Ibnu Jauzi rahimahullah berkata:
إن مشقة الطاعة تذهب ويبقى ثوابها ، وإن لذة المعاصي تذهب ويبقى عقابها
“Kesusahan dalam mengerjakan kebaikan akan sirna, namun pahalanya akan tetap terjaga. Begitupun kelezatan tatkala berbuat dosa juga akan sirna, namun hukuman atau siksaan akan senantiasa mengikutinya”.
Itulah untaian nasihat yang keluar dari hati seorang yang shalih. Menjelaskan bahwa kesusahan seorang hamba ketika menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan Allah, akan mendapatkan imbalan yang tak sebanding dengan kesusahannya, yaitu sepatok kapling tempat di jannah. Rumah yang abadi, impian bagi hamba-hamba yang beriman. Disana, tempat di hapuskan kesedihan dan kepahitan, berganti dengan kegembiraan dan kepuasan.
Sedangkan manis dan lezatnya dosa itu akan sirna di makan oleh waktu. Namun, hukuman dan siksaan dari Allah akan tetap menghantui. Hati pendosa akan senantiasa gelisah, gundah gulana dengan dosa yang ia lakukan, sebagaimana dalam sabda Rasullah ﷺ :
“Kebajikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwamu dan engkau tidak suka jika hal itu diketahui orang lain.” (HR. Muslim no. 2553).
Bukan hanya itu, ketika seseorang terus menerus melakuakan dosa akan berefek terhadap diri dan lingkungannya, karena siksa dan adzab Allah ketika ditimpakan bukan hanya untuk diri sang pendosa saja.
Mari menengok dan merenung sejenak, dengan banyaknya bencana yang silih berganti melanda negeri ini. Dari banjir bandang, tanah longsor, sunami, gunung meletus dan yang masih hangat, gempa di lombok dengan skalla tinggi dan terjadi berkali-kali. Ada apa gerangan?
Bukankah Allah telah mengingatkan hamba-Nya:
وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syuuraa: 30)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Wahai manusia musibah apapun yang menimpa kalian, sesungguhnya ia hanyalah disebabkan karena kesalahan-kesalahan yang telah kalian lakuakan. ‘Dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.’ Memafkan sebagian dari kesalahan-kesalahan. Maka Dia tidak membalas kalian karenanya tetapi memaafkannya.” (Tasfsir Ibnu Katsir 9/176).
Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata: “Allah Ta’ala memberitahukan bahwa tidak ada satupun musibah yang menimpa hamba-hamba-Nya, baik musibah yang menimpa tubuh, harta, anak, dan menimpa sesuatu yang mereka cintai serta (musibah tersebut) berat mereka rasakan, kecuali (semua musibah itu terjadi) karena perbuatan dosa yang telah mereka lakukan dan sejatinya dosa-dosa (mereka) yang Allah ampuni lebih banyak.
Karena Allah tidak menganiaya hamba-hamba-Nya, namun merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan perbuatannya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun, dan menunda siksa itu bukan karena Dia teledor dan lemah.” (Tafsir As-Sa’di: 899).
Sayyid Quthb rahimahullah juga berkata: “Dalam ayat ini terlihat dengan jelas keadilan Allah dan rahmat-Nya kepada manusia yang lemah ini. Setiap musibah yang menimpanya disebabkan ulah tangannya. Namun, Allah tidak menghukum manusia karena ulah seluruh perbuatannya. Dia (Allah) mengetahui kelemahannya dan dorongan-dorongan fitrahnya yang pada umumnya menguasai manusia. Maka, Dia (Allah) lebih banyak memaafkan kesalahan manusia sebagai kasih sayang-Nya.” (Tafsir fi Zhilalil Qur ’an: 10/206).
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi, 87).
Maka sudah sepantasnya seorang hamba mengintrospeksi diri, dan segera bertaubat atas dosa-dosa yang telah dilakukan kepada Allah Ta’ala, agar bencana yang bertubi-tubi melanda negeri ini segera mereda.
Semoga orang-orang shalih yang ikut terkena musibah diberi keistiqomahan dan kesabaran menjalani ujian, serta menjadi cambuk nasihat bahwa pentingnya menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dalam menjalani hidup di duni. Adapun orang-orang pendosa, semoga dengan ujian bencana yang menghampiri, menjadi pintu hidayah untuk menuju jalan yang lebih baik dan semoga menjadi penghapus atas dosa-dosa yang dilakukan. Wallahu a’lam bishawab [Aji Al-faruq]