Abu Hurairah, adalah nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin, terkhusus lagi di tengah para peneliti hadits Rasulullah –shallahu ‘alaihi wa sallam-, bagaimana tidak, nama beliau terulang sebanyak 5374 [Sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibnu Hazm, Ibnu Jauzi dan ad-Dzahabi –rahimahumullah jami’an-, jumlah tersebut berdasarkan Kitab Musnad Baqii bin Makhlad, lihat Majmu-ah Rasa-il Haditsiyah jilid 2 hal 710-711] kali di tiap lembar buku-buku hadits para ulama kita, jumlah yang sangat fantastis untuk seorang periwayat hadits, bahkan beliau ditahbiskan sebagai sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadits dari Nabi kita tercinta, namun sekali lagi sungguh amat disayangkan, mayoritas kaum muslimin tidak mengetahui nama asli dari sahabat yang mulia ini.
Nama asli beliau jarang disebut, hal ini karena sahabat yang mulia ini lebih masyhur dengan kunyah [nama julukan]-nya yaitu Abu Hurairah atau Abu Hir, dan Rasulullah memanggil beliau dengan kedua kunyah tersebut[Lihat Shohih al-Bukhari 1/391 no hadits: 285 dalam hadits ini beliau dipanggil dengan kunyah Abu Hir, dan lihat juga 9/517 no hadits: 5375, dalam hadits ini beliau dipanggil Abu Hurairah.], penyebab dari masyhurnya kunyah ini adalah sifat sayang beliau terhadap kucing. Adapun nama Abu Hurairah yang ditarjihkan oleh mayoritas ulama adalah Abdurrahman bin Shokhr ad-Dausi, Allahu a’lam. [Taqribut Tahdzib 2/483 versi Maktabah Syamilah, Siyar A’lamin Nubala 2/578 versi Maktabah Syamilah]
Keislamannya
Abu Hurairah adalah seorang pemuda dari suku Daus, suku ini berasal dari negeri Yaman, tentunya beliau adalah seorang yang memeluk agama nenek moyangnya sebelum masuk ke dalam agama Islam. Abu Hurairah masuk Islam di negerinya sendiri atas dakwah At-Thufail bin Amar ad-Dausi masuk islam ketika Nabi masih berada di Mekah sebelum beliau berhijrah ke madinah. Oleh karena itu Ibnu Hajar al-Asqalani [wafat tahun 852 H], Syaikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu’allimi [wafat tahun 1386 H], Syaikh Musthofa as-Siba’iy [wafat tahun 1385 H] menjelaskan bahwa proses masuknya Abu Hurairah ke dalam islam adalah sejak sebelum hijrahnya Nabi, Namun beliau terlambat untuk berhijrah hingga perang Khaibar.[ Fathul Bari 12/208 versi Maktabah Syamilah, al-Anwar al-Kasyifah 145, as-Sunnah Wa Makanatuha Fi Tasyri’ al-Islami 359]
Kehebatannya dalam meriwayatkan hadits
Imam Hakim [wafat tahun 405 H] dalam al-Mustadrak meriwayatkan dengan sanadnya kepada Abu Zu’aizi’ah –sekretaris Marwan Bin Hakam-, bahwa khalifah Marwan bin Hakam memanggil Abu Hurairah, dan khalifah memerintahkan aku duduk di belakang singgasana, maka kemudian khalifah mulai bertanya tentang hadits-hadits dan akupun mulai menulisnya ke dalam catatanku. Kemudian setelah satu tahun berselang dari kejadian tersebut, khalifah memanggil Abu Hurairah kembali, dan beliau memerintahkan agar aku [Abu Zu’aizi’ah] duduk di belakang tirai, maka khalifahpun mulai bertanya tentang hadits yang ditanyakan tahun lalu, dan aku mulai memeriksa catatanku, ternyata Abu Hurairah tidak meleset meskipun satu huruf[19].
Abu Hurairah adalah penghafal hadits yang hebat dari kalangan shahabat. Kehebatan tersebut tidak lepas dari kedekatannya Dengan Nabi dan kesungguhannya untuk Senantiasa Bermulazamah Dengan Beliau. Kedua hal ini bukan satu hal sulit bagi Abu Hurairah karena beliau adalah salah seorang Ahlus Shuffah.
Abu Hurairah menuturkan, “Sesungguhnya manusia mengatakan, ‘sungguh Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadits!!, dan sesungguhnya jika bukan karena dua ayat dalam al-Qur’an niscaya aku tidak akan meriwayatkan sebuah hadits-pun, kemudian beliau membaca firman Allah. (artinya) :”Sungguh, orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan dan petunjuk, setelah Kami tunjukkan kepada manusia dalam kitab, mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat pula oleh orang yang melaknat. kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskannya, mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah maha penerima tobat”[ Al-Baqarah 159-160]. Sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan muhajirin disibukan dengan perniagaan di pasar, sedangkan saudara kami dari kalangan Anshor disibukan dengan pekerjaan-pekerjaan mereka, sedangkan Abu Hurairah senantiasa melazimi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- dengan kenyangnya perutnya, dan dia menghadiri ta’lim-ta’lim yang tidak dihadiri para sahabat yang lain, dan menghafal hadits-hadits yang tidak dihafal oleh para sahabat yang lainnya.[ Shohih Bukhari 1/213]
Selain itu, khebatan hafalan Abu Hanifah juga tidak bisa terlepas dari buah mukjizat kenabian, Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendengarkan hadits yang banyak darimu, namun aku melupakannya. Maka Rasulullah mengatakan: hamparkanlah selendangmu!!, maka aku hamparkan selendangku, maka Nabi mengambilnya dengan tangannya, kemudian beliau bersabda: peluklah selendangmu!!, maka akupun memeluklnya, dan aku tidak lupa sedikitpun setelah itu.[ Shahih Bukhari 1/214]
Dan dalam riwayat Imam al-Hakim [wafat tahun 405 H], an-Nasa-i [wafat tahun 303 H] dan yang lainnya, menceritakan bahwa di suatu waktu Zaid bin Tsabit [wafat tahun 45 atau 48 H, dan sebagian ulama mengatakan setelah tahun 50 H], Abu Hurairah serta seorang sahabat yang lainnya, berdo’a di hadapan Nabi Muhammad, Zaid bin Tsabit dan seorang sahabat yang lain berdo’a terlebih dahulu dan Nabi mengamini do’a mereka, lalu Abu Hurairah-pun berdoa kepada Allah dan mengucapkan:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْألُكَ مِثْلَ الَّذِيْ سَأَلَكَ صَاحِبَايَ هَذَانِ، وَأَسْأَلُكَ عِلْمًا لاَ يُنْسَى
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu seperti yang dimohon kedua saudaraku tadi, dan berilah aku ilmu yang tidak terlupakan.[ Al-Mustadrak karya al-Hakim 14/237 versi Maktabah Syamilah]
Ad-Dzahabi [wafat tahun 748 H] mengatakan: [Abu Hurairah] adalah penghulu para penghafal.[ Siyar A’lamun Nubala 2/578]
Beliau juga mengatakan: hafalan Abu Hurairah yang luar biasa adalah buah dari mu’jizat kenabian.[ Siyar A’lamun Nubala 2/594]
Oleh karena itu Ibnu Hajar [wafat tahun 852 H] menukil ijma’ bahwa Abu Hurairah adalah sahabat yang terbanyak menghafal hadits Nabi, beliau mengatakan: sungguh ahli hadits telah bersepakat bahwa Abu hurairah adalah sahabat yang paling banyak menghafal hadits Nabi.[ Al-Ishobah 4/202]