat kepada kita selaku hamba-Nya. Nikmat yang seandainya kita ingin menghitungnya, maka mustahil untuk menghitungnya. Allah berfirman di dalam kitab-Nya yang berbunyi.
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ
“Dan jika kamu ingin menghitung nikmat Allah subhanahu wa ta’ala maka niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.” (Q.S Ibrahim: 34)
Dalam tafsir al-Washit disebutkan bahwa seandainya saja kamu ingin mengira-ngira nikmat Allah yang ada pada dirimu, dan bukan menghitungnya, maka tidak akan bisa. Karena banyak nikmat yang Allah berikan, dan ada sebagian nikmat yang kamu tidak ketahui.
Dhuyufurahman tamu undangan Allah yang berbahagia.
Suatu ketika Ali radhiyallahu ‘anhu berdiri di samping sebuah kubur, kemudian ia berkata kepada kubur tersebut, “Wahai penduduk kubur bagaimana kabar kalian? Sesungguhnya rumah-rumah kalian yang kalian huni telah ditempati. Harta yang dulu kalian bangga-banggakan telah dibagi-bagi. Istri yang dulu kalian cintai telah dinikahi. Maka ceritakanlah kepada kami wahai ahli kubur tentang kabar-kabar kalian. Kabarkan lah kami tentang apa-apa yang menimpa kalian.”
Maka ketika itu Ali radhiyallahu ‘anhu menoleh kepada para sahabatnya, seraya berkata, “Jika seandainya ahli kubur ini dapat berbicara, maka mereka akan mengatakan, ‘watazawwaduu fainna khairaz zaadit taqwa (berbekallah kalian, dan sebaik-baik bekal adalah ketakwaan).’”
Oleh karenanya, khatib pada kesempatan kali ini mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan umumnya kepada para jamaah sekalian untuk meningkatkan ketaqwaan karena sebiak-baik bekal adalah ketaqwaan.
Dhuyufurrahman tamu undangan Allah yang berbahagia.
Manusia adalah mahluk yang sempurna. Kita memiliki apa yang tidak dimiliki oleh hewan, yaitu akal. Manusia memiliki apa yang tidak dimiliki oleh malaikat, yaitu nafsu. Sehingga, apabila manusia taat kepada Allah dengan sebenar-benar ketaatan maka mereka dapat menyamai para malaikat yang tak memiliki nafsu yang dengannya dapat mendorong mereka pada kemaksiatan.
Begitu pula sebaliknya, manusia dapat menjadi lebih buruk dan lebih hina daripada hewan apabila mereka lebih mengutamakan nafsu dari pada akalnya. Sehingga ia akan jatuh ke dalam kubangan kemaksiatan yang gelap gulita, segelap hatinya ketika dibutakan oleh hawa nafsu.
Shalat Penghalang Maksiat
Sidang jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah.
Berbicara tentang manusia, maka tak akan lepas darinya perbuatan maksiat. Mengapa? Karena manusia itu tempatnya salah dan lupa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2499, Hasan)
Juga tak dapat dipungkiri bahwa salah satu karakter seorang manusia adalah yansa ‘an ni’ami rabbihi lupa akan nikmat Rabbnya. Sehingga sangat besar peluang bagi seorang manusia itu untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar.
Lantas apakah ada sebuah solusi dari permasalahan yang ada?
Maka jawabannya adalah ada. Sebab, tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan terdapat sebuah obat sebagai penawarnya. Begitu pun dengan masalah. Tidaklah Allah menimpakan sebuah masalah melainkan ada sebuah solusi dibelakangnya. Maka apakah solusi untuk mencegah seseorang berbuat maksiat?
Solusinya adalah shalat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya tentang perkara shalat sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
(٤٥)اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
Imam ath-Thantawi menjelaskan dalam kitab tafsirnya, al-Washit, beliau menjelaskan perihal ayat ini, “Ayat ini menjelaskan tentang perintah untuk menegakkan shalat secara khusyuk dan juga ikhlas.”
Maka muncul di benak kita ada apa dengan khusyuk dan juga ikhlas yang diupayakan ketika shalat? Maka jawabannya ada pada penjelasan berikutnya.
Beliau menjelaskan, “Sesungguhnya di dalam perkara shalat yang seorang muslim itu laksanakan pada waktu-waktunya dengan khusyuk dan juga ikhlas ia dapat mencegah seseorang dari berbuat fahsya’ yaitu setiap sesuatu yang buruk, baik dari perkataan dan juga perbuatan. Shalat juga dapat mencegah seseorang dari kemungkaran, ia adalah setiap sesuatu yang diingkari dan ditolak oleh syariat serta akal sehat.”
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan juga mungkar.
Dhuyufurrahman tamu undangan Allah yang berbahagia.
Dari pemaparan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orang yang menegakkan shalat dapat mencegah dirinya berbuat maksiat. Maka dari sini muncul sebuah pertanyaan, “Bagaimana jika ada seseorang yang ia sudah melaksanakan shalat akan tetapi bersamaan dengan itu ia masih saja berbuat kemaksiatan?”
Penjelasan tentang hal ini juga dapat ditemukan dalam tafsir al-Washit yang menyebutkan bahwa, “Apabila Anda mendapati seseorang yang melaksanakan shalat, akan tetapi bersamaan dengan itu dia juga melakukan sebagian kemaksiatan, sesungguhnya itu bukanlah kesalahan shalatnya.
Akan tetapi kekeliruan orang yang melakukan kemaksiatan tersebut karena dia belum dapat melaksanakan shalat dengan dibersamai kekhusyukan dan keikhlasan. Dia melakukan shalat tetapi tidak ada dampak yang membekas dihatinya. Dan semoga shalatnya dapat mencegah dirinya dari kemaksiatan karena barakah atas keistiqamahannya dalam mengerjakan. Seperti yang disebutkan di dalam hadits yang mulia, “Sesungguhnya shalat itu akan mencegahnya (maksiat).”
Sidang jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah.
Tahu kah kita disamping itu semua, bahwa shalat yang kita tunaikan dapat mencegah kita dari berbuat maksiat. Ada satu hal juga tak kalah penting darinya, yaitu dzikir mengingat Allah subhanahu wa ta’ala baik dengan tasbih, tahmid, ataupun tahlil. Shalat yang kita lakukan, jama’ah sekalian, adalah mencakup di dalamnya semua perkara itu. Oleh karenanya shalat itu dikatakan sebagai amalan ketaatan yang paling besar karena di dalamnya mencakup semua perkara tersebut.
Oleh karena itu, mari kita perbaiki shalat kita, kita benahi shalat kita dan semoga dengan kita memperbaiki shalat yang selama ini kita lakukan hanya terpatok pada sebuah gerakan-gerakan tanpa makna kekhusyukan dan keikhlasan, mudah-mudahan Allah berikan kita makna-makna itu dan Allah mudahkan bagi kita untuk mencapai syurganya dengan menjadi hambanya yang bertaqwa dengan mengurangi maksiat-maksiat yang selama ini membelenggu kita yang menjadikan kita hamba yang hina.
وَالْعَصْرِۙ (١) اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ (٢) اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبُ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ وَفَطَرَهُ بِالدِّيْنِ اْلقَيِمِ وَهُوَ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ ِيَزْدَادُوْا إِيْمَانًا مَعَ إِيْمانِهِمْ وَهُوَ الَّذِيْ أَدْخَلَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ جَنَّةٍ نَعِيْمٍ وَأَدْخَلَ الْكَافِرِيْنَ فِيْ نَارٍ جَهِيْمٍ أَرْسَلَهُ مُحَمَّدَ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ صَاحِبُ الْخَنْدَاقِ وَلَمْ يُقَاتِلُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَيَمْشِيْ بِالْأَسْوَاقِ وَجَاءَهُ مِنْ سُوْرَةِ اْلعَلَقِ اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَق خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ.
Dhuyufurrahman tamu undangan Allah yang berbahagia.
Di khutbah yang kedua ini khatib kembali mengingatkan dan menyimpulkan tentang khotbah yang pertama bahwa manusia dan maksiat tidak akan pernah terlepaskan, akan tetapi bukan berarti ketika kita bermaksiat beralasan seperti ini, “bahwa manusia tidak akan terlepas dari maksiat.”
Kalau seandainya kita mengatakan hal tersebut saat bermaksiat, maka apakah pantas bagi kita menjadikan surga sebagai tempat kembali? Pastinya tidak. Oleh karena itu mari kita tutup rapat-rapat pintu kemaksiatan dengan shalat yang khusyuk dan ikhlas, karena hal itu dapat menyelamatkan kita dari gelapnya nafsu dan kemaksiatan.
Jamaah shalat Jum’at Allah yang berbahagia.
Mari kita akhiri khutbah kedua ini dengan memohon kepada Allah untuk senantiasa dijaga dari gelapnya kemaksiatan dan diistiqomahkan pada terangnya jalan ketaatan.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى القَوْمِ الكَافِرِيْنَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
أقم الصلاة