Propaganda Yahudi Ditengah Pergaulan Remaja
Oleh : Fatih Izzul Islam
Tak kenal maka tak benci adalah pribahasa lawan dari ‘tak kenal maka tak sayang’. Pribahasa tersebut sebenarnya ditujukan pada setan dan segala tipu muslihatnya. Sebab jika tidak mengenal setan, maka akan sangat mudah bagi setan untuk menjerumuskan dan menyeret kita menjadi teman abadinya dalam jurang jahannam. Tak mengenal setan, berarti tak bisa membenci setan.
Demikian juga dengan Yahudi dan misi-misinya. Jika kita tidak mengenal dengan baik siapa dan apa sebenarnya Yahudi itu, maka kita tidak akan bisa membencinya atau minimal menghindarinya.
Banyak buku sebenarnya yang telah membedah habis dan menelanjangi Yahudi dengan segala kejahatannya. Sejarahpun telah mencatat dengan manisnya dan memperkenalkan kepada kita bahwa mereka sebagai bangsa cerdas, juga licik, kikir, dengki, pendusta, pengkhianat, pembunuh, ambisius, dan bangsa yang tak pandai bersyukur. Al-Qur’an bahkan memaparkan sepak terjang Yahudi dalam memporak-porandakan tatanan kehidupan yang telah dibenahi oleh para Nabi. Juga diceritakan penderitaan yang mereka dapatkan akibat selalu mengingkari nikmat Allah ta’ala.
Yahudi kini telah mewarnai dunia. sepak terjangnya tak jauh dari para pendahulunya, yaitu licik, ambisius dan tak pernah mau peduli nasib orang lain. Dalam upayanya mengenggam dunia, segala cara mereka tempuh. Diantaranya melemahkan musuh bebuyutannya yaitu Islam. Mereka masuk ke dunia remaja secara halus. Mereka sadar Islam sulit dipadamkan selama muncul generasi penerusnya. Karena itu mereka berupaya mengahancurkan generasi muda Islam. Mereka proklamirkan dirinya sebagai penyelamat dan pengusung modernisasi. Padahal ibarat musang berbulu domba mereka hanyalah menyamar untuk menghancurkan Islam dari dalam. Dalam slogan modernisme yang mereka usung, didalamnya terdapat kail untuk menjerat generasi muda Islam pada jurang kehancuran.
“Yahudi dan Nasrani selamanya tidak akan ridha sebelum kalian mengikuti jejak paham agama mereka”. (Surah, Al-Baqarah: 120)
Seorang pemerhati Islam, yang bernama Toto Tasmara menyebut ranjau-ranjau Yahudi untuk kaum remaja dengan “Sembilan Perangkap”. Di antaranya adalah; 1). Makanan dan Minuman, 2) Tontonan, 3) Pakaian, 4) Kebebasan berfikir, 5) Uang, 6) Penghancuran, 7) Perpecahan, 8) Kebebasan beragama, 9) Kefrustasian.
Dampak dari sembilan perangkap Yahudi ini sangat luas bagi kaum muslimin, karena hanya sembilan butir saja sudah mencakup semua aspek-aspek penting yang dibutuhkan remaja. Dan remaja-remaja Islam Indonesialah yang kebanyakan menjadi korbanya.
Perangkap melalui makanan dan minuman digelar dengan trend makanan dan minuman bermerk internasional, yang mana bisa dibilang memang menjadi konsumsi yang kebablasan, tanpanya pun seakan-akan hati mereka tidak bangga, PD dan keren.
Tanpa sadar, apa yang mereka beli adalah produk musuh-musuh Islam. Karena pada dasarnya hampir semua yang berlebel terkenal dimiliki olah Yahudi. Seperti halnya; McD, CFC, Dunkin Donats dan lainya adalah barang komoditi yang ujung-ujungnya akan menghancurkan Islam.
Tak cukup melalui makanan dan minuman, Yahudi juga membidik kaum remaja dan juga kalangan dewasa dengan tontonan melalui berbagai media. Media modern menawarkan banyak hal, mulai dari film yang bertemakan percintaan, kekerasan, perkosaan, perkelahian, hingga horor. Begitu juga televisi menawarkan berbagai hiburan tanpa henti. Munculnya Tabloit-tabloid yang mengeksploitasi tubuh wanita atau secara tegasnya memperdagangkan tubuh wanita.
Disamping itu mereka berhasil memprogandakan gaya hidup mewah ditengah-tengah kemiskinan dunia nyata. Akibatnya semakin banyak orang yang hidup tanpa atah yang jelas; mencuri, merampok, korupsi dan lainya demi menggapai kemewahan itu.
Semboyan mereka adalah 3L. Yaitu life (kehidupan), love (cinta), dan liberty (kebebasan). Mereka memiliki obsesi agar seluruh dunia memakai pakaian dan bergaya hidup yang sama dengan mereka.
Kebebasan berfikir mereka lancarkan dengan dalih dogma membebaskan pikiran mansia dari tirani agama. Kebebasan berpikir inilah yang meracuni remaja masa kini. Mereka merusak generasi muda Islam dengan pendangkalan Aqidah. Mereka dididik oleh dunia modern untuk berpikir semaunya, yang penting senang walaupun melanggar syariat.
Islam selalu diisukan menjadi kambing hitam atas segala sesuatu yang terjadi didunia yang merugikan mereka. Itulah kelicikan Yahudi untuk memecah belah musuh yang dibencinya.
Untuk itu, jika muncul berbagai teror, maka media Barat selalu menuduh Islam sebagai pelakunya. Yang lebih menggelikan, jika pelaku penembakan adalah warga Yahudi, mereka diam seribu bahasa, namun jika orang islam yang melakukanya sebagai pembalasan maka mereka mengutuknya dan memberitakan ke seluruh dunia. karena mereka punya kekuatan media untuk mencapai tujuannya.
Akibat dari itu semua, dalam benak generasi muda agama dianggap sumber konflik, tidak adil dan sadis. Berbagai perpecahan selalu bersumber dari agama. Padahal bukan agama yang membuat mereka terpecah, malainkan pola pikir mereka yang tidak mau sepaham dengan norma agama.
Jika telah tertanam dalam benak-benak remaja Islam yang masih awam, bahwa agama Islam menampakkan kekerasan, pemaksaan dan senang perang maka mereka akan membenci agamanya sendiri. Sehingga jika suatu saat ada misionaris datang, mudah sekali mereka akan terpengaruh.
Dalam doktrin beragama, mereka senantiasa meniup-niupkan ke telinga para remaja bahwa semua agama di dunia ini berasal dari pokok yang sama. Semua sama saja dan sama baiknya. Jadi apapun agama yang dipeluknya tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap dunia, apalagi akhirat. Inilah yang menyebabkan keroposnya Iman remaja.
Para penyebar propaganda itu mengetahui persis bahwa kewajiban-kewajiban dalam Islam seperti rukun Islam dan Iman dianggap oleh sebagian remaja adalah sesuatu hal yang memberatkan fisik bahkan terasa asing jika terlalu rajin melaksanakannya, takut dibilang orang alim dan shalih nan taat beragama. Tidakkah mereka mengindahkan firman Allah ta’ala,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali Imran; 118)
Seandainya remaja masa kini telah mendapatkan pendidikan agama yang baik semenjak dini, maka tidak ada kamus di hati mereka untuk meremehkan agama yang dianutnya. Paham kebebasan beragama pasti mungkin nyantol dalam pikiranya. Sebab apaun namanya agama tersebut, jika datangnya dari manusia, pasti tidak benar. Allah berfirman,
“Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran; 19)
Inilah fenomena yang melanda pada remaja-rejama muslim. Remaja muslim masa kini merasa malu mengenalkan identitas kemuslimannya. Mereka lebih PD dengan atribut-atribut jahiliyyah yang mereka sebut sebagai “yang modern” dan ‘terkini’. Mereka akan cepat membusungkan dada jika ada yang menyebutnya sebagai remaja gaul. Karena memang itulah yang mereka cari-cari dalam dunia remajanya, yakni sebagai ‘remaja gaul’, tanpa terasa mereka menjalani pergaulan yang kebablasan.
Menyadari itu semua, kita perlu kembali bahwa pengetahuan agama yang benar bagi remaja amat sangat penting dan diperintahkan. Dengan berpengetahuan agama yang cukup, maka takkan terjadi dekadensi moral berlebihan dikalangan remaja.
Ada baiknya kita sering-sering berdoa sebagaimana doa yang sering disenandungkan oleh Jalut: “Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran pada diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.”