Manusia Paling Bermanfaat
Oleh: Mush’ab Mudzaffar
Apa gunanya hidup tanpa memberi manfaat bagi orang lain. Manusia adalah makhluk sosial. Antara satu dengan yang lain saling membutuhkan, terikat oleh entitas personnya sebagai manusia. Maka, memberi manfaat bagi orang lain adalah suatu keharusan bagi setiap manusia yang menyadari hakikat eksistensinya. Sebagaimana perkataan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, “ Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Di tengah gejolak modernitas dewasa ini, umat islam secara umum terlihat seperti anak ayam kehilangan induknya. Terhitung sejak runtuhnya khilafah Turki Utsmani tahun 1924, terjadi berbagai perpecahan dan disorientasi di tubuh umat islam.
Padahal, seharusnya dalam hal ini, umat islam mampu menggungguli umat lain, lantaran Allah telah menjadikan mereka sebagai umat terbaik bagi seluruh manusia. Allah berfirman dalam Alkitab,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
Artinya, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia”(QS Ali Imran: 110)
Melihat firman Allah ini, seorang muslim layaknya menyadari, bahwa mereka bukanlah umat yang terbelakang atau teroris, justru keberadaan mereka di dunia ini adalah untuk menebarkan kebaikan, rahmat dan manfaat bagi seluruh manusia.
Pertanyaannya sekarang adalah, apa pasal umat islam kini mulai kehilangan identitasnya sebagai seorang muslim, yaitu -dalam hal ini- memberikan manfaat bagi umat yang lain?
Kalau coba kita perhatikan, umat islam mulai terserang virus inferioritas. Sebuah penyakit rendah diri yang bersarang di dalam jiwa seseorang. Ya, umat islam agaknya telah terjangkit virus ini secara sadar maupun tak sadar. sehingga mereka seolah lupa terhadap cahaya ilahi dalam ajaran yang mereka anut. Satu-satunya agama yang diridhoi Allah. Agama rahmatan lil ‘alamin. Akibat dari itu, keimanan umat muslimin mulai terkikis dan aktivitasnya sebagai seorang muslim mulai mengendur, bahkan ditinggalkan. Karena sekali lagi, pengaruh inferioritas ini terhadap mayoritas orang telah menancap kuat di lubuk hati mereka. Dan dalang di balik semua ini, sedikit banyak merupakan perbuatan mereka yang memusuhi islam dan kaum muslimin.
Arus gelombang propaganda di media massa hari ini -seperti yang kita tahu- terlihat berupaya keras menjerat umat islam. Entah kenapa warta berita atau yang lebih tepat dibilang sebuah tuduhan massif berkaitan isu terorisme bertubi-tubi di hujamkan kepada umat ini. Suatu tindakan keji yang menghalalkan segala cara, termasuk menyalahgunakan media untuk kepentingan pribadi. Belum lagi klaim kaum primitif dan kolot yang dilancarkan kaum sekuler menambah kompleksitas dalam memarginalkan umat islam di mata dunia.
Sudah jatuh tertimpa tangga, setelah mendapat intimidasi musuh yang menyebabkan rasa inferioritas, umat islam pun mendapat kehinaan dan kemunduran lantaran syarat-syarat umat terbaik perlahan-lahan telah dilalaikan. Tertera dalam kelanjutan ayat surah Ali Imran di atas, syarat-syarat yang menjadikan mereka sebagai umat terbaik,
…كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kalian (umat Nabi Muhammad) adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia, yaitu yang menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah kepada yang mungkar dan beriman kepada Allah…”(Q.S Ali Imran: 110)
Menanggapi ayat, (كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ) Ibnu katsir menuturkan, “ Sesungguhnya mereka (umat islam) adalah umat yang paling baik dan bermanfaat bagi manusia. Dengan mengurutkan kelanjutan ayat, (تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ), yaitu mereka yang menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar.1
Imam As-Sa’di menambahkan dalam kitabnya, Taiisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsiir Kalam Al-Mannan bahwa, Allah subhanahu wa ta’ala sedang memuji umat ini (umat Nabi Muhammad) dan memberi kabar bahwa mereka adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia, karena mereka telah menyempurnakan diri dengan keimanan yang menuntut dilaksanakannya setiap perintah Allah ta’ala, sekaligus menyempurnakan orang lain dengan beramar ma’ruf dan nahi mungkar yang esensinya adalah bersungguh-sungguh dalam mendakwahi manusia kepada-Nya. Lalu, berupaya sekuat tenaga menolak kesesatan, dosa, dan kemaksiatan yang orang lain perbuat. Dengan inilah mereka menjadi ‘khoiru ummah’, umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia.2
Jadi, kalau umat ini terangkat kederajat ‘khoiru ummah’ karena beramar ma’ruf nahi mungkar, dan keimanan mereka kepada Allah, Maka sebaliknya, kehinaan dan kemunduranlah yang akan mereka dapatkan tatkala syarat-syarat tersebut mereka tinggalkan.
Adapun bagi umat yang lain –Ahli kitab ( umat yahudi dan nasrani )- tidak mendapatkan keutamaan dan kemuliaan sebagaimana umat islam disebabkan kebanyakan mereka tidak mau beriman kepada Allah subhanu wa ta’ala, kecuali hanya segelintir orang saja. Padahal, Allah telah mengabarkan bahwa, andaikata mereka mau beriman kepada-Nya, tentu hal itu lebih baik bagi mereka. Namun, gholib mereka adalah orang-orang fasik yang tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana kelanjutan ayat dalam surah Ali Imran berikutnya,
وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُون
“Dan sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Q.S Ali Imran: 110)
Ahli kitab, yaitu umat yahudi dan nasrani bahkan berupaya memerangi orang-orang mukmin dengan berbagai macam cara. Tapi seperti apapun jalan yang mereka tempuh hal itu tidak dapat mencelakai orang-orang mukmin kecuali hanya sebatas gangguan-gangguan kecil saja. Janji Allah atas kemenangan umat islam adalah mutlak.
Bermacam fakta ini setidaknya mampu membuka mata umat islam, umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah umat terbaik bagi manusia. Kemenangan mereka pun telah di janjikan oleh Allah subhanu wa ta’ala. Sudah saatnya umat ini bangkit dari tidurnya. Menyebarkan manfaat terhadap orang lain dan menyempurnakan diri mereka dengan beriman kepada Allah ta’ala. Lalu menyempurnakan orang lain dengan beramar ma’ruf nahi mungkar.
Dari riwayat Muadz bin Jabbal, Abu Sa’id dan yang lain, mengatakan,”Umat ini pelan-pelan akan digiring menuju kebaikan, berkat Nabi mereka, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ialah makhluk dan Rosul Allah yang paling mulia. Ia diberikan syari’at yang sempurna, yang belum pernah diberikan kepada nabi dan rosul sebelumnya. Maka amalan sedikit yang dilaksanakan diatas manhaj dan ajaran beliau tidak dapat tergantikan oleh amalan banyak yang dilakukan tidak berdasarkan manhajnya.”
Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Aku dianugerahi hal-hal yang tidak diberikan kepada seorang pun nabi. Kami berkata, ”Wahai Rosulullah, apa itu?” Beliau menjawab; “ Aku di beri pertolongan lewat rasa takut (dalam diri musuh-musuhku_red), kunci-kunci bumi diberikan kepadaku, Aku dinamakan Ahmad, lalu dijadikankannya muka bumi ini suci bagiku, dan umatku adalah umat yang terbaik.” (H.R Ahmad dari Ali bin Abi thalib dengan sanad hasan)
Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah dia berkata; Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “ Akan masuk jannah tujuh puluh ribu orang dari umatku, wajah mereka bersinar terang laksana cahaya bulan pada saat purnama.”
Lalu apa lagi yang harus ditunggu? Marilah kita mulai dari sekarang, dari diri kita sendiri.
1 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, 2/93
2 Abdullah As-Sa’di, Taiisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsiir Kalam Al-Mannan, 1/143