Maraknya hiburan dan mudahnya kehidupan jamak membikin orang terlena dengan kenikmatan hidup sehingga melupakan sesuatu yang jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan mereka, yakni kesenangan hidup di akherat. Serta melalaikan tujuan hidup mereka, beribadah kepada Allah swt. Penatnya fisik setelah seharian mencari nafkah tak jarang dijadikan alasan untuk malas, menunda ibadah atau bahkan tidak beribadah sama sekali. Alih-alih menambahnya dengan ibadah sunnah, yang wajib saja sering dilalaikan. Padahal sejatinya banyak sekali ragam ibadah yang ringan untuk dilakukan namun syarat manfaat. Di antaranya adalah berdzikir. Jenis ibadah yang tak perlu banyak menguras tenaga dan biaya.Dzikir, meski merupakan ibadah yang paling mudah namun ia memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Karena gerakan lisan adalah gerakan anggota badan yang paling tersembunyi dan paling mudah. Seandainya anggota badan manusia mampu beraktifitas sehari semalam sesuai dengan gerak lisannya maka sungguh merupakan pekerjaan yang amat berat. Bahkan tidak mungkin untuk melakukannya. Banyak manfaat yang bisa kita petik dari dzikir yang kita lazimi ini, di antaranya adalah:
Agar lisan terhindar dosa
Seseorang itu pasti bicara. Jika tidak berdzikir kepada Allah dan mengingat perintah-perintah-Nya maka ia akan bicara tentang hal-hal yang diharamkan. Dan tidak ada jalan untuk selamat darinya kecuali dengan dzikrullah. Barangsiapa yang lisannya disibukkan dengan dzikrullah, terjagalah lisannya dari kebatilan dan perkataan yang sia-sia. Dan barangsiapa yang lisannya kering dari dzikrullah niscaya lisannya akan dibasahi dengan kebatilan, perkataan sia-sia dan kekejian.
Majelis malaikat
Dzikir akan menyelamatkan hamba dari kerugian di akherat. Karena setiap majlis yang didalamnya tidak disebut nama Allah adalah majlis yang mendatangkan kerugian dan kesengsaraan pada hari kiamat. Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah dari suatu kaum mereka bangkit dari suatu majlis yang tidak disebutkan nama Allah padanya kecuali mereka bangkit semisal bangkai keledai, dan bagi mereka hanyalah penyesalan”.(HR. Abu Dawud)
Sedang majelis dzikir adalah majelisnya para malaikat. Para malaikat akan mengelilingi dan menaungi orang-orang yang bermajelis untuk berdzikir kepada Alloh dengan sayapnya. Rasulullah saw bersabda:
”Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki malaikat-malaikat yang berkelana di jalan-jalan mencari orang-orang yang berdzikir. Jika mereka telah mendapatkan sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah, mereka duduk bersama dengan orang-orang yang berdzikir. Mereka saling mengajak: ‘Kemarilah kepada hajat kamu’. Maka para malaikat mengelilingi orang-orang yang berdzikir dengan sayap mereka hingga langit dunia. Kemudian Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (sedangkan Dia lebih mengetahui daripada mereka), ’Apa yang diucapkan oleh hamba-hambaKu?’ Para malaikat menjawab,’Mereka mensucikanMu (mengucapkan tasbih: Subhanallah), mereka membesarkanMu (mengucapkan takbir: Allah Akbar), mereka memujiMu (mengucapkan Alhamdulillah), mereka mengagungkanMu’. Allah bertanya, ’Apakah mereka melihatKu?’ Mereka menjawab,’Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatMu’. Allah berkata, ’Bagaimana seandainya mereka melihatKu?’ Mereka menjawab, ’Seandainya mereka melihatMu, tentulah ibadah mereka menjadi lebih kuat kepadaMu, lebih mengagungkan kepadaMu, lebih mensucikan kepadaMu’…..” [Muslim, no. 2689]
Alam menjadi saksi
Dengan berdzikir terus-menerus baik di jalan, di rumah, ketika mukim atau safar akan memperbanyak saksi bagi hamba tersebut pada hari kiamat. Karena sesungguhnya rawa-rawa, gunung-gunung, rumah-rumah, dan bumi akan menjadi saksi pada hari kiamat nanti bagi orang-orang yang berdzikir.
Sesungguhnya gunung-gunung dan gurun-gurun merasa bangga dan senang terhadap orang yang berdzikir, mengingat Allah ta’ala.
Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya gunung akan memanggil gunung lain dengan namanya dan bertanya: “Apakah hari ini telah lewat orang yang berdzikir kepada Allah azza wa jalla?” Ketika dijawab, “ya, ada.” Maka gunung tadi bergembira.
Aun bin Abdullah juga berkata, “Sungguh rawa-rawa akan saling menyeru satu sama lain, ‘wahai tetanggaku, apakah hari ini telah lewat orang yang berdzikir kepada Allah?’ Sebagian menjawab, ‘ya. Ada’ sebagian yang lain menjawab, ‘tidak ada.’
Allah berfirman:
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (Al zalzalah: 5)
Ketika rasulullah membaca ayat tersebut, beliau bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian apa yang diberitakan bumi?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau lantas bersabda, “Sesungguhnya yang diberitakan adalah bahwa ia menjadi saksi atas setiap hamba baik laki-laki maupun perempuan terhadap amalan-amalan yang dilakukan. Bumi akan berkata, ‘ia telah beramal pada suatu hari dengan amalan ini dan amalan ini.’” (HR. Tirmidzi)
Tanaman di jannah
Allah swt menjadikan kalimat subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, dan allahu akbar sebagai tanaman yang menghiasi jannah. Ketika kita mau berdzikir dengan kalimat tersebut berarti kita telah menabung tanaman di jannah yang akan kita petik buahnya kelak di akherat. Rasulullah saw pernah bersabda:
“Ketika malam isra’ mi’raj aku bertemu dengan Ibrahim as. Kemudian beliau berkata, “Wahai Muhammad, sampaikan kepada umatmu dan kabarkan kepada mereka bahwa jannah itu adalah tempat yang paling baik, airnya paling segar dan ia merupakan tanah lapang sedangkan tanamannya adalah subhanallah, Alhamdulillah, laa ilaha illallah dan allahu akbar.” (HR. Tirmidzi)
Subhanallah, alangkah indahnya jika rentang waktu 24 jam yang kita lalui kita hiasi sela-sela aktivitas kita dengan dzikrullah sehingga kita bisa menuai beribu manfaat dari dzikir yang kita lakukan, meski hanya sesaat. Wallahul muwafiq.