Khutbah Jumat: Tiga Pilar Ibadah Persatuan Umat
Oleh Syamil Robbani (Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur)
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
قال اللَّه تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Ma’asiral Muslimin Arsyadani wa Arsyadakumullah.
Tidak ada kalimat yang paling pantas untuk diucapkan seorang hamba di setiap detiknya melainkan kalimat hamdalah, sebagai bentuk syukur atas beribu kali nikmat Allah yang kita rasakan, namun Allah hanya meminta kepada manusia agar mensyukuri semua itu.
Selanjutnya shalawat dan salam kita haturkan kepada uswatun hasanah, teladan yang baik, junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ. Semoga juga tersampaikan kepada para sahabat beliau, tabiin, tabiut tabiin, serta orang-orang yang istiqomah hingga akhir zaman nanti. Semoga kita semua termasuk umatnya yang mendapat syafaat beliau pada hari ketika tidak ada syafaat melainkan atas izin-Nya.
Hakikat bekal yang harus dipersiapkan setiap muslim adalah keimanan dan takwa kepada Allah Ta’ala, karena dengan takwa ini akan menjadi aset kita untuk menghadap Sang pencipta. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah 197, “Dan berbekallah kalian semua karena sebaik-baik bekal adalah takwa.”
Ma’asiral Muslimin Arsyadani wa Arsyadakumullah.
Hari ini kaum muslimin sedang dilanda musibah berupa perpecahan internal di kalangan kaum muslimin sendiri. Dampak buruknya, persatuan dan kesatuan kaum muslimin menjadi terurai. Munculnya sikap saling menyindir, menghujat, mencaci, merendahkan, bahkan saling mengkafirkan adalah indikatornya.
Fenomena perpecahan umat hari ini sejatinya menjadi salah satu penghambat kebangkitan Islam yang diperjuangkan oleh berbagai elemen Islam. Padahal, merawat persatuan dan kerukunan di antara kaum muslimin adalah bagian dari urusan pokok dalam agama (ushûl ad-dîn).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmû’ Fatâwa menjelaskan perihal ini. Beliau menyatakan bahwa memegang teguh persatuan dan kerukunan jamaah termasuk dari perkara-perkara yang pokok dalam agama (ushûludin). (Majmû’ Fatâwâ, Ibnu Taimiyyah, 22/254)
Allah Ta’ala berfirman
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran : 103)
Dalam ayat mulia tersebut kaum muslimin diperintahkan untuk berpegang teguh terhadap tali Allah dan dilarang untuk berpecah belah sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyah sebelum datangnya Islam.
Bersatunya kaum muslimin, semua atas prinsip agama Islam yang Allah turunkan dengan mengesampingkan segala bentuk ikatan-ikatan lain.
Sebab, umat Islam dikumpulkan oleh satu keyakinan bahwa Rabb mereka semua adalah satu yaitu Allah. Dialah yang menciptakan mereka, memberi rezeki, mematikan, serta menghidupkan kembali. (At-Tafsir Al-Wasith, Sayyid Thanthawi, 3/20)
Ma’asiral Muslimin Arsyadani wa Arsyadakumullah.
Bila kita cermati ibadah-ibadah yang disyariatkan di dalam agama Islam maka akan kita temui hikmah yang tersirat serta faedah yang beresensi kepada persatuan umat Islam. Mereka bersatu pada Rabb yang tunggal, syariat, dan rukun agama yang sama pula.
Adapun di antara ibadah-ibadah yang dapat kita resapi makna persatuannya adalah sebagai berikut:
-
Shalat
Shalat adalah rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Shalat menjadi penentu apakah seorang hamba tersebut diterima di hadapan Allah Ta’ala atau sebaliknya. Sebab shalat merupakan amalan yang pertama kali Allah hisab pada hari kiamat kelak. Allah Ta’ala berfirman
وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.” (QS. An-Nur: 56)
Ibadah yang agung ini menggambarkan akan persatuan kaum muslimin secara keseluruhan. Bagaimana tidak? Hal tersebut dibuktikan dengan kesatuan seluruh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia yang hanya menghadap satu kiblat ketika menunaikan shalat berjamaah. Mereka menghadap Rabb yang satu, dipimpin oleh imam yang satu, bertakbir, rukuk dan bersujud bersama-sama dalam satu komando Imam shalat.
Selain itu, Rasulullah ﷺ juga terus memotivasi umatnya untuk senantiasa berjamaah dalam melaksanakan shalat wajib. Shalat berjamaah yang akan menjadikan pahala shalat itu berlipat-lipat dibandingkan dengan shalat sendirian, dan dijadikan pula langkah-langkah menuju masjid sebagai pahala yang mengangkat derajat serta menghapuskan dosa.
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ، وَصَلَاتِهِ فِي سُوقِهِ، بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً. وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ. لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ. لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ. فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ. وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ
“Shalat seseorang dengan berjamaah melebihi dua puluh sembilan derajat dari shalat seseorang yang dikerjakan di rumah dan di pasarnya. Demikian itu karena bila salah seorang di antara mereka berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya, lalu mendatangi masjid, dan tidak ada yang mendorongnya kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah satu langkah, kecuali akan ditinggikan derajatnya dan dihapus kesalahannya.” (HR. Muslim)
Maka, shalat tidak hanya sebatas kewajiban yang mendapatkan pahala dan menyelamatkan seseorang dari azab, akan tetapi juga memvisualkan persatuan kaum muslimin dengan mengumpulkan para mukallaf dalam satu shaf yang sama dan menghambakan diri kepada-Nya dengan serempak.
Ali Manshur dalam kitabnya mengupas tentang hal ini dengan menyebutkan bahwa shalat itu mengumpulkan kaum muslim pada kedudukan yang sama di hadapan Allah. Tidaklah seorang hakim dan narapidana, pemimpin dan rakyatnya, orang kaya dan miskin, serta para sultan dan sipilnya kecuali mereka semua sama-sama berdiri menghadap Allah. Tidak ada yang lebih utama satu orang pun dengan orang lainnya melainkan atas asas takwa. (Al-Ibâdah fî Al-Islâm, Ali Mashur, 123)
Maka kewajiban mendirikan shalat berjamaah itu melukiskan persatuan Islam, menumbuhkan keharmonisan dan kecintaan dihati kaum muslimin. Sebab seseorang yang shalat berjamaah akan bertemu dengan saudaranya sebanyak lima kali dalam sehari, mereka masuk bersama ke masjid, pundak mereka saling bertemu dan tumit-tumit mereka saling rapat untuk menghadap Sang Maha Kuasa.
Ma’asiral Muslimin Arsyadani wa Arsyadakumullah.
-
Zakat
Zakat adalah rukun Islam ketiga sekaligus kewajiban yang Allah syariatkan pada harta hamba-Nya yang telah mencapai nishab dan telah mencapai haul untuk dikeluarkan sebagiannya. Allah Ta’ala berfirman
وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡر تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِير
“Dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 110)
Pada dasarnya zakat mempunyai pengaruh yang krusial dalam mewujudkan persatuan dan solidaritas diantara kaum muslimin. Sebab zakat adalah harta yang diambilkan dari orang kaya lalu disalurkan kepada saudara-saudara muslim yang fakir. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ yang diriwayatkan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً، تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
“Jika mereka telah mentaati kamu tentang hal itu maka beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka zakat yang diambil dari kalangan orang mampu dari mereka dan dibagikan kepada kalangan yang faqir dari mereka.” (HR. Bukhari)
Ma’asiral Muslimin Arsyadani wa Arsyadakumullah.
Fakhrudin Ar-Razi menjelaskan hikmah dari membayar zakat, penjelasan ini lalu dikutip oleh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya “At-Tafsîr Al-Munîr”. Adapun pengaruh zakat dalam menstimulasi persatuan kaum muslimin adalah sebagai berikut:
Pertama, menyalurkan zakat kepada orang yang berhak adalah menjadi perantara menyatukan hati, melembutkan jiwa, dan sarana menyebarkan aura kasih sayang dan persaudaraan diantara kaum muslimin.
Kedua, zakat menjadi sebab tumbuhnya budaya tolong menolong, memunculkan rasa empati kepada orang lain, sehingga orang yang membayar zakat dapat menolong orang lain dan orang yang menerima juga akan mendoakan kebaikan kepada mereka para muzakki.
Ketiga, zakat mendatangkan kecintaan bagi orang-orang fakir kepada para muzakki (orang yang bayar zakat). Karena dengan memberikan zakat kepada mereka itu mengantarkan kepada cinta dan solidaritas diantara mereka.
Keempat, zakat akan menghadirkan kerukunan dengan saling mencintai di antara kaum muslimin sekaligus menjadi perantara hilangnya iri dengki dari hati-hati mereka. (At-Tafsîr Al-Munîr, Wahbah Az-Zuhaili, 10/279, Mafâtîhu Al-Ghaib, Fakhrudin Ar-Razi, 16/77)
Maka seandainya saja para orang kaya itu semua mengeluarkan zakat dari harta mereka dan menyalurkannya kepada orang yang berhak, niscaya tidak ada lagi orang muslim yang fakir di suatu negeri
Muhammad Rasyid Ridha dalam “Tafsir Al-Manar” juga mengomentari akan hal demikian bahwa seandainya saja kaum muslimin menegakkan kewajiban ini maka tidak akan didapati orang fakir yang kelaparan dan penghutang yang kesusahan. Tapi kebanyakan dari mereka meninggalkan kewajiban ini. (Tafsîr Al-Manâr, Muhammad Rasyid Ridha, 10/443)
Ma’asiral Muslimin Arsyadani wa Arsyadakumullah.
-
Haji
Ibadah lainnya yang menggambarkan persatuan kaum muslimin adalah ibadah Haji. Adapun dalil kemasyruiyyahan haji adalah firman Allah Ta’ala
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلاۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan Haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-rang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.” (Ali-’Imran: 97)
Persatuan kaum muslimin itu nyata tampak dalam potret dan makna yang tersirat dalam syiar haji ini. Haji adalah rukun Islam yang selalu berlangsung setiap tahunya. Seluruh kaum muslimin dari berbagai penjuru kumpul menjadi satu di sebuah wilayah yang diberkahi. Dengan berbagai warna kulit, bahasa, dan asal negara mereka berkumpul pada satu tempat, di waktu yang sama, dan menggunakan pakaian yang sama untuk melaksanakan manasik.
Wahbah Az-Zuhaili dalam “At-Tafsir Al-Munir” menjelaskan bahwa dalam syariat Haji terkandung faedah diniyah yaitu mendapat ridha Allah. Juga faedah duniawiyah dari bertemunya kaum muslimin dari beragam suku untuk berdagang atau berniaga atau keperluan lainnya. (At-Tafîr Al-Munîr, Wahbah Az-Zuhaili,17/195)
Adapun makna persatuan Islam tentu tidak hanya tercerminkan dari ibadah seperti shalat, zakat, atau haji saja, tetapi bisa direnungi pada ibadah-ibadah yang lain, Seperti puasa, yaitu kaum muslimin berpuasa pada bulan yang sama (Ramadhan), berbuka puasa bersama (ifthar jama’i), kebahagian ini dapat dirasakan oleh orang kaya maupun miskin, lalu dilanjut dengan mengeluarkan zakat fitrah diwaktu yang sama dan diakhiri dengan shalat id secara berjamaah pula. (Mausuah At-Tafsîr Al-Maudhu’i, 34/401)
Ma’asiral Muslimin Arsyadani wa Arsyadakumullah.
Maka jelas bersatunya kaum muslimin menjadi sebuah keharusan dan bukan hanya sekedar wacana. Yaitu dengan mengesampingkan segala bentuk ikatan selain Islam.
Kita tidak boleh berpecah belah hanya gara-gara hal sepele yang bersifat furu’iyah. Sudah waktunya untuk kaum muslimin bersatu, berkoalisi dan bahu-membahu untuk tujuan yang sama yaitu tegaknya agama Islam ini.
Maka mari kita kuatkan hubungan ukhuwah Islamiyah, bersatu dan bekerjasama dalam kebaikan. Sebab, umat Islam itu bersatu ibaratkan satu tubuh. sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ
تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).”(HR. Bukhari)
Khutbah Kedua
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين .إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين
Comments 1