Shalat Jumat dan Persatuan Umat
Oleh: Chotib Muchtar
Hari Jum’at merupakan hari kebahagiaan bagi umat islam karena pada hari itu begitu banyak kebaikan dan keutamaan. Ibnu Qayyim menyebutkan ada sekitar 30 lebih kemulian hari Jum’at. Imam Suyuthi menambahkan ada sekitar 100 keutamaan pada hari Jum’at. 1
Kemuliaan hari Jum’at yang disebutkan oleh para ulama menunjukan bahwa rahmat dan ampunan Allah subhanahu wata’ala begitu luas. Karena pada hari itu banyak amalan-amalan kusus yang mendatangkan pahala dan menghapus dosa.
Pada masa Jahiliah, hari Jum’at disebut dengan Arubah. Kata Arubah memiliki arti orang arab asli atau bangsa arab. Hari Jum’at dinamakan Arubah karena pada hari itu digelar sebuah pertemuan yang didominasi oleh orang arab. Mereka mendiskusikan problem-problem bangsa arab (Quraisy) untuk dipecahkan.2
Ka’ab bin Luai3 adalah orang pertama yang mengadakan perkumpulan pada hari Arubah (Jum’at) sehingga hal tersebut menjadi sebuah tradisi. Pada moment tersebut ka’ab bin Luai pernah memberikan khutbah kepada tokoh-tokoh Quraisy tentang kedatangan Nabi terkahir yang akan muncul dari keturunannya:
يَا لَيْتَنِي شَاهِدٌ فَحْوَاءَ دَعْوَتِهِ *** إذا الْقريش تَبْغِي الْحَقَّ خِذْلَانًا
Alangkah bahagianya bagi orang yang menyaksikan seruannya
Jika Quraisy menolak kebenarannya, pertolongan siapa lagi yang diharapkan.4
hari Arubah diberi nama Jum’at ketika Islam datang. Namun, ulama berbeda pendapat tentang sebab munculnya nama tersebut. Ada yang mengatakan Karena pada hari Jum’at ada perkumpulan umat islam untuk mengerjakan Shalat Jum’at. 5
Syarbini mengatakan bahwa sebab dinamakan Jum’at karena pada hari itu Adam dan hawa pertama kali dipertemukan.6 Ada juga yang berpendapat sebabnya karena Quraisy mengadakan pertemuan di Dar Nadwa pada hari itu.7
Begitu banyak ragam pendapat tentang sebab nama hari Jum’at. Akan tetapi, Semua sebab yang disebutkan oleh para ulama mengandung makna satu yaitu sebuah peristiwa yang menunjukan adanya perkumpulan atau pertemuan.
Menyatukan umat dengan Shalat Jumat
Secara Bahasa kata Jum’at mengadung makna persatuan. Di mana salah satu aktivitas persatuan adalah perkumpulan. Dalam Shalat Jum’at, kaum muslimin dari berbagai latar belakang suku, organisasi dan kewarganegaraan bisa bersatu dalam satu tempat. Menyamakan status dan meredahkan diri sebagai seorang hamba kepada pencipta.
Shalat Jum’at selain sebagai ibadah yang wajib, memiliki peranan penting dalam persatuan umat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan shalat Jum’at sebagai sarana untuk menyatukan umat. Di masa itu pelaksanaan shalat Jum’at dilakukan di satu titik, yaitu di masjid Nabawi.
Pada masa itu ada 9 masjid yang jaraknya berdekatan dengan masjid Nabawi. Para sahabat mengerjakan shalat 5 waktu di masjid tersebtu.
كَانَ بِالْمَدِينَةِ تِسْعَةُ مَسَاجِدَ مَعَ مَسْجِدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَسْمَعُ أَهْلُهَا تَأْذِينَ بِلاَلٍ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَيُصَلُّونَ فِي مَسَاجِدِهِمْ أَقْرَبُهَا مَسْجِدُ بَنِي عَمْرِو بْنِ مَبْذُولٍ مِنْ بَنِي النَّجَّارِ وَمَسْجِدُ بَنِي سَاعِدَةَ وَمَسْجِدُ بَنِي عُبَيْدٍ وَمَسْجِدُ بَنِي سَلَمَةَ وَمَسْجِدُ رَاتِجٍ مِنْ بَنِي عَبْدِ الأَشْهَلِ وَمَسْجِدُ بَنِي زُرَيْقٍ وَمَسْجِدُ بَنِي غِفَارٍ وَمَسْجِدُ أَسْلَمَ وَمَسْجِدُ جُهَيْنَةَ وَيَشُكُّ فِي التَّاسِعِ
Di Madinah ada 9 masjid yang berdekatan dengan masjid nabi, di mana adzan Bilal terdengan oleh penduduk masjid-masjid tersebut. Mereka (sahabat) shalat di masjidnya masing-masing. Masjid yang paling dekat dengan masjid Nabawi adalah masjid Bani Amru bin Mabdzul dari kalangan Bani Najar, selanjutnya masjid Bani Saidah, masjid Bani Ubaid, masjid Bani Salamah, masjid Bani Ratij dari kalangan Bani Abddul Asyhal, masjid Bani Zuraiq, masjid Bani Gifar, masjid Aslam, masjid Juhainah, sedangkan masjid yang ke Sembilan diragukan namanya.8
Namun, 9 masjid tersebut tidak mendirikan shalat Jum’at. Pelaksanaan shalat Jum’at dipusatkan di masjid Nabawi. Begitu juga Masjid-masjid yang jauh di luar kota Madinah, mereka mengerjakan shalat Jum’at di masjid Nabawi. Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita:
كَانَ النَّاسُ يَنْتَابُونَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ مَنَازِلِهِمْ وَالْعَوَالِيِّ فَيَأْتُونَ فِي الْغُبَارِ يُصِيبُهُمْ الْغُبَارُ وَالْعَرَقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُمْ الْعَرَقُ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْسَانٌ مِنْهُمْ وَهُوَ عِنْدِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّكُمْ تَطَهَّرْتُمْ لِيَوْمِكُمْ هَذَا
“Orang-orang datang berbondong-bondong pada hari Jum’at dari tempat tinggal mereka dan pinggiran kota yang jauh, mereka datang melewati padang pasir sehingga mereka pun berdebu dan berkeringat. Salah seorang dari mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat itu beliau sedang bersamaku, beliau lantas bersabda: “sebaiknya kalian mandi terlebih dahulu untuk menyambut hari ini (Jum’at).”9
Sahabat yang berada di kota Madinah dan di luar Madinah mereka sangat antusias mengerjakan shalat di masjid Nabawi. Jarak yang mereka tempuh cukup jauh, terutama yang tinggal di luar kota madinah.
Jarak perjalanan Penduduk Dzul Khulaifah menuju masjid nabawi berkisar 6 mil atau (9,65 Km).10 Sahabat Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu menempuh perjalanan dari rumahnya menuju masjid Nabawi sejauh 8 mil (12,872 km).11 Sahabat yang lain seperti Abdullah bin Rowahah radhiyallahu ‘anhu berangkat ke masjid Nabawi dengan berjalan kaki sepanjang 2 mil (3.22km).12
Semua sahabat nabi yang tinggal di Madinah dan pinggiran kota Madinah melaksanakan shalat Jum’at di masjid Nabawi. Walaupun, mereka memiliki masjid, jama’ah, dan memilliki kemampuan untuk mendirikannya (di masjid mereka). Akan terapi, mereka tidak mendirikan shalat Jum’at sendiri. Salah satu pendorongnya adalah untuk mewujudkan persatuan umat.
Ketika wilayah islam meluas di masa Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, beliau memerintahkan para gubernur seperti Abu Musa al-Asyari radhiyallahu ‘anhu di Bashrah, Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu di Kufah, Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu di Mesir, dan para panglima perang di Syam Untuk mendirikan masjid di setiap wilayah atau desa-desa. Namun ketika hari Jum’at tiba, Umar memerintahkan pelaksanaan shalat Jum’at dipusatkan di satu titik di wilayah masing-masing.13
——————————
1 Khashais yaumil jumuah lis-suyuti wa yalihi khasais yaumil jumuah li ibni qoyim, cet.darul hadits, kaira, tahun 1991 M, hal 5.
2 Lisanul arab, Ibnu mandhur, hal 681, cet. Darul ma’arif, Mesir, tahun 1119H
3 kakek ketujuh Nabi Muhammad. Beliau dari kabilah bani kinanah.
4 Al iktifau bima tadhamanahu min Magazi Rosulillah wa tsalasati khulafa, Abu rabi al-kalai, hal 1/21-22, cet dar kutub ilmiyah, bairut, 1420 H.
5 Haysiyah al-Qoiluni wa Amirah, jilid 1, hal 310, cet. Dar fikr, tahun 1415 H/1995 M.
6 Al-iqna, as-syarbini, jilid 1, hal 176. cet dar fikr
7 Lisanul arab, Ibnu mandhur, hal 682, cet. Darul ma’arif, Mesir, tahun 1119H
8 Sunan ad-dar quthni, Abu hasan ali bin umar ad-dar quthni, jilid 2, hal: 458, no:1871, cet Muasasah risalah 2004, Lebanon.
9 Al jami al musnad as-shahih, Muhammad bin ismail al-bukhari, jilid: 2, hal:6, No:902, cet, Dar thuruqi najah, tahun 1422 H.
10 Mushanaf ibni Abi syaibah, no: 5063, cet: maktabah ar-Rusydi, Riyadh, tahun 1409 H.
11 Mushanaf ibni Abi syaibah, no:5072
12 Mushanaf ibni Abi syaibah, no: 5085
13 Tarikh Madinah damasyqi, Ibnu asakir, jilid: 2, hal: 321-322, cet. Darul fikr, Bairut, tahun: 1415 H.