Do’a adalah pintu yang agung. Jika dia telah dibuka untuk seorang hamba, maka kebaikan-kebaikan akan mengikutinya dan keberkatan akan mengalir kepadanya. Oleh karena itu Abu Bakar Ash-Shidiq senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan Allah dan memperbanyak do’a kepada-Nya. Do’a juga merupakan faktor kemenangan yang paling besar dan kuat atas musuh.
Allah ber
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Ghafir : 60) Dan firman-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)
Abu Bakar Ash-Shidiq senantiasa menyertai Rasulullah dan melihat secara langsung bagaimana Rasulullah memohon pertolongan kepada Allah, meminta kemenangan dan bantuan kepada-Nya. Abu Bakar mempelajari dengan serius ibadah seperti ini dari Rasulullah. Dia juga senantiasa berusaha agar do’a dan tasbih yang dia lantunkan sesuai dengan sighah (bentuk kalimat) yang diperintahkan oleh Rasulullah dan diridhainya. Seorang muslim tidak boleh mengutamakan sighat lain dalam do’a dan tasbih atas sighat yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Meskipun pada dzhahirnya sighat tersebut lebih baik lafazh dan maknanya. Karena Rasulullah adalah pengajar kebaikan, pemberi petunjuk pada jalan yang lurus dan beliau lebih tahu tentang yang lebih utama dan lebih sempurna.
Kegemarannya berdo’a mendorong Abu Bakar Ash Shiddiq bertanya secara langsung kepada Rasulullah untaian-untaian do’a yang indan dah sarat makna. Suatu hari Abu Bakar berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah padaku satu do’a yang bisa aku panjatkan saat shalat!” Maka Beliau pun berkata, ‘Bacalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ‘.”
Sungguh do’a yang indah, pengakuan dari seorang hamba atas dosa dan kesalahan, yang artinya hamba tersebut butuh akan ampunannya. Dan pengakuan atas kesempurnaan Allah, satu-satu-Nya Dzat yang berhak memberi ampunan kepada hamba-Nya.
Suatu ketika Abu Bakar Ash Shiddiq juga bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku beberapa bacaan yang bisa aku baca ketika pagi dan sore hari.” Beliau bersabda, “Bacalah:
اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ أَنَّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ فَإِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ أَنْفُسِنَا وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَشِرْكِهِ وَأَنْ نَقْتَرِفَ سُوءًا عَلَى أَنْفُسِنَا أَوْ نَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
‘Ya Allah, pencipta langit dan bumi, yang Maha Mengetahui yang Ghaib dan yang nyata. Tuhan Pengatur segala sesuatu dan Rajanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan diriku, kejahatan setan dan sekutunya. Dan agar kami tidak memberikan keburukan kepada diri kami atau memberikannya kepada seorang muslim.” Beliau bersabda, “Bacalah saat pagi dan sore hari, atau saat engkau akan tidur.”
Abu Bakar Ash-Shidiq belajar dari Rasulullah bahwa tidak ada seorangpun yang boleh mengira bahwa dirinya tidak butuh pada taubat dan istighfar kepada Allah dari dosa-dosa. Akan tetapi setiap orang senantiasa butuh akan hal itu. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 71 – 72).
Demikian kesungguhan Abu Bakar Ash-Shidiq dalam berdo’a kepada Allah, merendahkan diri kepada Allah, banyak bermunajat kepada-Nya, dan tidak pernah terlepas dari dzikir kapan dan dimanpun.
[ydsui/annur]