Khutbah Idul Fitri: Bertakwa dengan Hati
Oleh Ashabul Yamin (Alumnus Ma’had Aly An-Nuur)
PDF bisa didownload di sini.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ
بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Bersyukur kita kepada Allah ﷻ atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga di pagi hari yang mulia ini kita bisa hadir di sini, setelah menuntaskan puasa sebulan penuh.
Semoga sekolah Ramadhan yang telah dilalui mampu melahirkan kita kembali menjadi manusia manusia baru; yang orientasi hidup meraih ridha Allah-nya jelas tertancap dalam sanubari, yang peta jalannya menuju surga jelas terbayang dalam benaknya, dan yang tekadnya beramal tak bisa dihalangi oleh rintangan sebesar apapun
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad ﷺ yang telah mendedikasikan seluruh kehidupannya demi tegaknya syariat Allah ini ke seluruh penjuru dunia.
Kepada keluarga, sahabat, dan segenap umatnya yang istiqamah meniti ajarannya sampai tiba hari kiamat kelak.
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Tanpa terasa, waktu begitu cepat berlalu. Bulan Ramadhan yang penuh berkah dan limpahan keutamaan kini telah meninggalkan kita. Ramadhan kini telah pergi, namun jejaknya masih tertinggal di hati.
Suasana syahdunya masih terbayang di pelupuk mata, gema takbir, tahmid, dan lantunan Al-Qur’an masih terasa menggema di telinga.
Betapa indah hari-hari yang baru saja kita lalui, dan betapa rindu kita pada malam-malam penuh rahmat itu.
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi—mereka yang melewati bulan suci ini tanpa memperoleh ampunan dari Allah ﷻ.
Sebagaimana doa yang dipanjatkan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah ﷺ:
رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celakalah seorang hamba yang menjumpai bulan Ramadhan, lalu ia berlalu tanpa mendapatkan ampunan.” (HR. Bukhari)
Ramadhan memang akan kembali pada tahun depan, tapi sungguh, kita tidak tahu apakah akan dipertemukan kembali dengan Ramadhan lagi atau nyawa kita telah berpisah dari raga dan kita telah menyusul menjadi penghuni barzakh.
Kita bersyukur kepada Allah ﷻ yang telah memberikan kita kesempatan untuk menyambut hari raya Idul Fitri 1446 H ini dengan penuh kebahagiaan tanpa kurang suatu apapun.
Namun, di tengah rasa bahagia itu, ada rasa sedih terselip di hati, manakala kita ingat orang-orang yang tahun lalu masih bersama kita, tapi kini telah pergi menghadap Allah ﷻ.
Mungkin ada orang tua, sahabat, atau keluarga yang dulu tersenyum bersama, tapi kini hanya tersisa doa untuk mereka. Mari kita doakan mereka. Semoga Allah memberikan mereka tempat terbaik di sisi-Nya.
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Kita bersyukur juga, saat ini semua yang hadir di tempat ini merayakan Idul Fitri bersama sanak keluarga, handai taulan dengan penuh suka cita gegap gempita, tapi di belahan bumi lain nun jauh di sana, saudara-saudara kita di Gaza, Palestina, justru merayakan hari ini dengan air mata, duka, dan kehancuran.
Mereka tidak bisa berkumpul dengan keluarga seperti kita. Masjid-masjid mereka telah luluh lantak, rumah-rumah mereka hancur, anak-anak mereka kehilangan orang tua, dan banyak di antara mereka yang bahkan tidak tahu apakah hari ini masih bisa bertahan hidup atau tidak.
Maka, mari jadikan hari ini bukan hanya hari untuk bersuka cita, tetapi juga hari untuk merasakan penderitaan saudara seiman kita.
Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa umat Islam itu seperti satu tubuh. Jika satu bagian sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan perihnya.
Jangan lupakan mereka, minimal dalam untaian doa, panjatkan doa-doa terbaik untuk mereka. Semoga Allah memberikan keteguhan hati, menolong, dan mengangkat penderitaan mereka.
Jangan biarkan hari raya ini berlalu tanpa doa dan kepedulian untuk mereka.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamdu
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Memaknai Hari Raya
Imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif menyebutkan, bahwa khalifah Umar bin Abdul Aziz suatu waktu ketika berkhutbah pada hari raya Idul Fitri berkata kepada para hadirin:
أَيُّهَا النَّاسُ! إِنَّكُمْ صُمْتُمْ لِلَّهِ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، وَقُمْتُمْ ثَلَاثِينَ لَيْلَةً، وَخَرَجْتُمُ الْيَوْمَ تَطْلُبُونَ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنْكُمْ.كَانَ بَعْضُ السَّلَفِ يَظْهَرُ عَلَيْهِ الْحُزْنُ يَوْمَ عِيدِ الْفِطْرِ، فَيُقَالُ لَهُ: إِنَّهُ يَوْمُ فَرَحٍ وَسُرُورٍ، فَيَقُولُ: صَدَقْتُمْ، وَلَكِنِّي عَبْدٌ أَمَرَنِي مَوْلَايَ أَنْ أَعْمَلَ لَهُ عَمَلًا، فَلَا أَدْرِي أَيَقْبَلُهُ مِنِّي أَمْ لَا؟
“Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari, dan kalian keluar pada hari ini untuk memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri.
Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.”
Mereka malah mengatakan, “Benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak tahu apakah amalan tersebut diterima atau tidak.”
Pernyataan ini menunjukan keseriusan generasi salafush shalih,– orang-orang shalih terdahulu, para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, dan generasi setelahnya–, dalam beramal shalih.
Mereka banyak beramal akan tetapi khawatir amalan-amalan tersebut tidak diterima oleh Allah ﷻ.
Maka apakah kita demikian? Ataukah sebaliknya, amal sedikit tapi percaya diri semuanya akan diterima oleh Allah ﷻ.
كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
“Mereka (para sahabat nabi) berdoa kepada Allah selama 6 bulan (sebelum ramadhan) agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadhan.”
Begitulah keseriusan para salaf dalam beribadah, dan inilah kiranya alasan kenapa mereka dikatakan oleh Rasul generasi terbaik dari umat ini:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kita diminta untuk meneladani mereka, karena mereka adalah generasi paling dekat dengan sumber asli Islam. Ibarat sungai, semakin dekat ke mata air, semakin jernih airnya. Semakin jauh, bisa jadi semakin banyak campuran dan kotoran yang masuk.
Meneladani para salaf bukan berarti kita harus hidup di padang pasir dan kembali ke zaman unta. Hal yang kita teladani dari mereka adalah kemurnian iman, semangat ibadah, dan akhlak mulia.
Sebab pada hakikatnya, Islam yang mereka pegang sama dengan Islam yang kita peluk hari ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamdu
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Hakikat Takwa sebagai Tujuan Puasa
Setelah sebulan kita shiyam, puasa, menahan nafsu, lapar dan dahaga, ada satu pertanyaan yang mestinya menjadi renungan kita semua: apakah puasa yang telah kita laksanakan sudah mencapai tujuannya?
Firman Allah ﷻ:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Dalam ayat ini Allah ﷻ mengatakan, bahwa tujuan ibadah puasa Ramadhan adalah agar seseorang mencapai derajat takwa.
Takwa adalah kesadaran batin yang kuat bahwasanya Allah ﷻ sepenuhnya hadir dalam hidup, mengetahui pikiran-pikiran, dan niat-niat dari semua tindakan kita.
Perasaan bahwa Allah ﷻ hadir itulah yang memberikan kontrol sangat kuat ketika kita hendak melakukan perbuatan dosa dan maksiat.
Pada waktu yang sama, takwa merupakan energi yang membuat kita selalu kuat untuk terus menerus melakukan ketaatan kepada Allah ﷻ, dan itu yang menjadi tujuan utama dari shiyam Ramadhan sebulan penuh.
Berkata Umar bin Abdul Aziz:
لَيْسَ تَقْوَى اللَّهِ بِصِيَامِ النَّهَارِ، وَلَا بِقِيَامِ اللَّيْلِ، وَالتَّخْلِيطِ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ، وَلَكِنَّ تَقْوَى اللَّهِ تَرْكُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ، وَأَدَاءُ مَا افْتَرَضَ اللَّهُ، فَمَنْ رُزِقَ بَعْدَ ذَلِكَ خَيْرًا، فَهُوَ خَيْرٌ إِلَى خَيْرٍ
“Takwa kepada Allah bukanlah sekadar berpuasa di siang hari atau shalat malam, lalu mencampurinya dengan perbuatan maksiat di antara keduanya.
Tetapi takwa kepada Allah adalah meninggalkan apa yang Allah haramkan dan melaksanakan apa yang Allah wajibkan. Maka siapa saja yang setelah itu dianugerahi kebaikan tambahan, maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.”
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamdu
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَتَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا – وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Janganlah kalian saling dengki, melakukan jual beli najasy, saling membenci, saling membelakangi dan sebagian dari kalian menjual apa yang dijual saudaranya. Jadilah kalian semua hamba–hamba Allah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, sehingga dia tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, mendustakannya dan merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini –sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali- …”
Di hadits tersebut mari kita perhatikan sabda baginda Rasul, “at-taqwa ha huna, takwa itu di sini, sambil menunjuk ke arah dadanya”.
Rasul tekankan sebanyak tiga kali sebagai ta’kid, atau penekanan akan pentingnya hal tersebut.
Maknanya, bahwa takwa itu bukan sekedar amalan lahiriah yang nampak, tapi juga mencakup amalan hati. Seseorang yang hatinya bertakwa maka anggota badannya juga bertakwa kepada Allah ﷻ.
Maka, ketakwaan sejati adalah ketika seseorang takut melakukan dosa meski tak seorang pun melihatnya. Ia tidak hanya menahan diri dari kemaksiatan karena malu pada manusia, tetapi karena ia sadar bahwa Allah ﷻ selalu mengawasinya.
Takwa itu adalah seorang pedagang yang memiliki kesempatan untuk menipu pelanggannya, tetapi ia memilih kejujuran karena hatinya dipenuhi rasa takut kepada Allah ﷻ.
Takwa adalah seorang pemuda yang mampu melakukan maksiat tanpa ada yang tahu, tetapi hatinya berbisik, “Sesungguhnya Allah ﷻ melihatku.”
Takwa adalah seorang pemimpin yang memiliki kuasa untuk menindas bawahannya, tetapi ia justru berlaku adil karena hatinya dipenuhi kesadaran akan hari hisab.
Takwa itu di sini, kata Rasul, di hati yang bergetar ketika mendengar ayat-ayat Allah ﷻ.
Takwa itu di sini, di dada yang sesak oleh penyesalan setelah melakukan kesalahan.
Takwa itu di sini, dalam kesunyian seorang hamba yang memilih kejujuran, meski dunia menawarkan kemudahan dalam dusta.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamdu
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Menjaga Hati di Hari yang Fitri
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita melihat orang yang tampak saleh: pakaian panjang, janggut lebat, lisan dipenuhi dengan ayat dan hadis.
Tetapi Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa yang menjadi standar di sisi Allah ﷻ bukanlah penampilan luar, melainkan keadaan hati.
Mungkin ada orang yang ibadahnya rajin, tetapi hatinya penuh dengki. Ada yang lisan dan tulisannya dipenuhi nasihat agama, tetapi hatinya penuh kesombongan.
Ada yang sering berbicara tentang kebenaran, tetapi dalam hatinya tersimpan kebencian terhadap saudaranya.
Di sisi lain, ada orang yang mungkin sederhana penampilannya, tidak banyak bicara tentang agama, tetapi hatinya dipenuhi ketakwaan.
Ia menjaga keikhlasan, menghindari ghibah, selalu berprasangka baik, dan hatinya tunduk kepada Allah ﷻ dengan sepenuh keimanan.
Semua itu, sejatinya adalah tujuan dari disyariatkannya puasa Ramadhan, la’allakum tattaquun, agar kamu sekalian menjadi orang yang bertakwa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamdu
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Urusan hati ini penting, bahkan menjadi pokok penentu kebaikan dan keburukan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
“… Ingatlah di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim)
Maka, di hari yang mulia ini dan seterusnya, mari jaga hati agar tetap baik dan bersih. Terhadap sesama manusia, mari saling memaafkan dengan tulus, meninggalkan iri dan dengki, serta mempererat ukhuwah Islamiyah.
Kepada Allah ﷻ kita jaga hati dalam segala kondisi, syukur ketika dapat nikmat, sabar ketika tertimpa musibah. Tawakal ketika berserah diri, khauf (takut), raja’ (harap), dan mahabbah (cinta) ketika beribadah.
Sebab kebersihan hati itulah yang kelak akan menjadi bekal kita menghadap Allah ﷻ.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy Syu’ara’: 88)
Demikian Khutbah Idul Fitri pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan bermanfaat dan menjadi bahan renungan kita bersama.
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Ma’asyiral muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia …
Mari kita tutup khutbah Idul Fitri pada pagi yang penuh berkah ini dengan bersama-sama melantunkan doa kepada Allah ﷻ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ النَّعِيْمَ المُقِيْمَ الَّذِيْ لاَ يَحُوْلُ وَلاَ يَزُوْلُ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ النَّعِيْمَ يَوْمَ العِيْلَةِ وَالأَمْنَ يَوْمَ الخَوْفِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ. اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
اللَّهُمَّ احْفَظْنَا بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا، وَاحْفَظْنَا بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا، وَاحْفَظْنَا بِالإِسْلاَمِ رَاقِدًا، وَلاَ تُشْمِتْ بِنَا عَدُوًّا وَلَا حَاسِدًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لَنَا خَيْرًا
اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِيْنَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُوْنِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ آخِرَ مَا تُعْطِيْنَا مِنَ الخَيْرِ رِضْوَانَكَ وَالدَّرَجَاتِ العُلىَ مِنْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ قَاتِلِ الكَفَرَةَ وَالَّذِيْنَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ. اللَّهُمَّ قَاتِلِ الكَفَرَةَ الَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ، إِلَهَ الحَقِّ. اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَقَلِّلْ عَدَدَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Ringkasan Materi Khutbah
1. Makna Hari Raya dalam Pandangan Salafush Shalih
-
Kutipan dari Umar bin Abdul Aziz tentang sikap hati-hati dalam beramal.
-
Kisah para salaf yang justru bersedih di hari raya karena khawatir amal mereka tidak diterima.
-
Perbandingan antara sikap generasi salaf dan sikap kita saat ini dalam beramal.
2. Kesungguhan Salaf dalam Beribadah
-
Doa para sahabat selama enam bulan sebelum Ramadhan agar dipertemukan dengannya.
-
Hadits Rasulullah ﷺ tentang keutamaan generasi terbaik. Perumpamaan sungai: semakin dekat ke sumbernya, semakin jernih airnya.
3. Hakikat Takwa sebagai Tujuan Puasa
-
Penjelasan ayat QS. Al-Baqarah: 183 tentang tujuan puasa untuk mencapai takwa.
-
Definisi takwa sebagai kesadaran bahwa Allah selalu hadir dalam hidup.
-
Kutipan Umar bin Abdul Aziz tentang makna takwa yang sebenarnya.
4. Takwa dengan Hati
-
Hadits tentang larangan dengki, permusuhan, dan persaudaraan dalam Islam.
-
Penekanan Rasulullah ﷺ bahwa takwa ada di dalam hati.
-
Contoh konkret takwa dalam kehidupan sehari-hari: kejujuran pedagang, integritas pemimpin, dan kehormatan pemuda yang menjaga diri dari maksiat.
5. Hati sebagai Tolok Ukur Ketakwaan
-
Pentingnya kebersihan hati dalam Islam.
-
Hadits Rasulullah ﷺ tentang hati sebagai penentu kebaikan dan keburukan seseorang.
-
Perbedaan antara orang yang tampak saleh secara lahiriah dengan mereka yang benar-benar bertakwa dalam hatinya.
6. Menjaga Hati di Hari yang Fitri
-
Pentingnya menjaga hati setelah Ramadhan.
-
Menjaga hubungan baik dengan sesama melalui ukhuwah Islamiyah dan keikhlasan dalam memaafkan.
-
Penekanan pada QS. Asy-Syu’ara’: 88 tentang pentingnya hati yang bersih di hadapan Allah ﷻ.






