Dari tujuh golongan yang mendapat naungan, satu diantara mereka adalah kawula muda. “Pemuda yang hatinya bergantung pada masjid dan pemuda yang diajak wanita jelita berzina tetapi menolaknya”. Mengapa demikian, seberapa pentingnya peran pemuda sampai mendapat diberi keistimewaan mendapat naungan?
Semua Bermula Dari Pemuda
Pemuda merupakan kunci kesuksesan suatu bangsa. Pemuda harus ada di garda terdepan jika bangsa mengharap kejayaan. Goresan tinta sejarah menjadi saksi akan dahsyatnya peran mereka. Pemuda Shalahuddin tak mungkin dilupa, kerja kerasnya di usia muda berbuah terbebasnya Palestina. Pemuda al-Fatih juga berjaya, pasukan terbaik adalah pasukannya, pemimpin terbaik adalah dirinya, takluknya konstatinopel lah hasil kerja kerasnya.
Kunci kesuksesan mereka setidaknya diraih lewat dua hal; pembangunan pondasi akidah yang dimulai sejak dini dan kecintaan terhadap agama. Pemuda Shalahuddin tak ingin agamanya diinjak-injak pasukan salibis, sehingga semangatnya muncul dan melibas tentara- tentara bengis. Karena cintanya pada Islam, al-Fatih ingin merealisasikan nubuwat Nabi Muhammad, membebakan benteng terkokoh sejagat.
Ya, mereka itulah protet pemuda penjaga agama di zaman salaf. Lalu adakah hari ini pemuda yang meniti jalan mereka? Pemuda yang kuat akidah dan cinta agamanya. Jika pemuda islam zaman dulu terkenal dengan ketangkasan berperang, kemantaban ilmu dan akidah serta kecintaan mendalam kepada agamanya. Sungguh sayang, kebanyakan pemuda hari ini lebih terkenal dengan kerusakan moral dan carut-marutnya kepribadian.
Jika Shalahuddin dan al-Fatih kemana-mana membawa senjata, pemuda hari ini kemana pun pergi membawa handphone. Jika mereka berdua melatih diri dan pasukannya untuk berperang, pemuda hari ini juga sama, bedanya peperangan hari ini di dunia game mobile legend, PUBG dan lainnya. Maka benarlah bahwa kejayaan dan kehancuran bangsa semuanya bermula di titik yang sama. Bermula pada pemuda, jika pemudanya baik maka baik lah bangsanya. Namun, jika rusak, rusak pulalah bangsa itu.
Lemah Iman dan Cinta Dunia
Jika kunci kesuksesan pemuda Shalahuddin dan al-Fatih adalah akidah yang mantab dan cinta agama, maka kerusakan pemuda hari ini tentu karena lemahnya dua faktor ini. Hari ini, banyak pemuda yang tak peduli dengan akidahnya, bahkan agamanya dihina pun tak membangkitkan amarah. Keroposnya akidah dan lemahhnya cinta terhadap islam, serta terlalu over mencintai harta dan dunia. Itulah yang menenggelamkan mereka ke jurang nestapa dan menghambat tercapainya kejayaan islam.
Banyak pemuda terlena oleh gemerlap dan keindahan dunia yang fana. Semakin majunya teknologi semakin menyita perhatian kawula muda. Talapak tangan sudah semakin jarang memegang al-quran, justru tersibukkan dengan handphone dan alat cainggih lainnya. Pelatihan fisik bukan lagi untuk i’dad (persiapan) berperang, melainkan untuk meraih piala-piala dunia, bahkan hanya untuk bergaya agar terlihat bersahaja dan berwibawa.
Kecintaannya pada agama menipis dan terus terkikis hingga nyaris habis. Cintanya terfokus pada manusia, yang pria berburu wanita dan wanita berebut perhatian pria. Berlomba-lomba mendapat cinta tapi tak menghiraukan aturan Rabb-Nya. Mengaku cinta agama tapi tak ada wujudnya, hanya sekedar pengakuan yang terucap lisan. Cintanya terlalu besar pada dunia sehingga yang lain dinomor duakan.
Nabi Muhammad jauh-jauh hari telah berwasiat : “hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”katakanlah wahai rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud).
Artinya, kemunduran dan rusaknya moral pemuda hari ini disebabkan oleh kecintaan mendalamnya pada dunia. Sehingga cinta yang seharusnya diperjuangkan justru dikesampingkan, karena sudah punya cinta yang menurut mereka harus diperjuangkan.
Masjid Tempat Membina Iman
Berbagai faktor penyebab bobroknya pemuda hari ini, sejatinya juga menjadi penghalang bagi pemuda Shalahuddin dan al-Fatih. Hanya saja mereka telah dibekali akidah yang kuat dan tertanam iman yang membaja di dada mereka. Sehingga gemerlap dunia hanya diambil sekedarnya, tidak tamak dan rakus terhadapnya.
Mengokohkan iman tidak bisa instan, ada proses yang harus dilalui. Dan masjid merupakan tempat terbaik mendapatkannya. Lewat masjid lah pahlawan-pahlawan islam yang kuat imannya muncul mendobrak kedhaliman dan lewat masjid pula generasi-genarasi rabbani kelak akan bangkit kembali.
Rasulullah mengerti urgennya masjid sebagai basis pendidikan dan kaderisasi. Sehingga ketika beliau menginjak tanah hijrah, proyek pembangunan masjid lah yang diprioritaskan. Maka, jika kita berharap islam bangkit dan berjaya, kembalikan generasinya pada masjid. Jadikan masjid berada di dada-dada pemuda, agar iman dan takwa terawat dan terbina. Karena generasi muda ibarat angin Samudra, ia sanggup membawa perahu bahkan kapal pesiar kearah mana pun dituju dan karena mereka sangat berpotensi mewujudkan kejayaan Islam. [Hyekmatiar]
Baca Juga: Hukum Anak Angkat Dalam Tinjauan Fikih Islam