Khutbah Jum’at: Sikap Seorang Muslim Terhadap Isu LGBT
Oleh Syamil Robbani
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
قال اللَّه تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ
Khutbah Pertama
Download PDF di sini.
Ma’asyiral muslimin arsyadani wa arsyadakumullah.
Tidak ada kalimat yang paling pantas untuk diucapkan seorang hamba di setiap detiknya melainkan kalimat hamdalah, sebagai bentuk syukur atas beribu nikmat Allah yang kita rasakan sedangkan Allah hanya meminta kepada manusia agar mensyukuri semua itu.
Selanjutnya shalawat dan salam kita haturkan kepada uswatun hasanah, teladan yang utama, junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ. Semoga juga tersampaikan kepada para sahabat beliau, tabiin, tabiut tabiin, serta orang-orang yang istiqamah hingga akhir zaman nanti. Semoga kita semua termasuk umatnya yang mendapat syafaat beliau pada hari ketika tidak ada syafaat melainkan atas izin-Nya.
Hakikat bekal yang harus dipersiapkan setiap muslim adalah keimanan dan takwa kepada Allah Ta’ala, karena takwa akan menjadi aset kita untuk menghadap Sang pencipta. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah 197, “Dan berbekallah kalian semua karena sebaik-baik bekal adalah takwa.”
Ma’asyiral muslimin arsyadani wa arsyadakumullah.
Seorang muslim semestinya waspada, berhati-hati, dan selektif dalam menyikapi berbagai fenomena yang terjadi di dunia ini. Sebab banyak sekali cara setan untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus.
Sungguh Iblis dan bala tentaranya tidak akan pernah rela, ridha, dan senang melihat umat manusia berada di jalan yang benar. Pasti akan ada trik, cara, serta tipu muslihat untuk menyesatkan manusia.
Mulai dari membisikkan keburukan, menumbuhkan angan palsu, dan menggiring secara halus menuju kesesatan. Bahkan memoles keburukan serta kebatilan sehingga menjadi indah seolah-olah itu hal benar, padahal hanya tipu daya yang menyesatkan.
Sebagai contoh, hari ini masyarakat dunia sedang menikmati pagelaran piala dunia 2022 di Qatar. Pada piala dunia kali ini, Qatar sebagai tuan rumah sering mendapat kritikan dan kecaman khususnya dari media Barat. Hal ini disebabkan adanya larangan keras soal kampanye LGBT dalam gelaran piala dunia 2022 tersebut.
Kritik-kritikan yang muncul memang meningkat dalam sepekan terakhir ini, topik utama yang menjadi sorotan adalah pelanggaran HAM. Menurut mereka larangan kampanye LGBT pada piala dunia di Qatar adalah bentuk dari pelanggaran HAM. Inilah syubhat yang dilancarkan, dihembuskan, dan dilontarkan kepada kaum muslimin.
Padahal bagi seorang muslim isu tentang LGBT adalah isu yang harus ditentang, dilawan, dan ditolak mentah-mentah. Sebab penyimpangan ini menyalahi fitrah manusia dan menentang Pencipta.
Ma’asyiral muslimin arsyadani wa arsyadakumullah.
Memang sangat halus, mulus, dan licik cara memoles hal yang jelas-jelas batil menjadi seolah-olah benar. Disayangkan sekali jika seorang muslim masih memahami bahwa HAM (Hak Asasi Manusia) adalah kata-kata yang menjadi barometer, tolak ukur, dan timbangan kebenaran untuk melakukan sesuatu secara mutlak.
Padahal seorang muslim haruslah meyakini bahwa tidak ada suatu neraca apa pun yang dijadikan barometer untuk melakukan tindakan kecuali atas dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Isu LGBT hanya bersembunyi di balik istilah-istilah tersebut sehingga seolah-olah menjadi suatu kebenaran yang indah dan bisa diterima. Padahal LGBT adalah nyata-nyata suatu penyimpangan. Tentu hal demikian mengaburkan kebenaran bahkan mencampurkan kebenaran dengan kebatilan.
Inilah yang disebut dengan tipu daya zukhrufal qauli ghurura. Kata-kata yang menjadikan kebatilan seolah-olah indah dan benar. Allah berfirman
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡض زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُوراۚ
“Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin. Sebagian mereka membisikan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan.” (QS. Al-An’am: 112)
Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Munir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan zukhruf al-qaul (زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ) adalah perkataan-perkataan yang kelihatan indah namun hakikatnya rusak, hanya untuk menghias kebatilan. Itu bertujuan untuk menipu manusia dari kebenaran. (Tafsir Munir, Wahbah az-Zuhaili, 8/6)
Senada dengan hal tersebut, Abdurrahman as-Sa’di menuturkan bahwa zukhruf al-qaul adalah istilah maupun ibarat untuk memperindah sesuatu. Sehingga orang yang tidak mengetahui hakikat kata tersebut menjadi tertipu, terkaburkan dari kebenaran, bahkan meyakini kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan menjadi kebenaran. (Taisir al-Karim Ar-Rahman, as-Sa’di, 269)
Maka secantik apa pun bentuk bungkusnya, semenarik apa pun kemasannya, dan seindah apa pun sampulnya, jika itu adalah kebatilan maka tetaplah batil. Tidak ada tawar-menawar dan tidak ada toleransi di dalamnya. Sebab inilah prinsip seorang muslim yang hanya taat dan patuh kepada Dzat Yang Maha Esa.
Ma’asyiral muslimin arsyadani wa arsyadakumullah.
Sangat jelas kiranya bahwa kampanye LGBT pada piala dunia ini merupakan racun yang dibiuskan secara halus untuk merusak pemikiran kaum muslimin, pelan namun pasti. Sebab dengan terus-menerusnya dipertontonkan simbol, atribut, dan ikon LGBT ini, pikiran akan tergiring bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang biasa, lumrah dan wajar. Mengerikan memang.
Padahal perbuatan tersebut adalah penyimpangan yang secara jelas Allah melarangnya. Sebagaimana kisah pendustaan kaum Sodom terhadap Nabi Luth ‘alaihissalam. Allah berfirman
أَتَأْتُونَ الذُّكْرانَ مِنَ الْعالَمِينَ (165) وَتَذَرُونَ ما خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْواجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عادُونَ
“Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks), dan kau tinggalkan (perempuan-perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu? Kamu (memang) orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Asy-Syu’ara: 165-166)
Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim menjelaskan bahwa Allah mengutus Nabi Luth ‘alaihissalam kepada penduduk Sodom dan sekitarnya untuk menyeru kepada Allah, mengajak kepada kebaikan dan melarang mereka dari kebiasaan haram, maksiat, dan perbuatan menjijikkan ini yang belum pernah terjadi pada umat sebelumnya yaitu homoseks. (Tafsir Al-Quran Al-Azhim, Ibnu Katsir, 3/445)
Hingga pada puncak pendustaan kaum Sodom tersebut dan penentangan terhadap dakwah Nabi. Maka Allah timpakan azab yang sangat pedih kepada mereka semua tanpa menyisakan sedikit pun.
فَلَمّا جاءَ أَمْرُنا جَعَلْنا عالِيَها سافِلَها وَأَمْطَرْنا عَلَيْها حِجارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَما هِيَ مِنَ الظّالِمِينَ بِبَعِيدٍ
“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang yang zalim.” (QS. Hud:82)
Ibnu Taimiyyah memberikan komentar bahwa kaum Sodom di azab dengan bentuk azab yang belum pernah Allah timpakan kepada umat-umat sebelumnya. (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 16/250)
Maka sungguh ini menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fitrah lurus. Bahwa tolak ukur kebenaran itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ma’asyiral muslimin arsyadani wa arsyadakumullah.
Seorang muslim haruslah mengajak kepada kebenaran dan mencegah dari kemungkaran. Sifat ini merupakan prinsip seorang muslim yang sejati yaitu tegas mengatakan kebenaran dan mengingkari kemungkaran.
Dalam persoalan serius ini, kita kaum muslim tidak boleh bersikap lunak. Sebab ini adalah masalah prinsip. Jangan sampai sikap lunak terhadap LGBT memberikan sinyal kepada generasi setelahnya bahwa isu LGBT adalah isu lumrah, biasa, atau wajar. Naudzubillah min zalik.
Siapa diantara kita yang menjamin bahwa generasi setelah kita akan lurus, teguh, dan tetap berada di atas kebenaran jika kita tidak berusaha menolak paham menyimpang ini.
Ingat! Mereka orang-orang kafir saja mati-matian untuk mengkampanyekan kebatilan dengan menggelontorkan dana sebesar-besarnya dengan menunggangi piala dunia.
Apakah kita sebagai seorang muslim hanya diam, berpangku tangan, serta tidak nahi mungkar atas keburukan yang nyata ini? Perlu diingat! Jika kita tetap berlaku demikian, maka iman kita perlu dipertanyakan. Sebab Rasulullah memberitahu bahwa amar makruf dan nahi mungkar adalah konsekuensi dari sebuah keimanan. Rasulullah ﷺ bersabda
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Kita kaum muslimin jangan mau dipermainkan oleh hal yang dapat merusak prinsip agama ini. Alih-alih hanya ingin menikmati, menyaksikan, atau memeriahkan ajang olahraga ini, justru kita bisa tanpa sadar ikut terseret dalam umpan manis mereka yang dipasang oleh para mengusung LGBT tersebut.
Sehingga khatib tegaskan bahwa kaum muslimin tidak akan pernah membenarkan kebatilan ini dan tidak akan menjual agama ini hanya demi turnamen dua puluh delapan hari di ajang piala dunia ini.
Maka hendaknya seorang muslim terus membekali dan membentengi dirinya dengan ilmu dari fitnah akhir zaman ini. Baik fitnah syahwat maupun fitnah syubhat. Semoga kita termasuk dari orang-orang yang istiqamah dalam memegang kebenaran ini sampai akhir hayat.
أَقُولُ قَولِي هَذَا وَ اسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ وَ لِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفُرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ
Khutbah Kedua
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ