Musuh yang pandai itu lebih baik daripada teman yang bodoh, demikian kata pepatah. Sebab, musuh yang pandai akan memaksa kita untuk belajar lebih tegas, bekerja lebih cerdas dan berdo’a lebih keras. Sedangkan teman yang bodoh tidak memberikan perbaikan apapun. Ia menganggap apapun yang kita lakukan sudah lebih baik, karena memang dia sendiri tidak tahu apa sebuah definisi dari usaha yang lebih baik.
Allah Ta’ala berkenan menjadikan bagi manusia musuh yang tangguh dan cerdik. Dalam panggung kehidupan dunia ini, manusia ditakdirkan memiliki musuh yang amat tangguh yaitu Iblis dan bala tentaranya. Allah telah mewanti-wanti tentang hal ini dalam firman-Nya,
“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; kerena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah: 168-169).
Sang Ahli Ibadah pun Tergelincir
Imam Ibnul Jauzi (597 H) rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya Talbis Iblis sebuah riwayat yang mengisahkan tentang seorang ahli ibadah yang terjerat godaan dan langkah-langkah setan ini. Konon, ia adalah orang yang paling abid (rajin beribadah) di zamannya. Suatu kali ada tiga orang laki-laki bersaudara menitipkan adik perempuan mereka yang masih gadis kepadanya karena hendak berangkat perang. Meski awalnya ia menolak namun pada akhirnya ia luluh dan menerimanya.
Pada awalnya ia hanya mengantar makanan kepada si gadis dengan meletakkannya di di depan pintu tanpa berbicara sama sekali. Lalu setan pun menggodanya dengan membisikinya agar ia tidak hanya mengantar makanan, tapi juga mulai berbincang-bincang dengan si gadis di depan pintu. Di tahap berikutnya, ahli ibadah ini tergoda untuk bercakap-cakap di dalam ruangan sang gadis. Akhirnya, jerat-jerat setan ini berhasil mengenai ahli ibadah. Ia berbuat nista dengan sang gadis.
Tapi setan tidak akan pernah berhenti untuk terus menggoda manusia hingga ia benar-benar masuk ke dalam neraka bersamanya. Perbuatan haram itu membuat sang gadis mengandung bayi. Ahli ibadah mulai panik bercampur khawatir bila perbuatannya tersebut bisa diketahui oleh saudara-saudara sang gadis ketika nanti pulang. Setan pun membisikinya untuk membunuh sang bayi. Tidak sampai di situ, ibu sang bayi juga ikut dibunuh karena takut kejelekannya akan tersebar luas. Kedua mayat tersebut lalu dikubur di suatu tempat yang tanahnya di ratakan.
Ahli ibadah kembali ke tempat peribadatannya lagi dan memberitahukan kepada saudara-saudara sang gadis ketika mereka telah pulang dari medan perang, bahwa adik mereka telah meninggal dunia karena suatu sebab yang ia buat-buat. Kepada lelaki bersaudara ia memberitahukan kuburan adiknya yang palsu.
Ternyata tidak hanya sampai disini, ahli ibadah ini akhirnya diketahui belangnya setelah setan datang dalam mimpi saudara-saudara sang gadis dan memberitahukan yang sebenarnya. Setelah ahli ibadah diseret dan hendak disalib, datanglah setan kepadanya lalu berkata, “Bila kamu kafir kepada Allah, aku akan membersihkan dosa-dosamu!” Ahli ibadah ini pun mentaatinya dan mati dalam keadaan kufur. Sedangkan iblis yang menyesatkannya telah berlepas diri darinya. Naudzubillahi min dzalik.
Kisah di atas adalah salah satu contoh ketangguhan iblis dalam menggoda manusia. Siapapun akan terserang godaannya kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Ta’ala.
Belajar Dari Musuh Abadi
Dari sini kita bisa belajar tentang tabiat musuh abadi dalam menggoda umat manusia.
Pertama, Tekad Yang Kuat
Sejak kejadian penolakan Iblis terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam, ia telah bertekad untuk mencurahkan usianya dalam merusak dan menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Hal ini dinyatakan dalam salah satu ayat, “Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil.” (QS. Al-Isra’: 60).
Pernyataan diatas bukanlah isapan jempol belaka. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya manusia yang akhirnya terjerumus karena tipu dayanya. Seseorang tidak akan kuat menahan godaan setan bila tidak memiliki tekad yang kuat untuk mempersiapkan diri menjalani hidup di akhirat nanti. Tekad inilah yang akan mendorongnya untuk tetap berada pada jalan keselamatan dunia dan akhirat. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim: 2664).
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa kekuatan disini ialah tekad diri dalam meraih perkara-perkara ukhrawi. Jadi, godaan setan untuk berbuat keburukan akan bisa ditepis karena orientasi yang diinginkan adalah kebahagaian di akhirat nanti.
Kedua, Pantang Menyerah
Iblis tidak akan pernah menyerah dalam menggoda manusia. Ia akan selalu mencari seribu cara agar bisa menyesatkan manusia. Ahli ibadah awalnya selalu menolak bisikan-bisikan Iblis untuk berbuat keburukan. Tapi, Iblis tak kehabisan akal dan membungkus keburukan dengan kebaikan. Mengajaknya untuk berbuat baik dan berlaku lemah lembut, padahal itu hanyalah sarana untuk menjerumuskan kepada perbuatan nista.
Ketiga, Kesabaran Tanpa Batas
Sabar itu ada batasnya, begitu kata orang. Tapi musuh utama manusia ternyata memiliki kesabaran tanpa batas dalam menyesatkan manusia. Bahkan, ia telah mendedikasikan sepanjang hidupnya hanya untuk menjerumuskan manusia ke lembah neraka. Ia akan akan sabar menunggu kesempatan saat manusia lengah, lalu akan menyesatkannya kembali.
Keempat, Kesungguhan Tak Terkira
Kesungguhan iblis untuk menyesatkan manusia sunguh sangat luar biasa. Ia akan selalu mencari celah dan titik kelemahan manusia yang akan dijerumuskannya. Ia datang dari segala penjuru dan arah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِين
“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. al-A’raf: 17).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan penjelasan ayat ini dari Qatadah, bahwa dari depan ialah mengabarkan bahwa hari kebangkitan, jannah dan neraka itu tidak ada. Dari belakang ialah mengajak kepada dunia yang telah dihias dan dikemas. Dari arah kanan ialah melemahkan manusia dari mengerjakan kebaikan. Dan dari arah kiri ialah menghiasi keburukan dan kemaksiatan, serta mengajak manusia untuk melakukannya.
Cara Iblis Menjebak Manusia
Ibnu Qayyim menyebutkan ada 6 tahapan ajakan setan atau iblis ini. Pertama, setan berusaha agar manusia menjadi kafir atau musyrik. Kedua, bila tidak mempan maka manusia akan dibuatnya untuk melakukan bid’ah (mengada-ada dalam urusan agama). Ketiga, bila tidak bisa, setan akan mengajak untuk melakukan dosa-dosa besar. Keempat, bila tidak bisa, ia akan menyuruh manusia untuk melakukan dosa-dosa kecil.
Kelima, setan akan menyibukkan manusia dengan hal-hal yang mubah (boleh), sehingga waktunya habis untuk melakukan hal-hal tersebut. Keenam, bila hal ini tidak bisa juga, maka setan akan menyibukkan manusia dengan amal-amal yang mafdhul (kurang utama) sehingga lalai dari amal yang afdhal (lebih utama).
Itulah iblis dan setan, musuh yang sangat tangguh bagi manusia. Terlepas dari segala sifat-sifat jahatnya, ada sisi positif yang bisa diambil pelajaran agar kita bisa menang melawannya. Wallahu a’lam bisshawab. (Nuryadi/annursolo.com)
Baca Juga: 3 Tanda Kebaikan Seorang Hamba