Khutbah Jum’at: Rukun Islam Kelima
Oleh Rijal Saragih
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
قال اللَّه تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Pada kesempatan yang sangat berharga ini, khatib wasiatkan kepada diri khatib pribadi dan juga kepada jamaah shalat Jum’at sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah ﷻ. Iman dan takwa adalah kunci kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat kelak.
Mari kita tingkatkan iman dan takwa kita dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya. Seperti mentauhidkan Allah ﷻ, menegakkan syariat Islam, menegakkan shalat wajib, mengeluarkan zakat atas harta yang Allah ﷻ titipkan kepada kita saat ini, melaksanakan shiyam Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji jika Allah ﷻ telah mengaruniakan kemampuan untuk melaksanakannya. Sungguh, kita tidak tahu apakah Allah memberikan umur panjang atau ternyata kesempatan hidup di dunia tinggal beberapa hari lagi.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Suatu ketika Rasulullah ﷺ pernah berkhutbah di hadapan para sahabat seraya bersabda
يَا أيُّها النَّاسُ، إِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا
“Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji.” (HR. Muslim 1337)
Dengan seruan tersebut Rasulullah ﷺ mengabarkan kepada para sahabat dan tentu umatnya tentang kewajiban di antara kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, rukun Islam kelima di antara rukun-rukun Islam yang agung dan tidak ada penggantinya.
Di dalam shahih Bukhari dan Muslim, melalui sahabat yang mulia Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ pernah bersabda
بُنِيَ الإِسْلامُ على خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ
“Islam dibangun atas lima dasar, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.” (HR. Bukhari: 8, Muslim: 16)
Sidang jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Inilah lima perkara yang mana tidak sah Islam seseorang kecuali dengannya. Baik lelaki maupun wanita, memiliki kewajiban yang sama untuk mengamalkan kelima hal tersebut. Wajib untuk mentauhidkan Allah ﷻ dan ini adalah usul dari segala fondasi Islam. Allahﷻ berfirman
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ (البينة: 5)
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Supaya tidak ada di dalam hati kita sesuatu yang lebih agung dan besar kecuali Allah ﷻ semata. Tidak ada kecintaan yang lebih besar selain kepada-Nya dan tidak ada satupun yang disekutukan di dalam hati kita dengan-Nya.
Inilah fondasi tauhid di dalam hati kita, “laa ilaha illallah” maknanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah ﷻ semata. Setiap segala sesuatu yang disembah selain Dia maka itu adalah kebatilan. Sebagaimana firman Allah ﷻ
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5) وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (الأحقاف: 5-6 )
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah. (sesembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doanya) sampai hari kiamat, dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka, dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang mereka lakukan kepadanya.” (QS. Al-Ahqaf: 5-6)
Maka hendaklah setiap muslim menyadari hal ini kemudian merealisasikan rukun Islam yang lain untuk menyempurnakan ketauhidannya kepada Allah ﷻ. Yaitu dengan mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan puasa Ramadhan, dan melaksanakan haji bila mampu.
Sidang jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Akan tetapi, banyak kaum muslimin yang lalai dengan rukun Islam terutama rukun yang kelima. Yaitu ibadah haji yang dilaksanakan minimal sekali dalam seumur hidup, yakni dengan pergi ke Baitullah. Banyak sekali nas-nas syar’i yang menekankan akan kewajiban haji dan anjuran untuk bersegera dalam melaksanakan serta bersungguh-sungguh untuk dapat menunaikannya. Tidak boleh menunda-nunda pelaksanaannya ketika syarat-syarat wajib haji yang merupakan rukun Islam kelima telah terpenuhi dalam diri seorang muslim.
Sebelum Allah ﷻ menyebutkan tentang kewajiban melaksanakan Haji, terlebih dahulu Allah menyebutkan keutamaan dan faedah ibadah ini. Allah berfirman
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ . فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا (آل عمران: 96، 97)
“Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (diantaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia.” (QS. Ali ‘Imran: 96-97)
Semua permulaan ini turun sebagai mukadimah untuk perintah yang datang setelahnya;
ولِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ البَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إلَيْهِ
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu.”
Kemudian Allah memberikan peringatan bagi orang-orang yang mampu, tapi lalai dari mengerjakannya.
ومَنْ كَفَرَ فَإنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ العَالَمِينَ (آل عمران: 97)
“Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS. Ali ‘Imran: 97)
Maka hendaklah bagi setiap orang yang beriman bersegera dalam melaksanakan kewajiban ini ketika telah memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Karena ibadah haji merupakan bekal terbesar kita kelak untuk menghadap Allah ﷻ. Allah berfirman
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ
“(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Kemudian di akhir ayat Allah berfirman
وتَزَوَّدُوا فَإنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى (البقرة: 197)
“Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Sidang jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Bekal pahala yang didapatkan seseorang dengan melaksanakan haji tidak dapat diperoleh dengan selainnya. Karena Nabiﷺ bersabda
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Barangsiapa melaksanakan haji karena Allah lalu dia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik maka dia kembali seperti hari saat dilahirkan oleh ibunya”. (HR. Bukhari & Muslim)
Di hadits lain Nabi ﷺ juga bersabda
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“Dan Haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dengan melakukan perjalanan beberapa waktu, amalan yang tidak terlalu banyak, dan kesulitan yang tidak terlalu menyulitkan, dengannya seseorang dapat meraih pahala yang begitu agung dan besar. Dengannya Allah hapuskan dosa-dosa, dan dengannya pula dia dapat mencapai derajat yang tinggi, yakni surga-Nya. Semoga Allah memilih kita di antara hamba-hamba-Nya yang dapat melaksanakan ibadah tersebut.
Sidang jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Sesungguhnya banyak dari kaum muslimin yang menunda dan mengakhirkan untuk melaksanakan kewajiban tersebut. Sehingga ada orang-orang yang umurnya sudah tua dan masih dalam keadaan sehat, waktu yang lapang, dan rezeki yang melimpah, tetapi dia belum juga menunaikan rukun Islam kelima itu.
Di sisi lain orang tersebut sudah melanglang buana, menjajaki seluruh dunia ini, bahkan ada pula yang rela berhutang untuk jalan-jalan. Akan tetapi ketika ditanya “Sudahkah Anda melaksanakan haji?” Maka dia akan mengatakan, “Aku belum mampu, aku masih memiliki hutang, aku masih ini, ini, dan ini.” Seribu satu alasan dikeluarkan.
Ketahuilah bahwasanya Allah berfirman
ومَنْ كَفَرَ فَإنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ العَالَمِينَ (آل عمران: 97)
“Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS. Ali ‘Imran: 97)
Allah tidaklah butuh terhadap kerja keras dan lelah letih kita. Allah Maha Kaya dan tidak butuh terhadap ibadah hamba-hamba-Nya. Akan tetapi kitalah yang membutuhkannya. Setiap ibadah, setiap ketaatan, dan setiap taqarrub yang kita lakukan maka kitalah yang mendapatkan manfaatnya. Adapun Allah ﷻ maka Dia Maha Kaya dan tidak butuh terhadap ibadah yang kita lakukan. Di hadits qudsi Nabi ﷺ mengabarkan bahwasanya Allah berfirman
يَا عِبَادِي، إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي
“Wahai hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya.”
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan baik dari kalangan manusia maupun jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi.”
Yakni seandainya seluruh manusia dan jin mulai dari zaman nabi Adam hingga manusia terakhir nanti, semuanya adalah orang-orang bertakwa sebagaimana ketakwaan nabi Muhammadﷺ. Hati mereka sebagaimana hati Rasulullah ﷺ dalam ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Niscaya hal tersebut;
مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا
“Maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku.”
Sebaliknya
لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ
“Seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta jin dan manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk”
Yakni hati mereka semua sama sebagaimana hatinya Fir’aun, kekufurannya, penentangannya, kedurhakaannya, kesombongan dan kepongahannya. Maka hal itu;
مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا
“Maka hal itu sedikitpun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku.” (HR. Muslim, 2577)
Sidang jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Apabila kita telah mengetahui dan yakin bahwasanya seluruh ketaatan dan amal shalih yang kita lakukan adalah untuk kebaikan kita sendiri, baik di dunia terlebih lagi di akhirat, dan setiap kemaksiatan serta dosa yang kita perbuat pasti akan kembali kepada kita, juga akan memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan dunia dan akhirat kita, maka kita akan lebih mudah lagi untuk tergerak melakukan ketaatan dan lebih waspada lagi jika hendak bermaksiat.
Semoga Allah memberikan karunia dan kesempatan kepada kita untuk bisa melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji ke Tanah Suci.
شَيْئًا أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب, فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين