Kekuatan Taubat
Indonesia memang kaya alamnya, tapi juga kaya kemaksiatannya. Kalau kita jujur, berbagai kemaksiatan hampir semua ada di sini. Mulai dari dosa yang paling besar seperti mengolok-olok ayat-ayat Allah, melakukan kesyirikan sampai dosa pembunuhan, perampokan, korupsi, perzinaan dan yang lainnya sudah sangat banyak terjadi. Belum dosa riba. Hampir sulit orang terlepas dari riba, kalaulah tidak memakannya maka ia terkena debunya.
Syariat Islam diperangi dan dimusuhi. Penyeru tegaknya syariat Allah di bumi-Nya ini dianggap sebagai ancaman sehingga harus dihabisi, sehingga sebagiannya diintimidasi, dipenjara, dibunuh, dan dirusak nama baiknya. Akibatnya, keberkahan diangkat dari negeri yang subur ini.
Ada banyak ayat dalam Alquran yang menegaskan bahwa dosa dan maksiat, adalah biang kerok atas terjadinya musibah silih berganti. Diantaranya:
“Dan segala sesuatu yang menimpa kalian (berupa adzab dan bala’) adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah banyak memaafkan kalian.” (QS. Asy-Syuura: 30)
Hari ini kita menjadi saksi. Musibah datang silih berganti. Di musim kemarau, mati air kering, tumbuhan-tumbuhan pun akhirnya mati. Hutan dan pohon-pohon di gunung terbakar yang menyebabkan asap tebal. Bebagai penyakit akhirnya muncul: ispa, asma, sakit mata hingga penyakit kulit. Korbanpun berjatuhan. Musim hujan datang, bencana banjir dan tanah longsor mengancam. Belum angin topan dan puting beliung yang tiba-tiba datang mengiringi turunnya hujan.
Tidak ada solusi kecuali dengan cara bertaubat, mengakui berbagai dosa dan kemaksiatan yang selama ini kita kerjakan.
Syaikh DR. Muhammad Al ‘Ariifi pernah menyebutkan sebuah kisah yang terjadi pada zaman nabi Musa dalam Kitab beliau “Fii Bathni al-Huut”.
Pada zaman Nabi Musa ‘alaihis salam, bani Israel ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka berkumpul mendatangi Nabi mereka, Musa ‘alaihissalam. Mereka berkata, “Ya NabiyyAllah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami….!”
Maka berangkatlah Musa ‘alaihis salam bersama kaumnya menuju padang yang luas. Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh dan kumuh penuh debu, haus, dan lapar… Nabi Musa berdoa,
إلهي…. أسقنا غيثك… و انشر علينا رحمتك و ارحمنا بالأطفال الرضع… و البهائم الرتع و المشايخ الركع……
“Tuhanku…! Turunkan hujan kpd kami… Tebarkanlah rahmat-Mu kpd kami, kasihilah kami demi anak2 yg msh menyusui, hewan ternak yg merumput, dan para orang-orang tua yg ruku’ kepada-Mu…”
Setelah itu langit tetap saja terang benderang…matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, “Ilaahi … asqinaa….”
Allah pun berfirman kepada Musa,
يا موسى أني أكون بغيثكم و فيكم رجل يبارزني بالمعاصي أربعين عاما.. فليخرج حتى أغيثكم
“Wahai Musa…Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian…”
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun… keluarlah ke hadapan kami… karena engkaulah hujan tak kunjung turun…”
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan ke kiri. Maka tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia. Saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud. Ia berkata dalam hatinya, “Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun…”
Maka hatinya pun gundah gulana, air matanya pun menetes, menyesali perbuatan maksiatnya. Sambil berkata lirih,
“Ya Allah…Aku telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun. Selama itu pula Engkau menutupi ‘aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku…”
Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun bermunculan. Semakin lama semakin tebal menghitam. Dan akhirnya turunlah hujan…
Musa pun keheranan, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia.”
Allah berfirman : “Wahai Musa, dia telah bertaubat dan Aku telah menerima taubatnya, karena orang itu lah Aku menahan hujan kpd kalian, dan karena dia pula lah Aku menurunkan hujan…”
Musa berkata : “Ya Allah…Tunjukkan padaku orang itu… Tunjukkan aku pada orang itu…”
Allah berfirman, “Wahai Musa, Aku telah menutupi ‘aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah sekarang Aku membuka ‘aibnya sedangkan ia telah bertaubat dan kembali kepada-Ku…?!”
Suhanallah..Sungguh Maha Pengasih Engkau wahai Rabbi.
Kalaulah bukan karena Engkau yang menutupi aib-aib kami…
Tentulah kami akan sangat malu di hadapan para hamba-MU….
Engkau mengetahui dosa-dosa kami ….
Kemalasan kami dalam beribadah, padahal kami dilihat sebagai orang yg bertakwa di pandangan para hamba-MU…
Engkau mengetahui kefakiran dan kebutuhan hajat kami, padahal kami dilihat sbg orang yg kaya di pandangan para hamba-MU…kami bakhil ya Robby sedikit sekali kami berbagi pada hal itu Rizqi dariMU
Engkau mengetahui kelemahan dan keluh kesah kami, padahal kami dilihat sbg orang kuat di pandangan para hamba-MU…
Nastaghfirullahal adhim wa natubu ilaih…
Ampuni kami Ya Allah. Curahkan rahmatMu. Jauhkan kami dari musibah. [ydsui]