Uyghur adalah salah satu suku minoritas resmi di Republik Rakyat Tiongkok. Selain Republik Rakyat Tiongkok, populasi suku ini juga tersebar di Kazakhstan, Kyrgystan dan Uzbekistan. Suku Uighur bersama suku Hui menjadi suku utama pemeluk Islam di Tiongkok, namun ada perbedaan budaya dan gaya hidup yang kentara di antaranya. Suku Uighur lebih bernafaskan Sufi sedangkan suku Hui lebih pada mazhab Hanafi.
Pada tahun 1944 Uyghur pernah mendeklarasikan diri sebagai rakyat merdeka. Namun pada tahun 1949 mereka terpaksa di bawah kekuasaan Tiongkok. Inilah awal terjadi permasalahan yang ada di Muslim Uyghur yang hingga kini permasalahan itu semakin menjadi dengan adanya komplek yang disebut pusat atau kamp pelatihan dan pendidikan vokasi yang menitik beratkan rehabilitasi dan penebusan bagi orang-orang yang dinilai pemerintah terdampak pemikiran ideologi ekstrimis, separatis dan radikal.
Kamp Pelatihan atau Pendidikan Vokasi
Geng Shuang, juru bicara kemlu China menegaskan bahwa yang dibuat China adalah upaya untuk melawan terorisme dan terhindar dari ideologi radikal. Namun pernyataan ini berbeda 180 derajat dengan pengakuan para mantan tahanan yang pernah di tahan di sana. Seperti pengusaha Pakistan yang istrinya pernah menjadi tahanan di Xinjiang menuturkan tempat itu tempat itu adalah penjara bukan tempat Pendidikan vokasi seperti yang dinyatakan China. Tempat yang luasnya sekitar 140 kali lapangan sepakbola itu merupakan tempat itu sangat padat, sempit dan kotor.
Lebih spesifik, investigasi yang dilakukan kantor berita Associated Press (AP) menyebut soal kamp-kamp penahanan yang didirikan pemerintah China untuk warga muslim Uyghur. Kairat Samarkan, seorang mantan tahanan pernah menuturkan, “saya pernah disuruh duduk di atas semacam kursi logam yang disebut “The Belly of The Tiger” (Perut Harimau), selama duduk saya tidak bisa bergerak. Tangan dan badan dibelenggu logam, lalu dijepit. 6 jam seperti itu sampai badan saya sakit.”
Berbeda dengan Kairat Samarkan. Omir Bekali, warga Kazakhstan yang berkunjung ke orang tuanya di Xinjiang. Ia ditahan dan disiksa oleh polisi China. Ia melanjutkan bahwa ia tidak dibiarkan tidur selama 4 hari. Ia dipaksa untuk meninggalkan agamanya dan etnisnya. Ia mengatakan, “Mereka memaksa saya berjanji tidak pergi ke masjid pada hari jumat, tidak boleh menghadiri pemakaman islami dan tidak akan pergi ke acara islami manapun. Mereka memaksa saya untuk mengatakan saya seharusnya tidak percaya islam dan saya harus percaya pada partai komunis”.
Mereka juga dipaksa untuk percaya kepada Presiden Xi Jinping dan mendoakan kesehatan presiden Xi. Mereka dipaksa melihat orasi dari Presiden Xi selama 3 jam. Aydin Anwar, seorang aktivis Uyghur mengungkapkan bahwa mereka dipaksa berjam-jam mengucapkan, “Hidup Negara China!” atau “Hidup Presiden China Xi Jinping!” dan jika para tahanan menolak atau ada yang melawan, siksaan akan diberikan pada mereka. Kuku ditarik, gigi dicopot, bahkan mereka menggunakan ular untuk melakukan interogasi.
Genosida Muslim
Umumnya genosida adalah pembersihan etnis, ras, atau bangsa di suatu wilayah tertentu dengan pembunuhan secara massal atau pengusiran secara massal. Seperti genosida di benua Afrika, tepatnya di Afrika Selatan. Sebuah kelompok melakukan pembunuhan secara massal pada tahun 2013. Lebih dari 6.000 muslim telah terbunuh dalam kejadian ini. Bahkan laporan dari PBB menyatakan, total korban mencapai 2,5 juta jiwa. Di antara mereka ada yang terlantar, ada yang mengungsi dan ada pula yang terbunuh.
Satu tahun lalu di Myanmar atau Burma, yaitu pembersihan etnis Rohingnya yang beragama Islam. Mereka dibunuh dan diusir dari kampung halaman sendiri. Mereka tidak dapat melakukan upaya apapun, kecuali bertahan di kampung halaman dengan konskuensi terbunuh atau selamat dengan terusir dari kampung halaman.
Genosida juga pernah terjadi di Eropa. Tepatnya di Bosnia Hezergovina pada tahun 1995, unit-unit Angkatan Darat Republika Srpska (VRS) di bawah komando Jenderal Ratko Mladić melakukan pembantaian secara massal terhadap Muslim Bosnia. Tercatat 8.372 telah menjadi korban atas kejadian ini.
BACA JUGA; LEIDEN IS LIJDEN, MEMIMPIN ITU MENDERITA
Neo Genosida
Berbeda dengan genosida yang ada di Xinjiang. Kaum muslimin di sana memang ada yang dibunuh. Seperti yang dilaporkan oleh dr. Tohti, seorang mantan dokter bedah yang pernah membedah jantung, hati atau ginjal dari muslim Xinjiang hidup-hidup.
Namun, yang mereka inginkan atau titik poin dalam genosida di Xinjiang adalah menjadikan Muslim Uyghur orang-orang komunis. Pendidikan agama dilarang, para muslimah tidak boleh memakai hijab, kitab suci dibakar, aktivitas keagamaan dihentikan. Bahkan semenjak tahun 2014 muslimah wanita tidak diperkenankan melahirkan, mereka dipaksa menikah dengan suku Han yang notabene adalah komunis.
Tidak cukup sampai disitu, pemerintah China mewajibkan bagi setiap warga muslim untuk memakai GPS di setiap kendaraan mereka. Hal ini dilakukan guna memudahkan pemerintah China untuk menemunkan warga muslim Uyghur ketika di saat tertentu. Bahkan, di setiap sudut rumah mereka dipasangi CCTV, agar pemerintah China dapat mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Kenapa China?
Timbul pertanyaan, kenapa China melakukan itu semua kepada muslim Uyghur? Apakah muslim memiliki bom nuklir? Sehingga mengancam keamanan neagara China? Atau memiliki sistem ekonomi, politik, atau militer yang membahayakan China? Atau ada alasan yang lain?
Alasan yang tepat adalah karena etnis yang ada di Xinjiang adalah muslim. Seorang mulim yang memiliki ideologi yang kuat dan kuat pula dalam mengamalkan ideologi yang tertera dalam kitab suci mereka.
Ideologi China
China memiliki ideologi komunis. Komunis adalah ideologi (dalam bidang politik) yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredich Engels, yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik Bersama yang dikontrol oleh negara.
Komusnisme yang dibawa oleh Karl Marx adalah ideologi yang rusak. Dalam kehidupan Karl Marx sendiri ia tidak dapat mengatur hidupnya beserta keluarganya. Ia adalah seorang yang pendendam, pemalas, jorok, perokok berat dan melantarkan keluarganya.
Kamarnya kotor, penuh dengan debu, berantakan, dan berbau asap rokok. Istrinya pun, Jenny, merasa jijik duduk di kamar Marx. Seumur hidupnya, Marx tidak pernah serius mencari kerja untuk anak dan istrinya. Sahabatnya, Friedich Engels, menanggung biaya hidup Marx beserta keluarganya. Oleh karena kacaunya hidup keluarga Marx, dua putri dan seorang menantunya bunuh diri, sementara tiga orang anak lainnya mati karena kurang gizi. Demikian Arnold Kunzli menceritakan dalam buku Karl Marx Eine Pyscho-Graphie.
Meskipun begitu, para pengikut ideologi komunis tetap bersikukuh untuk berusaha menjadikan ideologi komunis ini sebagai ideologi untuk mengatur masyarakat. Rusia, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos merupakan negara-negara yang mengguanakan komunisme sebagai ideologi untuk mengatur masyarakat.
Ideologi komunis merupakan ideologi berbahaya. Dalam ideologi ini Karl Marx mengajarkan bahwa agama adalah keluh kesah makhluk tertindas koma hati nurani dari dunia yang tak berhati tepat sebagaimana ia adalah jiwa dari keadaan yang tak berjiwa. Menurut Marx agama adalah candu bagi rakyat, dia menulis, “Agama hanya bagaikan bayangan matahari yang bergerak mengitari orang, sampai ia mulai mengitari diri sendiri.”
Lenin, juru tafsir ajaran Marxisme, menulis, “Kita harus mempelajari bagaimana memerangi agama. Untuk itu seseorang harus menerangkan secara materialis akan sumber kepercayaan dan agama dari massa.”
“Jadi,” lanjut Lenin, “Lenyapkan agama hidupkan atheism. Penyebaran paham atheis adalah tugas kita.” Inilah ucapan Lenin, gembong atheis yang senantiasa dipuja puja oleh para pendukung komunis.
Di Cina. Komunisme telah menjadi ideologi tunggal yang terepatri dalam sanubari rakyat. Mao Tse Tung dianggap sebagai Mahadewa. Hal ini terbukti dengan ucapan Tao Chu, kepala seksi propaganda Partai Komunis Cina tempo dulu, pada tanggal 31 Agustus 1966 dia mengatakan, “Semua di dunia ini dapat dikritik, termasuk saya sendiri, kecuali pemimpin besar kita Mao Tse Tung.”
Maka pantaslah Muslim Uyghur menjadi bulan-bulanan dari pemerintah China. Pemerintah menginginkan pembersihan etnis muslim Uyghur. Namun bukan dengan pembunuhan dan pengusiran massal yang mereka inginkan. Melainkan merubah ideologi muslim Uyghur menjadi komunis.
Mereka menggunakan cara yang baru, menggunakan sistem baru dimana dunia tidak dapat membuktikan secara ilmiah. Dunia Islam tidak dapat berlaku tegas kepada China karena memiliki hubungan ekonomi yang mengikat. Para jurnalis dan wartawan tidak diizinkan masuk.
Meskipun begitu bagi kita yang menjadi saudara muslim yang berada di belahan bumi lain, bukan menjadi alasan tidak membantu mereka. Sebagai seorang muslim merupakan kewajiban untuk membantu saudara muslim lain jika ada yang tertindas. Jika membantu dengan tenaga tidak bisa, maka dengan harta. Jika tidak bisa dengan harta, maka dengan doa dan menyebarkan kabar bahwa ada saudara muslim yang berada di China sedang dizalimi.
Doa memang usaha paling lemah yang dapat diusahakan oleh muslim yang berada di belahan bumi lain. Namun perlu diketahui, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala malu kepada hamba-Nya ketika seorang hamba mengedahkan tangannya kepada-Nya, lalu tangan itu turun dengan keadaan hampa. Artinya, Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala malu jika tidak mengabulkan doa bagi yang mengedahkan tangannya kepada-Nya. Doa adalah senjata paling mutakhir bagi seorang muslim kala beragam usaha tak mampu diusahakan lagi, karena dengan doa bukan lagi para pemimpin negara yang akan mengubah keadaan, bukan pula rakyat jelata. Melainkan Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang mengubah dengan KuasaNya.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan menguatkan saudara-saudari kita disana. Wallahu a’lam bishawab. [Ubadillah Hasyim]
BACA JUGA: SOLIDARITAS TANPA BATAS