Menjadi seorang pemimpin bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan. Menjadi pemimpin tidak hanya sekedar untuk mengatur eksistensi negara yang dipimpin. Akan tetapi, pemimpin memiliki peran besar bagi yang dipimpin disertai syarat dan ketentuannya.
Islam telah mengatur ketentuan menjadi seorang pemimpin. Beberapa sifat yang ditetapkan telah Allah kabarkan dalam firman-Nya. Salah satunya Adil. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ الْأَمٰنٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’: 98)
Adil yang terdapat dalam konteks ayat diatas adalah adil terhadap diri seseorang itu sendiri serta adil terhadap amanah yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hal ini berkaitan dengan kepemimpinan. Adil terhadap diri sendiri adalah ia yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga, dengan cara itu seseorang dapat bersikap proporsional, menjaga diri dari perbuatan dosa, memiliki sifat wara’ (hati-hati), serta tidak terobesi untuk mengejar pesona dunia yang begitu menggiurkan dihadapannya. Dengan begitu, ia akan dapat menjaga amanah yang telah diberikan.
Adil dalam dimensi lain adalah aspek sosial. Dalam hal ini pemimpin dapat menjadikan negara mandiri terhadap kekayaan yang dimiliki, penerapan perekonomian yang sesuai dengan tuntutan syar’i, serta menjaga elektabilitas dari negara itu sendiri.
Adil juga meliputi aspek perbuatan, perkataan, dan dalam penetapan putusan hukum. Sehingga tidak memihak kepada kelompok tertentu dan kebijakan tersebut benar-benar dari hasil permusyawarahan oleh elit negara lainnya.
Makna adil dapat dibawa kepada makna lain bahwa seorang pemimpin harus mampu membina sekaligus menjadi pelindung ummat dan agama.
KAMI MEMBUKA PELUANG INVESTASI AKHIRAT, ANDA TERTARIK?
Adil Macam Mana Yang Dimaksud?
Ibnu Qayyim al-Jauzy mengatakan esensi dari segala penjabaran makna adil adalah mereka yang dapat mengalahkan hawa nafsu dirinya. Seorang pemimpin tidak akan bisa menjadi seorang pribadi yang adil jika ia tidak mengalahkan hawa nafsunya. Uang negara tidak akan dibabat habis untuk kepentingan pribadi manakala hawa nafsunya terkalahkan. Begitupula dalam aspek lain yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda berkaitan dengan hal ini yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
سبعة قال فيهم النبي – صلى الله عليه وسلم – من حديث أبي هريرة رضي الله عنه -: “سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ الله فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ ربه، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بالْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي الله، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ الله، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ الله خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ” متفق عليه
“Tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan dari Allah: Imam yang adil, dan pemuda yang hidup dengan orientasi beribadah kepada Allah, dan seseorang yang hatinya terkait dengan masjid, dan dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka bertemu karena-Nya dan berpisah juga karena-Nya, dan seseorang yang diajak oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan (untuk berzina dengannya) lalu ia mengatakan sesungguhnya aku takut kepada Allah, dan seseorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir disaat sendiri lalu meneteskan air mata” (HR. Bukhari dan Muslim)
Naungan Allah tidak bermakna bahwa Allah memiliki naungan seperti halnya manusia. Akan tetapi naungan diatas bermakna kelak di Hari Kiamat Allah akan menciptakan sesuatu yang akan menaungi hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki. Kata tersebut disandarkan kepada Allah sebagai bentuk memuliakan ciptaan-Nya.
Jaminan Dari Allah
Hari Kiamat adalah hari dimana semua orang akan merasakan ketakutan yang dahsyat. Pada hari itulah Allah akan memberikan kemurahan-Nya dengan menjaga hamba-hamba yang menjadi salah satu dari tujuh golongan tersebut. Pada hari itu Allah menjamin keadaan mereka sehingga tak ada yang merasa takut dan bersedih. Nabi juga bersabda dalam hadits qudsi, Allah berfirman:
“وعزتي، لا أجمع على عبدي خوفين وأمنين، إذا خافني في الدنيا أمَّنته يوم القيامة، وإذا أَمِنني في الدنيا أخفته في الآخرة“
“Demi kemuliaanku, tidak akan bercampur atas diri hamba-Ku antara dua perasaan aman dan dua perasaan takut. Jika ia merasa takut di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa aman pada Hari Kiamat. Dan jika ia merasa aman di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa takut kelak di Hari Kiamat.” (Hadits Shahih Targhib)
Dari penjelasan diatas, sangat penting bagi kita sebagai seorang muslim untuk memerhatikan batasan-batasan yang Allah berikan agar menjadi pemimpin yang adil. Ibnu Hajar pun berkomentar tentang pengertian adil. Ia mengatakan bahwa adil adalah ketika seseorang bisa menjalankan perintah Allah dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya (tidak zalim) dengan tidak berlebihan ataupun menggampangkan urusan.
Yang Dimaksud Pemimpin Itu Siapa?
Pemimpin tak sebatas pada pemimpin dalam sebuah negara. Dalam hal ini wanita yang mendidik anak dirumah juga bisa dikategorikan sebagai seorang pemimpin. Dia bertanggung jawab atas pendidikan yang proporsional bagi mereka. Begitu juga ketua organisasi dalam mengatur anggotanya juga bisa disebut sebagai pemimpin, sehingga tak ada satupun anggotanya yang merasa terzalimi atas kebijakan yang telah ditetapkan. Adil bukan bermakna sama rata. Akan tetapi adil adalah memposisikan kewenangan berdasarkan kebutuhan serta tujuan yang akan dicapai.
Menjadi pemimpin bukanlah perkara yang mudah. Karena semua tindak-tanduk yang dilakukan kelak akan dipertanggung-jawabkan. Islam mengajarkan bahwa setiap amalan haruslah berorientasi akhirat, dimana seluruh tujuan haruslah dikaitkan dengan akhir manusia setelah di dunia. Apakah neraka yang dinginnya pun sudah menyiksa manusia, atau surga dengan segala kenikmatan yang ada didalamnya. Wallahu a’lam. [IbnuRistan]
PROGRESS PEMBANGUNAN GEDUNG KELAS DAN KANTOR MA’HAD ‘ALY AN-NUUR
.