Khutbah Jum’at: Agama Adalah Nasihat
Oleh Ryan Arief
إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقٌوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى القران الكريم، اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَ قَالَ أَيْضًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia.
Segala puji bagi Allah ﷻ, Rabb semesta alam, yang dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di hari yang penuh berkah ini, dalam majelis khutbah Jumat yang penuh hikmah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ yang telah membawa rahmat bagi seluruh alam.
Tidak lupa khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi, dan kepada jama’ah sekalian, untuk meningkatkan takwa dan iman kita kepada Allah.
Sebab hanya dengan iman dan takwalah yang menjadi bekal bagi kita, untuk masuk ke dalam surga dan selamat dari siksa api neraka.
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia.
Nasihat memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam, sebagaimana terdapat dalam hadits Tamim Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Agama itu adalah nasihat.”
Kemudian para Sahabat bertanya, “Hak (untuk) siapa (nasihat itu)?” Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak (untuk) Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama telah menjadikan hadits ini sebagai seperempat bagian dari agama, ada yang menyatakan juga sebagai seperempat dari Islam.
Ini tidak lain karena nasehat merupakan bentuk dakwah kepada Allah ﷻ dan merupakan bagian integral dari amar ma’ruf nahi munkar.
Sebagai seorang Muslim, kita akan mengalami kerugian jika tidak saling menasihati sesama Muslim, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Ashr ayat 2 dan 3.
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ* إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr:2-3)
Hadirin yang dirahmati Allah.
Hadits tentang agama adalah nasihat memiliki kandungan makna yang sangat luas namun singkat dan padat (jami’ mani’), suatu keutamaan yang hanya dimiliki oleh Nabi ﷺ.
Berikut adalah penjelasan ulama terkait hadits tersebut.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
1. Nasihat untuk Allah ﷻ
Makna nasihat untuk Allah, ialah menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya dengan seluruh anggota badan selagi mampu.
Apabila ia tidak mampu melakukan kewajiban tersebut karena suatu alasan tertentu, seperti sakit, terhalang, atau sebab-sebab lain, maka ia tetap berniat dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan kewajibannya, apabila penghalang tadi telah hilang.
Allah ﷻ berfirman, “Tidak ada dosa (karena tidak berpartisipasi dalam jihad) bagi orang-orang yang lemah, sakit, atau tidak mampu memberikan kontribusi, asalkan mereka memberikan nasihat kepada Allah dan Rasul-Nya (ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya).
Tidak ada cara sama sekali untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 91)
Allah ﷻ menyebut mereka sebagai “al-muhsinîn” (mereka yang berbuat baik), karena perbuatan berupa nasihat kepada Allah ﷻ dengan hati yang ikhlas, saat mereka terhalang untuk berjihad dengan fisik mereka.
Dalam kondisi tertentu, terkadang seorang hamba diperbolehkan meninggalkan sejumlah amalan, tetapi tidak boleh meninggalkan nasihat kepada Allah ﷻ.
Ini bahkan berlaku saat mereka terhalang oleh penyakit yang membuat mereka tidak dapat melakukan tindakan fisik apapun, termasuk berbicara.
Meskipun begitu, akal mereka masih sehat. Oleh karena itu, kewajiban untuk memberikan nasihat kepada Allah ﷻ dengan hati tetap ada.
Ini dilakukan dengan menyesali dosa-dosa, memiliki niat tulus untuk melaksanakan kewajiban yang ditetapkan oleh Allah ﷻ, dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Namun, jika tidak ada tindakan hati seperti cinta, takut, harap, niat untuk melaksanakan kewajiban, dan meninggalkan larangan-Nya, maka seseorang tidak bisa dikatakan memberikan nasihat kepada Allah ﷻ dengan hati.
Juga, nasihat kepada Allah ﷻ termasuk taat kepada Rasul-Nya dalam hal-hal yang diwajibkan oleh beliau untuk manusia, berdasarkan perintah dari Rabb-nya. Nasihat yang wajib kepada Allah ﷻ juga mencakup perasaan tidak senang dan tidak meridhai perbuatan maksiat, serta mencintai orang-orang yang taat kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya.
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia.
2. Nasihat untuk Kitabullah
Nasihat untuk Kitabullah dilakukan dengan meyakini sepenuhnya bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah. Kita wajib meyakini isi yang terkandung di dalamnya, mengamalkan ajarannya, serta memberikan perhatian penuh dalam menuntut ilmu darinya.
Kitabullah menjadi teman dekat bagi mereka yang berjalan di jalan Allah, menjadi jembatan bagi mereka yang ingin berhubungan dengan-Nya. Ia menjadi penyegar bagi mereka yang berilmu.
Siapa pun yang menginginkan mencapai tujuan akhirnya, harus mengikuti jalannya; jika tidak, akan tersesat. Jika seseorang benar-benar mengenal kemuliaan Kitabullah, ia takkan melalaikannya sedikit pun. (Syarhul-Arba’în an-Nawawiyyah, hlm. 48)
Secara lebih rinci, nasihat kepada Kitabullah bisa dilakukan melalui beberapa langkah yaitu membaca dan menghafal Al-Qur’an, merenungkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ayatnya, mengajarkan kepada generasi Muslim agar ikut serta dalam menjaga Al-Qur’an, serta memahami dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
3. Nasihat untuk Rasulullah ﷺ
Nasihat kepada Rasul-Nya merujuk pada keyakinan bahwa Beliau adalah makhluk yang paling mulia dan kekasih Allah.
Nasihat ini berarti mencintai Beliau, menghormati, mengikuti, serta menaati setiap ketetapan Rasulullah. Patuh dan tunduk kepada Beliau sebagaimana seseorang yang buta mengikuti petunjuk orang yang tajam penglihatannya.
Orang yang berhasil adalah mereka yang membawa cinta dan ketaatan terhadap Sunah Rasulullah. Sebaliknya, mereka yang merugi adalah yang terhalang dari mengikuti ajaran Beliau.
Barangsiapa taat kepada Rasulullah, maka ia sebenarnya taat kepada Allah. Namun, siapa yang melawan Beliau, ia sebenarnya telah melawan Allah dan pasti akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. (Syarhul-Arba’în an-Nawawiyyah, hlm. 48)
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia.
4. Nasihat untuk Para Pemimpin Kaum Muslimin
Istilah “pemimpin kaum Muslimin” merujuk kepada penguasa, wakil-wakil mereka, atau para ulama. Penting bagi penguasa untuk berasal dari kalangan Muslim itu sendiri agar ketaatannya mendapat landasan agama yang kuat.
Nasihat bagi pemimpin melibatkan cinta terhadap kebaikan, kebenaran, dan keadilan yang mereka perwakilkan, bukan semata karena pribadi mereka. Kepemimpinan menjadi kendaraan untuk mencapai kemaslahatan masyarakat secara kolektif.
Kita seharusnya gembira dengan persatuan umat di bawah pimpinan yang adil dan menentang pembelahan di bawah penguasa yang sewenang-wenang.
Memberikan nasihat kepada para pemimpin juga dapat dilakukan dengan cara membantu mereka agar tetap berpegang pada jalan kebenaran, patuh terhadap kebenaran, dan mengingatkan mereka dengan cara yang baik.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
5. Nasihat untuk Kaum Muslimin
Makna dari “nasihat untuk kaum Muslimin pada umumnya” adalah dengan membantu sesama dalam kebaikan, mencegah tindakan buruk, serta menginginkan kebaikan untuk kaum muslimin sebagaimana kita menginginkannya untuk diri sendiri, sebab kita semua adalah hamba-hamba Allah.
Oleh karena itu, seorang hamba seharusnya memandang sesama melalui prisma kebenaran yang sama. (Syarhul-Arba’în an-Nawawiyyah, hlm. 48)
Memberikan nasihat kepada masyarakat muslim dilakukan dengan mengarahkan pada hal-hal yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
Nasihat ini tidak hanya berkaitan dengan perkataan, tetapi juga harus diiringi dengan perbuatan.
Dengan demikian, nasihat tersebut akan terwujud nyata dalam tindakan masyarakat muslim, sebagai sarana untuk mengakhiri hal-hal buruk, memberikan manfaat, menunjukkan kasih sayang pada hal-hal yang lebih kecil, serta menghindari penipuan dan iri hati. (Al-Wafî fî Syarah al-Arba’in an-Nawawiyyah, hlm. 45)
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Demikianlah penjelasan mengenai makna “ad-dinu an-nashihah.” Semoga kita dimudahkan dan diberi taufik oleh Allah ﷻ untuk mengamalkan amalan-amalan ahli jannah.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقٌوْنَ أَمَّا بَعْدُ
Hadirin yang berbahagia marilah kita akhiri khutbah pada siang kali ini dengan bersama-sama berdoa kepada Allah.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَّللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وْالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى دِينِنَا وَدُنْيَانَا وَأَهْلِنَا وَمَالِنَا اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا اللَّهُمَّ احْفَظْنِا مِنْ بَيْنِ أيَدينَا وَمِنْ خَلْفِنَا وَعَنْ يَمِينِنَا وَعَنْ شِمَالِنَا وَمِنْ فَوْقِنَا وَنعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ