Khutbah Jum’at: Tiga Golongan Orang Bertakwa
Oleh Ali Shodiqin (Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur)
إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقٌوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى القران الكريم، اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَ قَالَ أَيْضًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia.
Segala puji bagi Allah ﷻ, Rabb semesta alam, yang dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di hari yang penuh berkah ini, dalam majelis khutbah Jumat yang penuh hikmah.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ yang telah membawa rahmat bagi seluruh alam.
Tidak lupa khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi, dan kepada jama’ah sekalian, untuk meningkatkan takwa dan iman kita kepada Allah.
Sebab hanya dengan iman dan takwalah yang menjadi bekal bagi kita, untuk masuk ke dalam surga dan selamat dari siksa api neraka.
Tema yang akan kita renungi pada khutbah Jum’at kali ini adalah tentang “Sifat Orang Bertakwa”. Takwa, sebuah kata yang sangat akrab di telinga kita, akan tetapi sudahkan kita benar-benar memahami makna dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari?
Takwa bukanlah sekadar kata seremonial yang dipakai hanya di saat-saat tertentu, tetapi ia adalah keadaan jiwa yang membimbing kita dalam setiap langkah menuju kemuliaan.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat, ayat 13, yang artinya, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.“
Orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa berusaha menjaga dirinya dari melakukan hal-hal yang dilarang Allah, serta senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada-Nya melalui amal shaleh dan ibadah.
Mereka menjalani hidup dengan kesadaran bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, sehingga mereka berusaha untuk selalu berbuat baik, berlaku jujur, dan menjaga hubungan harmonis dengan sesama.
Di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh distraksi dan godaan, menjaga sifat takwa tidaklah mudah. Namun, itulah ujian yang kita hadapi.
Kita perlu selalu merenungi dan mendekatkan diri kepada Allah. Kita perlu selalu mengingatkan diri kita bahwa takwa adalah kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hadirin yang dirahmati Allah.
Adapun sifat-sifat Muttaqin yang disebutkan Allah terdapat dalam Surat Adz-Dzariyat: 15-19. Allah ﷻ berfirman
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ (17) وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18) وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ (19)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka.
Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta.”
Di dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan tiga ciri orang bertakwa; yaitu gemar shalat malam, beristighfar di waktu sahur, dan memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin papa.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Gemar Shalat Malam
Sifat orang bertakwa yang pertama adalah (كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Artinya, orang yang bertakwa adalah orang yang gemar shalat malam. Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ
“Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena ia merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian mendekatkan diri kalian kepada Allah, menjaga diri dari dosa, menghapus kesalahan dan menghilangkan penyakit dari tubuh.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Sehingga teladan paling agung dalam masalah ini adalah sosok Nabi Muhammad ﷺ sendiri. Suatu hari Atha’ bin Abi Rabah, Ubaid bin Umair, dan Abdullah bin Umar bertamu ke rumah Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, salah satu istri Rasulullah yang tercinta.
Abdullah bin Umar pun bertanya kepada Ibunda Aisyah, “Wahai Ibunda, dalam kehidupan Rasulullah, kejadian apakah yang paling menakjubkan?”
Ketika diingatkan dengan orang yang paling dicinta, Ummul Mukminin tidak bisa menutupi kerinduannya pada Rasulullah, sosok suami tercinta. Ia pun menangis, air mata berlinang membasahi pipi teringat kepada Baginda Nabi yang mulia, Muhammad ﷺ.
Dengan sesenggukan isak tangisnya, ia menjawab, “Wahai saudaraku, semua kehidupan Rasulullah adalah menakjubkan. Aku akan ceritakan padamu salah satu kisah menakjubkan itu dari beliau.” lanjut Ibunda Aisyah.
“Pernah suatu malam, yaitu ketika malam giliranku, kami sudah berada di tempat pembaringan. Kulitku dan kulit beliau sudah bersentuhan. Akan tetapi beliau meminta izin kepadaku, ‘Duhai Aisyah, izinkanlah aku untuk beribadah kepada Rabbku.’
Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin dekat denganmu, dan siap melayanimu.’ Namun Rasulullah tetap ingin beribadah pada malam itu.” tutur Ummul Mukminin.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Ibunda Aisyah melanjutkan, “Beliau lantas mengambil air wudhu, dan shalat. Bermunajat dan bersimpuh di hadapan Allah dengan penuh kekhusyukan.
Ketika berdiri dalam shalatnya, beliau menangis dengan mata berlinang air mata. Ketika duduk, beliau memuji Allah kemudian menangis dan air mata beliau yang suci membasahi hijrnya (tempat shalatnya).
Saat telah selesai shalat, beliau berbaring dengan posisi miring ke kanan dan meletakkan tangannya di bawah pipi.
Beliau pun menangis dan aku melihat air mata beliau membasahi bumi. Beliau melakukan shalat dan menangis seperti itu hingga Bilal bin Rabbah datang untuk mengumandangkan adzan yang pertama.”
“Kemudian Bilal berkata, ‘Telah tiba waktu shalat wahai Rasulullah.’
Akan tetapi ketika melihat orang yang paling dicintainya menangis sedemikian rupa, Bilal bin Rabah, sahabat yang menjadi muadzin beliau, juga turut menangis sesenggukan.
Dengan sedu-sedan Bilal memberanikan diri bertanya,
يَا رَسُوْلَ اللهِ لِمَ تَبْكِي وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ
‘Wahai Rasulullah, kenapa Anda menangis? Bukankah Allah telah mengampuni dosa Anda, baik yang telah lalu maupun yang di kemudian?’
Rasulullah ﷺ menjawab
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
‘Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Ibnu Hibban, no. 620)
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia.
Manusia mulia, yang ma’shum; terhindar dari dosa, dan manusia yang paling baik kualitas iman dan paling tinggi takwanya saja masih senantiasa melaksanakan shalat malam dengan berlinang air mata.
Maka kita, sebagai umat beliau, yang tidak memiliki jaminan sejengkal tempat pun di jannah nanti lebih pantas untuk memperbanyak ibadah kepada Allah ﷻ.
Beristighfar di Waktu Sahur
Adapun sifat orang bertakwa yang kedua adalah (وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ) “mereka beristighfar di waktu sahur.”
Waktu sahur adalah waktu yang penuh keutamaan, kemuliaan dan kebaikan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir, padahal Nabi kita tercinta pernah bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Allah ﷻ turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman, “Siapa yang berdoa akan aku kabulkan. Siapa yang meminta akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun akan Aku ampuni.”
Adakah yang kita harapkan selain ampunan dari Allah atas segala kesalahan dan dosa kita?
Para ulama menyebutkan bahwa taubat dan beristighfar dari dosa adalah wajib. Oleh karenanya Allah ﷻ berfirman, “….dan siapa yang tidak bertaubat maka dia adalah orang yang zalim.” (Al-Hujurat: 1)
Orang yang tidak bertaubat, tidak beristighfar, dan tidak mau mengakui kesalahan dengan memohon ampunan Allah adalah orang zalim. Pikirannya picik, karena tidak mau mengakui dosanya padahal Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak adam adalah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang-orang yang mau bertaubat.” (Ibnu Majah, no. 4251)
Bersedekah Kepada yang Membutuhkan
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Adapun sifat yang ketiga adalah (وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ) “ dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta.
Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan.
Seringkali kita bertanya, “Sedemikian pentingkah bersedekah sehingga Allah selalu mengulang perintah bersedekah ini dalam banyak ayat-Nya?”
Jawabannya adalah “Sudah pasti”. Allah memerintahkan kita untuk bersedekah karena kebaikannya akan kembali kepada diri kita.
Allah berfirman, “Dan harta apa saja yang baik, yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri.” (Al-Baqarah: 272)
Pada suatu hari, ada seseorang yang meninggal dunia. Ketika di kuburan, ada seorang shalih bertanya kepada orang yang di sampingnya, “Kamu tahu, apa yang diinginkan oleh si Fulan yang sedang dikuburkan ini?”
“Ya.” jawabnya.
Seorang shalih lanjut bertanya, “Apa itu?”
“Ia pasti ingin dikembalikan ke dunia, agar bisa menambah pundi-pundi amal kebaikannya.” jawab lelaki di sampingnya.
“Kamu benar. Hanya saja hal tersebut sudah tidak mungkin lagi baginya. Oleh sebab itu, mumpung kita masih hidup dan diberi kesempatan oleh Allah mari kita memperbanyak amal shaleh.” tukas seorang yang shalih tersebut.
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia.
Tidak ada orang yang meninggal kecuali ia ingin kembali ke dunia; kalau ia orang baik, ia ingin kembali ke dunia untuk menambah amal shalihnya agar bisa meninggikan derajatnya di sisi Allah.
Demikian pun dengan orang fajir, ia juga ingin kembali ke dunia untuk beramal shaleh sebanyak-banyaknya agar bisa memperingan siksanya. Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata
أَّشَدُّ النَّاسِ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةٌ
رَجُلٌ كَانَ لَهُ عَبْدٌ فَجَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَفْضَلُ عَمَلًا مِنْهُ
وَرَجُلٌ لُهُ مَالٌ فَلَمْ يَتَصَدَّقْ مِنْهُ فَمَاتَ فَوَرَّثَهُ فَتَصَدَّقَ مِنْهُ
وَرَجُلٌ عَالِمٌ لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ فَعَلَّمَ غَيْرَهُ فَانْتَفَعَ بِهِ
“Orang yang paling besar penyesalannya pada hari kiamat nanti ada tiga; yaitu,
1. Seorang tuan yang memiliki budak, namun ternyata pada hari kiamat nanti amal budaknya lebih baik daripada amalnya;
2. Orang yang memiliki harta namun ia tidak menyedekahkannya, lalu ia meninggal dunia sehingga hartanya diwariskan kepada ahli warisnya dan mereka menyedekahkannya; dan
3. Seorang alim (berilmu) yang tidak mengamalkan ilmunya, lalu ia mengajarkan kepada orang lain sedang ia mengamalkannya.” (Shifatush Shafwah: 2/235)
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Demikianlah tiga sifat orang bertakwa yang dijanjikan jannah oleh Allah ﷻ. Gemar shalat malam, beristighfar di waktu sahur, dan memberikan sedekah pada yang membutuhkan.
Semoga kita dimudahkan, dan diberi taufik oleh Allah ﷻ untuk mengamalkan amalan-amalan ahli jannah ini. Jannah, dengan kenikmatan yang tidak terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh sanubari manusia.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقٌوْنَ أَمَّا بَعْدُ
Hadirin yang berbahagia marilah kita akhiri khutbah pada siang kali ini dengan sama sama berdoa kepada Allah.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَّللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وْالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى دِينِنَا وَدُنْيَانَا وَأَهْلِنَا وَمَالِنَا اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا اللَّهُمَّ احْفَظْنِا مِنْ بَيْنِ أيَدينَا وَمِنْ خَلْفِنَا وَعَنْ يَمِينِنَا وَعَنْ شِمَالِنَا وَمِنْ فَوْقِنَا وَنعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ