Download versi PDF: Khutbah Idul Fitri _1443
KHUTBAH PERTAMA
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
اللهُ أَكْبَرُ بِفَضْلِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ بحِلْمِهِ وَعَفْوِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ بِجُوْدِهِ وَكَرَمِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ، وَبَسَطَ الأَرْضَ بِغَيْرِ عَنَتٍ، وَسَخَّرِ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِلْعَمَلِ وَالسَّكَنِ، وَأَنْزَلَ الْغَيْثَ عَلَى عِبَادِهِ بِرَحْمَتِهِ، وَسَخَّرَ الأَفْلَاكَ دَائِرَةً بِحِكْمَتِهِ وَقُدْرَتِهِ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي اِمْتَنَّ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الِإسْلاَمِ، وَشَرَحَ صُدُوْرَنَا بِنُوْرِ الإِيْمَانِ، وَأَفَاضَ عَلَيْنَا بِآلاَئِهِ الْعِظَامِ حَيْثُ جَعَلَنَا مِنْ خَيْرِ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ، وَأَنْزَلَ عَلَيْنَا أَعْظَمَ كِتَابٍ وَأَحْكَمَهُ، وَيَسَّرَ لَنَا أَمْرَ طَاعَتِهِ، وَبَشَّرَ الْمُتَّقِيْنَ بِجَنَّتِهِ، وَحَذَّرَ الْمُعْرِضِيْنَ بِأَلِيْمِ عِقَابِهِ
الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
فَيَا أَيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ اَّلذِيْنَ رَضُوْا بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلِإسْلامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُؤْمِنُوْنَ اْلمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ عَزَّ مَنْ قَائِل :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ -آل عمران: 102
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا -النساء: 1
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا`يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا -الأحزاب: 70-71
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَالْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا أَلَا وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Allahu Akbar (3x) La ilaha illallah wallahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Allahu akbar dengan segala kemuliaan-Nya. Allahu akbar dengan segala kesantunan dan kasih sayang-Nya. Allahu akbar dengan derma dan pemberian-Nya.
Allahu akbar yang meninggikan langit tanpa tiang, yang menggelar bumi tanpa lelah, yang menundukkan siang dan malam untuk bekerja dan istirahat, yang menurunkan hujan untuk hamba-Nya dengan cinta-Nya, dan mengendalikan planet beredar dengan hikmah dan ketentuan-Nya.
Pada hari ini, kami haturkan doa:
تَقَبَلَ الله مِنَّا وَمِنْكُم
Semoga Allah menerima amal shalih kami dan anda sekalian.
Semoga shiyam kita, sujud-sujud kita, tilawah-tilawah kita dan sedekah-sedekah kita, diterima dan menjadi catatan amal kebaikan yang abadi sampai hari kiamat. Amin yaa rabbal ‘alamin.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah …
Mulai dari bersembunyinya sang mentari di senja kemarin hari, gema takbir bergema, mengiringinya bersembunyi dalam dekapan malam. Ratusan juta lisan mengagungkan nama Pemilik jagat raya dengan penuh syukur, terurai air mata keharuan dan kebahagiaan. Tak lelah bibir berzikir mengungkapkan rasa bahagia dan syukur itu.
Bulan penuh berkah yang meninggalkan kita mendidik kita menjadi manusia tangguh, hempasan dan tempaan lapar dan dahaga memastikan kita menjadi manusia mukmin, yang siap melakukan segalanya, untuk meraih cinta dan ridha Allah Azza wa Jalla.
Dahaga terhadap tetesan air, akan mewariskan dahaga terhadap ampunan dan maghfirah-Nya. Layaknya kerinduan, yang akan selalu menghiasi diri, menanti kedatangan bulan Ramadhan yang penuh keberkahan.
Terkenang malam-malam kemarin, beratnya mata oleh deraan kantuk, tak menyurutkan untuk mengeja kalam suci-Nya. Saat sebagian mata tertutup oleh penatnya bekerja mengais rezki, ia berdiri, sujud, dan ruku’ hidupkan malam dan gairahkan suasana dengan hangatnya munajat yang senantiasa ditempa dan diasah.
Semua dilakukan, karena cinta kepada Rabb yang memberi hidup dan menjaminnya. Maka, tak ada penat, lelah, dan kantuk yang menghambat langkahnya mengejar cinta-Nya.
Lapar yang melilit dan dahaga kerongkongan dilakukan, bukan karena kebencian, hukuman, bahkan kutukan dari Allah. Semua itu tak lain karena cinta kepada Rabb semesta Alam.
Sebab dengannya, dua kebahagiaan sedang menanti; kebahagiaan saat mereguk hidangan berbuka dan saat mereguk nikmat Jannah dan bertemu dengan Allah di Jannah. Seperti yang diberitakan oleh Rasul yang mulia,
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kebahagiaan, jika ia berbuka ia berbahagia dan jika bertemu dengan Rabbnya ia berbahagia karena puasanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin Jamaah shalat Idul Fitri Rahimakumullah.
Kegembiraan dan rasa haru menyelimuti setiap Sanubari setiap orang Islam di pagi hari ini. Kesedihan mereka karena berpisah dengan Ramadhan tercampur aduk dengan kegembiraan datangnya hari raya Idul Fitri.
Di tengah tercampur aduk-nya rasa gembira dan sedih itu marilah sejenak kita merenungi kembali setiap langkah jalan yang kita lalui dari detik demi detik menit demi menit hari demi hari pekan demi pekan dan akhirnya selesai juga-lah puasa Ramadhan kita pada tahun ini.
Ramadhan hadir sebagai sarana untuk membentuk pribadi yang bertakwa pada diri seorang muslim. Alumni Ramadhan sebagaimana halnya alumni madrasah akan memiliki tingkatan alumni yang berbeda-beda jenjangnya.
Ada yang peringkat pertama, ada yang peringkat kedua, atau bahkan ada peringkat yang paling rendah. Yang pasti ketakwaan adalah tujuan akhir dari dijalankannya puasa pada bulan Ramadhan.
Perlu kita ketahui bahwa diantara sifat orang bertakwa adalah muhsin, yaitu orang yang memiliki sifat Ihsan. Pertanyaannya adalah sudahkah derajat Ihsan itu kita capai pada bulan Ramadhan?
Untuk menilai hal tersebut pada diri kita marilah sejenak kita melihat sepenggal kisah perjalanan hidup Nabi Yusuf Alaihissalam. Sebagaimana disebutkan oleh Allah subhanahu wa taala dalam Surat Yusuf ayat yang ke-22.
{ وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥۤ ءَاتَیۡنَـٰهُ حُكۡما وَعِلۡماۚ وَكَذَ ٰلِكَ نَجۡزِی ٱلۡمُحۡسِنِینَ }
“Dan ketika dia telah cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik” [Surah Yûsuf: 22].
Dari ayat tersebut kita dapat mengambil beberapa pelajaran. Perlu kita ketahui sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh as Sa’di bahwa Nabi Yusuf Alaihissalam telah memiliki sifat Ihsan dalam dirinya sebelum diangkat menjadi seorang nabi. Ilmu dan hikmah yang dicapai oleh Nabi Yusuf Alaihissalam adalah karunia atas sifat Ihsan yang ada pada dirinya.
Ilmu adalah teori dari suatu amalan sementara hikmah adalah karunia berupa makna hakikat yang terdalam dalam suatu amalan dan kemauan untuk beramal sholeh sehingga ketika seseorang diberi ilmu dan hikmah dia akan mudah untuk beramal. Ringan untuk beramal. Mudah untuk meninggalkan larangan dan ringan untuk meninggalkan segala larangan Allah dan rasulNya.
Para ahli tafsir mengatakan,
ﻭاﻟﺤﻜﻤﺔ هي: ﻋﻠﻢ ﺣﻘﺎﺋﻖ اﻷﺷﻴﺎء ﻭاﻟﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﺼﺎﻟﺢ ﻭاﺟﺘﻨﺎﺏ ﺿﺪ
Hikmah adalah mengilmui hakikat segala sesuatu dan beraktifitas dengan amal shalih serta menjauhi kemaksiatan yang merupakan lawan dari amal shalih.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin Jamaah shalat Idul Fithri rahimakumullah.
Pertanyaan yang perlu kita ajukan dalam diri kita adalah bagaimana Nabi Yusuf Alaihissalam bisa menjadi seseorang dalam tingkatan derajat Ihsan sehingga beliau diberi ilmu dan hikmah oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Setidaknya ada dua poin penting yang perlu kita perhatikan disini.
Pertama, ilmu dan hikmah yang beliau dapatkan adalah buah dari pengajaran ayahnya Nabi Yaqub Alaihissalam.
Perlu kita perhatikan bahwa Nabi Yusuf Alaihissalam terpisah dari orang tuanya dengan dimasukkannya ke dalam sumur kisaran usia 16 tahun, artinya beliau sudah mendapat banyak pelajaran dan bimbingan dari orang tuanya yang juga seorang nabi. Beliau mendapat pendidikan, beliau mendapat pengajaran dari seorang ayah yang selalu menuntunnya untuk menjadikan akhirat sebagai fokus tujuan dalam hidup.
Hal ini dapat kita lihat dari untaian ayat yang menunjukkan adanya dialog antara Nabi Yusuf dan Nabi Yakub. Ayat-ayat tersebut menunjukkan adanya komunikasi yang cukup Intens, cukup erat, cukup dekat antara Nabi Yusuf Alaihissalam dengan ayahnya. Yaitu Ayah beliau yang selalu memberi nasihat kebaikan dan dan mengarahkan untuk tunduk dan patuh serta bertawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Fasilitas dan kesempatan untuk berdekatan pada sumber nasehat kebaikan dan juga kepada pengajaran agama di bulan Ramadhan sebenarnya sudah kita dapatkan. Di bulan Ramadhan mudah bagi kita untuk menemukan tempat-tempat kajian yang mengulas tentang masalah agama.
Mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas yang lebih dekat dengan Al Quran baik dengan membacanya, baik dengan mentadabburinya atau bahkan disertai dengan menghafalkannya. Persoalannya adalah apakah hal tersebut sudah kita lakukan atau belum. Apakah sudah kita maksimalkan atau belum?
Kalau–lah belum setidaknya kita sudah mencicipi dan merasakan bagaimana nikmatnya mendapatkan pengajaran agama mendapatkan pengajaran tentang Islam sehingga kebiasaan tersebut bisa kita teruskan pasca Ramadhan di bulan-bulan selanjutnya.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin Jamaah shalat Idul Fitri Rahimakumullah.
Poin yang kedua diantara faktor yang menjadikan Nabi Yusuf Alaihissalam mendapatkan ilmu dan hikmah derajat Ihsan tersebut adalah karena gigihnya beliau karena kesabaran beliau dalam menghadapi berbagai macam ujian yang ada. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Fakhruddin ar-razi dalam tafsirnya Beliau mengatakan,
ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻧﺠﺰﻱ اﻟﻤﺤﺴﻨﻴﻦ: ﻳﻌﻨﻲ اﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ. ﻭﻗﻴﻞ: اﻟﺼﺎﺑﺮﻳﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻮاﺋﺐ ﻛﻤﺎ ﺻﺒﺮ ﻳﻮﺳﻒ
“Dan demikian juga akan kami memberi balasan kepada orang-orang yang muhsin, yaitu orang orang mukmin. Ada yang mengatakan: orang-orang yang sabar menghadapai berbagai cobaan dan musibah. Sebagaimana kesabaran Nabi Yusuf”
Kesabaran beliau dalam menghadapi berbagai macam ujian dan musibah yang ada, memberikan dukungan kepada beliau untuk mendapatkan ilmu dan hikmah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Hal semisal sebenarnya sudah terhidang di depan kita ketika kita melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Orang yang sedang berpuasa selain di tuntut untuk menyabarkan diri dari makanan dan minuman, ia juga dituntut harus menyabarkan dirinya dari berbagai perbuatan maksiat yang ada. Baik dari lisannya, baik dari matanya, telinganya atau hal-hal yang lain yang berpotensi menjerumuskan dia dalam kemaksiatan.
Sebab sebagaimana sudah kita ketahui bahwasanya ada banyak orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan tetapi yang dia dapatkan tak lain dan tak bukan hanyalah rasa haus dan juga lapar. Sebab dia tidak menjadikan puasa itu mempengaruhi sikapnya dalam berbuat dan beraktifitas.
Kesabaran beliau adalah wujud dari keistiqamahan dan upaya untuk mengamalkan ilmu yang sudah dimiliki. Maka seharusnya bagi kita ketika ingin mencapai derajat ihsan yang kemudian membuahkan ketakwaan hendaklah bersabar di dalam mencari ilmu dan mengamalkan setiap ilmu yang dimiliki.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Idul Fithri Rahimakumullah.
Dari poin yang kedua ini kita dapat mengambil pelajaran yang berharga yaitu keteguhan Nabi Yusuf Alaihissalam di dalam mengamalkan setiap ilmunya. Tidak goyah ketika mendapat ujian dan musibah. Tidak luntur dengan godaan duniawi. Tidak hilang status keislamannya saat di dera berbagai macam ujian dan cobaan.
Dengan kata lain hendaklah diri kita atau diri setiap muslim itu itu betul-betul menjaga keislaman dirinya. Tidak melepaskan keislamannya dalam kondisi apapun, sehingga masalah apapun yang dihadapi dia mencoba untuk menyelesaikannya sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Jangan sampai ilmu yang dimiliki hanya sekedar di kepala dan menghiasi bibir tetapi jauh dari pengamalan hati dan juga pengamalan dalam amal perbuatan.
Seorang muslim Janganlah melepas keislamannya, jangan menanggalkan baju keislamannya, artinya dimanapun dia berada, keislamannya harus harus dia bawa. Baik ketika kita berada di masjid, di pasar ataupun di tempat kerja atau dimanapun ia berada, jangan sampai udar dan hilang sikapnya sebagai seorang muslim. Jangan sampai lupa bahwa al Quran dan SUnnah adalah pedoman hidupnya.
Jangan sampai seorang muslim karena masalah ekonomi akhirnya dia terjatuh dalam kesyirikan, karena masalah ekonomi akhirnya dia terjatuh terjerumus ke dalam lubang kehinaan riba. Karena masalah hati akhirnya dia terjerumus ke dalam zina. Karena masalah kekuasaan dan popularitas akhirnya dia melakukan kedzaliman kepada sesama, memfitnah, mencaci, mencela dan bahkan naudzubillah sampai pada tahap menghilangkan nyawanya.
Dan pada akhirnya Ramadhan sebenarnya adalah ajang dan madrasah bagi kita untuk menempa diri untuk lebih dekat dengan Allah lewat Alquran untuk menempa diri untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai macam ujian berbagai macam musibah dan berbagai macam persoalan hidup.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah.
Sebelum saya akhiri khutbah pertama ini, sedikit saya menambahkan hasil dari sifat Ihsan dengan adanya ilmu dan hikmah yang dimiliki oleh Nabi Yusuf Alaihissalam, ternyata menumbuhkan satu sikap yang patut untuk kita teladani. Yaitu sikap diri tidak merasa suci dari dosa merasa bersih dari berbagai macam kesalahan dan kekeliruan. Hal ini dapat kita lihat dari ungkapan beliau
وَمَاۤ أُبَرِّئُ نَفۡسِیۤۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوۤءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۤ إِنَّ رَبِّی غَفُوررَّحِیم
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”[Surah Yûsuf: 53]
Ungkapan ini menunjukkan bagaimana sikap beliau ketika berhasil melepaskan diri dari ujian kemaksiatan. Beliau tidak merasa suci, beliau tidak merasa bersih, beliau tidak merasa bahwasanya itu adalah hasil usaha jerih payahnya sendiri.
Beliau tetap mengakui bahwa pada dirinya masih ada dosa bahwa pada dirinya masih ada kesalahan bahwa pada dirinya masih ada potensi untuk berbuat kemaksiatan dan kesalahan. Dan tak kalah pentingnya keberhasilan beliau terlepas dari ujian kemaksiatan adalah berkat dari Rahmat Allah Ta’ala.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari pernyataan beliau ini adalah jangan sampai selepasnya kita dari bulan Ramadhan menjadikan diri kita jumawa merasa diri sudah bersih dari dosa merasa diri sudah menggapai derajat yang tinggi dalam ketaqwaan sehingga berbuat semaunya, berbuat sesukanya, tanpa melihat aturan-aturan Allah Ta’ala yang ada dalam syariatNya.
Kata-kata yang sering dilantunkan saat hari raya Idul fitri adalah “Minal aidin wal faizin”, kalaulah ungkapan itu sulit dihilangkan semoga ianya adalah sebentuk doa dan harapan kita agar diri kita termotivasi untuk selalu merasa diri perlu kembali kepada Allah dan berusaha menjadi hamba yang berhak mendapat predikat beruntung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Meskipun Sebenarnya ada ucapan lain yang sudah dicontohkan oleh para Salaf terdahulu yaitu satu ungkapan doa,
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
Sebagaimana disebutkan dalam dalam riwayat dari Jubair bin Nufair,
كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
“Para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam jika saling bertemu di hari raya, sebagian mereka saling mengucapkan kepada sebagian yang lain, “semoga Allah menerima amal ibadah kami dan ibadahmu“.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
Marilah kita akhiri khutbah ini dengan doa:
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَتَحْمِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ.
الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَبَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَالْجَنَّةَ. اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ تَائِبِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً للذين كفروا واغفر لنا ربنا إنك أنت العزيز الحكيم
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ونجنا برحمتك من القوم الكافرين
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللهمّ انْصُر الإسْلَامَ والمُسْلِمِين، وَارْفَعْ عَناَّ الظُّلْمَ وَالطُّغْيَان، اللهمّ ارْحَمْ مَوْتَانا وتَقَبَّلْ شُهَدَائَنا، اللهمّ اشْفِ مَرْضَانا وَارْبِطْ بَيْنَ قُلُوبِنَا
اللهمّ ارْحَمْنا بِرَحْمَتِكَ يَا مَنْ وَسِعَتْ رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، اللهمّ عَلَيكَ بِالطُّغَاةِ الظَلَمَة، اللهمّ زَلْزِلْ عُرُوْشَهُم مَنْ تَحْتَ أَقْدَامِهِم، اللهمّ خُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِر، اللهمّ انْتَقِمْ مِنْهُمْ وَأَرِنَا فِيْهِم يوماً عَجَائبَ قُدْرتِك
اللهمّ هذا دعاؤُنَا فَلاَ تَرُدَّنَا خَائِبِينَ
والحمد لله رب العالمين
Alhamdulillaah jazakumullohu Khoiron sangat membntu insyaAllah…