Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan (dzikir), begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan:
“laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir”
(Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu).”
(HR. Tirmidzi no. 3585; Ahmad, 2:210. Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih dilihat dari syawahid atau penguat-penguatnya, lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1503, 4:8.)
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullâh berkata:
“وفيه من الفقه أن دعاء يوم عرفة أفضل من غيره، وفي ذلك دليل على فضل يوم عرفة على غيره،… وفي الحديث أيضًا دليل على أن دعاء يوم عرفة مجاب كله في الأغلب, وفيه أيضاً أن أفضل الذكر لا إله إلا الله
“Di antara fiqih yang terkandung dalam hadits di atas adalah bahwa doa pada hari ‘Arafah lebih utama daripada doa pada hari-hari lain. Hadits ini menunjukkan keistimewaan hari Arafah dari pada hari-hari lainnya…, juga menunjukkan bahwa doa pada hari ‘Arafah adalah mustajabah secara umum, hadits ini juga menunjukkan bahwa dzikir yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaha Illallah” (At-Tamhîd 6/41)
Haruskah membaca doa yang sama persis seperti di atas?
Imam Abul ‘Ula Muhammad ‘Abdurrahman Al-Mubarakfuri menjelaskan:
“Bila disebutkan bahwa sebaik-baik yang diucapkan adalah bacaan Laa Ilaha Illallah, bukan menunjukkan bahwa doa yang dimaksud dalam hadits (tersebut) adalah dengan bacaan tersebut saja. Namun maksud sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan pada hari Arafah, doa apa saja bentuknya. Dan boleh juga dibaca selain doa yaitu kalimat LAA ILAHA ILLALLAH yang diucapkan. Sedangkan sabda Rasul ‘Sebaik-baik yang aku ucapkan’ adalah menunjukkan dzikir bukan doa. Maka tidak pas mengartikan ‘yang aku ucapkan’ dengan ‘yang aku minta/doa’. Bisa saja dzikir (LAA ILAHA ILLALLAH…) adalah pendahuluan untuk berdoa (meminta) kepada Allah, karena disunnahkannya memuji Allah sebelum meminta sesuatu. (Tuhfatul Ahwadzi 10/30-31). Wallahu a’lam bi as-shawab.
Mau Dapat Pahala Yang Terus Mengalir? Yuk, Ikut Donasi Pembangunandi Ma’had An-Nuur