Membiayai para penuntut ilmu adalah salah satu sebab terbukanya pintu rezeki bagi seseorang didunia dan pintu pahala jariyah di akhirat kelak. Orang yang sedang menuntut ilmu sejatinya dia sedang bekerja untuk memberi manfaat untuk saudaranya. Ilmu yang dia dapatkan kelak ketika diajarkan akan bermanfaat menerangi gelapnya kebodohan dan memberikan manfaat bagi manusia.
Biasanya orang yang all out menghibahkan waktunya untuk ilmu kesempatan untuk mencari penghidupan untuk diri dan keluarganya nyaris tidak ada, bukan tak mau tapi tak sempat, dalam urusan harta tak jarang yang termasuk dalam golongan dhu’afa. Sehingga harus ada yang meng-handle kebutuhan/biaya hidup meeka selama menuntut ilmu.
Karenanya, dibutuhkan sinergi antara mereka yang mempunyai semangat tinggi untuk menuntut ilmu dan orang kaya yang pintar dalam urusan mencari harta namun belum Allah berikan kesempatan untuk thalabul ‘ilmi.
Berkaitan dengan ini, ada kisah menarik yang dapat kita petik hikmahnya;
Dimasa Rasulullah ada dua orang bersaudara, yang satu fokus menuntut ilmu dan yang satu lagi fokus untuk bekerja. Suatu hari, salah seorang dari mereka datang menemui Rasulullah untuk mengadu, dia merasa keberatan. Pasalnya, dia habiskan waktunya untuk sibuk banting tulang mencari rezeki, sedang saudaranya hanya fokus untuk belajar, mendengar hadits dan menimba ilmu-ilmu syar’i dari Rasulullah, sementara semua biaya kebutuhan harus dia tanggung semuanya.
Mendengar pengaduan itu Rasulullah berkata; لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ, Bisa jadi, kamu diberi rezki Allah justru karena saudaramu itu (Sunan at-Tirmidzi; 4/574, di-shahih-kan oleh Syaikh al-Bani)
Pada waktu itu, Rasulullah tidak mengatakan, “Saudaramu itu lebih baik daripada kamu”, tapi Rasulullah justru mengatakan kebaikan yang ada padanya (lancarnya rezeki) itu datang karena dia menolong saudaranya yang belajar bersama Rasulullah itu. Dalam kata lain, tak perlu merasa menyesal atau dirugikan, baik yang membiayai dan yang dibiayai semuanya punya peran masing-masing.
Syaikh Ali bin Muhammad al-Qari dalam Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih menjelaskan maksud kalimat لَعَلَّكَ تُرْزَقُ dengan shighat majhul (pasif) maknanya, “Aku berharap (takut), jangan-jangan kamu diberi rizki karena keberkahan saudaramu itu, bukan murni hasil keringatmu, maka jangan kamu ungkit-ungkit hal itu (Juz 8, Hal. 3328).
Dalam hadits lain, Rasulullah juga mengatakan bahwa kaum dhu’afa (salah satunya adalah mereka yang totalitas menutut ilmu, bisa masuk dalam kategori ini) adalah salah satu sebab pertolongan Allah dan datangnya rezeki,
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: رَأَى سَعْدٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ لَهُ فَضْلًا عَلَى مَنْ دُونَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ؟
Dari Mush’ab bin Sa’ad, beliau berkata bahwa Sa’ad radhiyallahu ‘anhu memandang dirinya memiliki keutamaan di atas yang lainnya (dari para sahabat). Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukankah kalian ditolong (dimenangkan) dan diberi rezeki melainkan dengan sebab orang-orang yang lemah di antara kalian?” (HR. Bukhari, 4/36)
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Baari menjelaskan bahwa ditolong dengan sebab doa-doa, shalat-shalat, dan keikhlasan mereka, karena kaum dhu’afa adalah orang yang paling mudah untuk ikhlas, paling khusyu’ dalam beribadah dan hati mereka bersih dari keterkaitan dengan urusan dunia (6/89).
Begitu juga dengan para penuntut ilmu, khususnya ilmu syar’i, doa-doa, shalat dan keikhlasan mereka adalah syarat mutlak untuk memperoleh ilmu.
Para penuntut ilmu itu hari-harinya dipenuhi kesibukan mengkaji ayat dan hadits-hadits, membaca kitab-kitab ulama, meneliti, menulis serta menganalisa berbagai hal, termasuk berfikir keras bagaimana caranya meng-counter berbagai syubhat yang merebak dan menjamur di tengah-tengah masyarakat.
Itu semua bukan urusan sederhana, perlu keikhlasan dan tekad kuat untuk menjalaninya, juga harus merelakan manakala dirinya kehilangan bagian dunia.
Begitu beratnya tugas para penuntut ilmu, maka wajar kalau orang yang meng-kafil (menanggung) biaya hidupnya selama menuntut ilmu akan mendapat cipratan keberkahan di dunia, salah satunya dengan dilancarakan rezkinya ditambah pula pahala jariyah yang akan menyusul di akhirat kelak. (el-Muharrik)
Wallahu a’lam.
Yuk Raih Pahala Bersama Mereka, Klik Disini Untuk Ikut Berpartisipasi