Semua orang menginginkan surga dan selamat dari neraka, dan ini merupakan keberuntungan yang sangat besar bagi orang yang mampu menggapainya. Allah Ta’ala berfirman:
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فازَ
“Maka siapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran: 185).
Oleh karena itu banyak manusia bersemangat dan berlomba-lomba dalam melaksanakan ibadah, dengan harapan ibada-ibadah tersebut mampu menyelamatkannya dari neraka dan memasukkannya ke surga. Namun, banyaknya ibadah bukan patokan seseorang masuk kedalam surga dan selamat dari neraka. Banyak manusia yang berletih-letih beramal di dunia, tetapi di akhirat ia tidak selamat dari neraka. Walaupun tidak dipungkiri bahwa hal tersebut merupakan amalan-amalan ahli surga.
Inilah yang difirmankan oleh Allah Ta’ala:
عامِلَةٌ ناصِبَةٌ تَصْلى نَارًا حامِيَةً
“Bekerja keras lagi kepayahan. (Namun) mereka memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. al-Ghasiyah: 2-3).
Lelah di Dunia, Sengsara di Neraka
Siapakah diantara orang-orang yang capek dan letih dalam beramal tapi tidak selamat dari neraka tersebut?
Pertama, orang kafir.
Sebanyak apapun amal kebaikan seseorang, seletih apapun seseorang yang bekerja kemudian hasil kerjaan tersebut diinfakkan untuk kebaikan, jika tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka amalan yang besar tersebut bagaikan debu yang beterbangan di udara. Tidak bernilai di hadapan Allah Ta’ala. Rasa letih dan capeknya dalam melakukan kebaikan tidak berhasil menyelamatkannya dari pedihnya siksaan neraka.
Diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, pada suatu hari Amirul Mukminin; Umar bin Khattab melewati biara Rahib Nasrani, kemudian Umar memanggil, “Wahai rahib, wahai rahib!” Umar pun melihat rahib tersebut begitu bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, lalu tiba-tiba umar menangis. Kemudian beliau ditanya, “Wahai amirul mukminin apa yang menyebabkan engkau menangis ketika melihat sang rahib?”
Beliau menjawab, “Aku teringat dengan firman Allah, “Bekerja keras lagi kepayahan. (Namun) mereka memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. al-Ghasiyah: 2-3). Itulah yang menyebabkan aku menangis.
Kedua, orang yang tidak ikhlas dalam beribadah.
Keikhlasan merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadah seseorang di sisi Allah Ta’ala. Tanpa keikhlasan maka tidak ada yang ia dapatkan darinya melainkan murka Allah Ta’ala.
Diriwayatkan dari salah seorang sahabat nabi yang bernama Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
“Manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah tiga orang. Orang pertama adalah orang yang mati syahid, kemudian orang tersebut dihadapkan kepada Allah, lalu Allah tunjukkan kepadanya kenikmatan yang deberikan pada dirinya dan ia mengetahuinya, kemudian Allah bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan tersebut?’ Orang tersebut berkata, ‘Aku berperang di Jalan-Mu sehingga akupun terbunuh.’ Allah berkata:
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ
“Kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang agar disebut sebagai seorang pemberani, dan itu telah disebut (sebagai pemberani).” Maka orang tersebut diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan kedalam neraka.
Kemudian orang kedua adalah orang yang menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu juga membaca Al-Qur’an. Kemudian orang tersebut dihadapkan kepada Allah, lalu Allah tunjukkan kepadanya kenikmatan yang diberikan pada dirinya dan ia mengetahuinya. Kemudian Allah bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan tersebut?’ Orang tersebut menjawab, ‘Aku menuntut dan mengajarkan ilmu karena mengharap wajah-Mu dan aku membaca Al-Qur’an karena-Mu. Maka Allah berkata:
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ لِيُقَالَ هُوَ عَالِمٌ فَقَدْ قِيلَ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ
“Kamu berdusta, akan tetapi kamu menuntut ilmu agar kamu disebut sebagai orang alim dan itu telah disebut, dan kamu membaca Al-Qur’an agar kamu disebut sebagai qori’ dan itu telah disebut.” Maka orang tersebut diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan kedalam neraka.
Kemudian orang ketiga adalah orang yang diluaskan oleh Allah rezkinya dan Allah memeberinya seluruh jenis harta. Kemudian orang tersebut dihadapkan kepada Allah, lalu Allah tunjukkan kepadanya kenikmatan yang diberikan pada dirinya dan ia mengetahuinya. Kemudian Allah bertanya, “Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan tersebut?” Orang tersebut menjawab, “Tidak ada jalan yang engkau perintahkan untuk berinfak di dalamnya melainkan aku berinfak di dalamnya untuk-Mu. Allah berkata:
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ ذَلِكَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَّادٌ فَقَدْ قِيلَ
“Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukannya agar kamu disebut sebagai orang yang dermawan dan itu telah disebut.” Maka orang tersebut diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan kedalam neraka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Saking dasyatnya kisah dari hadits ini, ketika sampai kepada Muawiyah belai pun menangis begitu keras sampai pingsan. Para sahabat mengira Muawyah akan binasa dengan tangisan tersebut. Kemudian setelah Muawiyah sadar dari pingsannya beliau mengusap wajahnya seraya berkata telah benar Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga, orang yang zhalim.
Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, “Orang diantara kami yang tidak memiliki Dirham dan harta benda. Lalu Rasulullah berkata:
إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ
“Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat, akan tetapi ia membawa dosa mencaci orang ini, menuduh orang ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kebaikan amal orang ini diberikan kepada orang yang pernah ia zhalimi dan jika kebaikannya telah habis sebelum dosa-dosanya terbayarkan seluruhnya, maka dosa-dosa mereka yang ia zhalimi ditimpakan kepadanya, lalu ia dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, berbuat bid’ah.
Sebesar apapun ibadah seseorang tetapi jika tidak ada contoh dari Nabi, maka bisa di pastikan amalan tersebut sia-sia. Rasulullah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang melakukan sebuah amal yang tidak perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan dalam riwayat lain disebutkan:
وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
“Setiap yang baru dalam agama adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan berada di neraka.” (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i).
Wal iyadzu billah. (Ferry Nur/ annursolo.com)
Baca Juga: Nikmat Yang Terlupa