Senin, Juni 16, 2025
  • Home
  • PMB 2025/2026
  • AQIDAH
  • FIQIH
    • RAMADHAN
  • TSAQAFAH
  • NASKAH KHUTBAH
  • VIDEO KAJIAN
mahadannur.id
  • Home
  • PMB 2025/2026
  • AQIDAH
  • FIQIH
    • RAMADHAN
  • TSAQAFAH
  • NASKAH KHUTBAH
  • VIDEO KAJIAN
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Kolom Mahasantri

Kisah Nabi Musa dan Dua Wanita yang Menjaga Harga Dirinya

Satrio Kusumo by Satrio Kusumo
08/03/2021
in Kolom Mahasantri
0
Kisah Nabi Musa dan Dua Wanita yang Menjaga Harga Dirinya
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Dalam surat Al-Qashash, Allah ﷻ menceritakan sebuah kisah yang menunjukkan tingginya akhlak dan kemuliaan dari Nabi Musa dan dua wanita Madyan.

Artikel lainnya

Hikmah dari Turunnya Hasan bin Ali dari Kursi Kepemimpinan

Generasi Pejuang: Menjadi Permata Di Antara Manusia

Istiqamah di Atas Kebenaran di Tengah Tantangan Zaman

وَلَمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدۡيَنَ وَجَدَ عَلَيۡهِ أُمَّةٗ مِّنَ ٱلنَّاسِ يَسۡقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمۡرَأَتَيۡنِ تَذُودَانِۖ قَالَ مَا خَطۡبُكُمَاۖ قَالَتَا لَا نَسۡقِي حَتَّىٰ يُصۡدِرَ ٱلرِّعَآءُۖ وَأَبُونَا شَيۡخٞ كَبِيرٞ

“Tatkala Musa sampai di sebuah sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekelompok orang yang sedang memberi minum ternak mereka. Dan dia mendapati di belakang mereka dua wanita yang sedang berusaha menghambat ternak mereka (supaya tidak maju ke mata air). Musa bertanya, ‘Apa maksud kalian berdua (dengan perbuatan tersebut)?’ Mereka menjawab, ‘Kami tidak memberi minum ternak kami sampai para penggembala itu memulangkan ternak mereka, sementara ayah kami adalah orang tua yang sudah lanjut usia’.” (al-Qashash: 23)  

Sifat ‘Iffah (Menjaga Diri) Wanita Shalihah

Pertama, keengganan mereka untuk bercampur baur dengan kaum pria yang bukan mahram (ikhtilath) untuk memberi minum ternak-ternak mereka. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah di dalam Tafsirnya menjelaskan, “Kedua wanita tersebut berupaya menahan ternak mereka dari mata air, agar keduanya tidak diganggu.” (Tafsir Ibnu Katsir; 6/204).

Bahkan sampai-sampai terkadang keduanya tidak mendapatkan sisa air untuk ternak mereka, karena ternak-ternak sebelumnya telah menghabiskannya.

 Ikhtilath dapat melahirkan banyak kerusakan di muka bumi, seperti menyebarnya perzinaan, tercabutnya rasa malu, dan hilangnya harga diri dan kehormatan. Oleh karenanya, kedua wanita tersebut rela bersusah payah menahan kambing-kambing mereka dan bersabar menanti penggembala lainnya selesai, agar mereka tidak terjatuh ke dalam perbuatan ikhtlath.

Itulah kemuliaan yang harus dimiliki oleh seorang wanita sehingga tidak menimbulkan fitnah di dalam kehidupan bermasyarakat.

Kedua, kedua wanita tersebut tidak memulai perbincangan dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, juga tidak memperpanjang pembicaraan dengan beliau. Nabi Musa pun hanya mengajukan pertanyaan yang ringkas, “Apa maksud kalian berdua (dengan perbuatan tersebut)?” Kalimat ini mengandung banyak pertanyaan, seperti mengapa mereka menahan ternak mereka, mengapa mereka tidak memberi minum kambing-kambing itu, apakah tidak ada pria yang mengurusi mereka, dan sebagainya.

Mereka pun menjawabnya dengan ringkas, dengan ungkapan yang padat dan menyeluruh sehingga tidak menimbulkan pertanyaan lain. Mereka mengatakan, “Kami tidak memberi minum ternak kami sampai para penggembala itu memulangkan ternak mereka, sementara ayah kami adalah orang tua yang sudah lanjut usia.” Jawaban yang ringkas dan jelas ini menunjukkan kebagusan akal keduanya dengan memberitahukan kondisi orang tua mereka, secara tidak langsung mereka meminta uzur (keringanan) atas perbuatan mereka memberi minum ternak-ternak mereka sendiri.

Hal menarik dari interaksi di antara mereka, pertanyaan seperlunya sesuai kebutuhan, begitu pula jawaban, seperlunya sesuai kebutuhan. Tanpa bumbu dan tambahan lainnya.  Seperti itu pula adab yang diajarkan Allah kepada manusia-manusia pilihan-Nya. Allah mendidik orang-orang yang dipilih-Nya untuk mendampingi kekasih-Nya agar senantiasa berada dalam kesucian hati dan diri.

Jiwa Besar Musa ‘Alaihissalam

Pertama, Nabi Musa ‘alaihissalam memberi pelajaran untuk selalu tanggap dengan keadaan manusia, ringan tangan, mudah membantu orang lain tanpa diminta, terlebih kepada seorang yang sedang membutuhkan bantuan.

Taktkala mendengar penjelasan mereka, Nabi Musa ‘alaihissalam pun menjadi iba. Kemudian beliau turun memberikan pertolongan tanpa memperpanjang interaksi dengan keduanya, tanpa bertanya dan banyak bicara. Dari sinilah kita dapat mempelajari kehati-hatian beliau di dalam menjaga diri dari fitnah wanita.

Allah ﷻ  berfirman, “Maka Musa memberi minum ternak-ternak mereka untuk (menolong) keduanya. Kemudian, dia kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya aku, terhadap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku, sangatlah membutuhkannya’.” (al-Qashash: 24)

Diriwayatkan bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam pergi menuju sebuah sumur. Beliau mengangkat sendiri batu besar yang menutupi mata air, padahal batu tersebut baru bisa diangkat oleh sepuluh orang. Itulah alasan salah satu dari dua wanita tadi menyebutkan kepada ayah mereka bahwa beliau ‘alaihissalam adalah orang yang kuat.

Kedua, tatkala Nabi Musa selesai menolong mereka, beliau tidak diam menanti mereka menyampaikan terima kasih. Beliau tidak pula menanti mereka berbasa-basi atau memperkenalkan diri. Sebab, yang demikian adalah celah bagi setan untuk menimbulkan fitnah bagi kedua belah pihak. Namun, beliau segera menyingkir dan berteduh di bawah sebuah pohon.

Sebuh potret teladan terbaik yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an, menjadi gambaran bagaimana orang yang beriman memiliki adab dalam bergaul. Hal itu bisa kita lihat pada kisah yang terjadi antara Nabi Musa dengan dua orang wanita dari negeri Madyan. Wallahu’alam. [Erwin A]

 

Related

Tags: IffahislamKehormatanKisah Al-Qur'anMenjaga DiriNabi MusaTadabburWanita Shalihah
Previous Post

Ayah Pulanglah, Anakmu Rindu

Next Post

Download Majalah Edisi Maret: Menepi di Tengah Riuh

Satrio Kusumo

Satrio Kusumo

Related Posts

Hikmah dari Turunnya Hasan bin Ali dari Kursi Kepemimpinan
Kolom Mahasantri

Hikmah dari Turunnya Hasan bin Ali dari Kursi Kepemimpinan

by Admin
19/05/2025
Generasi Pejuang: Menjadi Permata Di Antara Manusia
Kolom Mahasantri

Generasi Pejuang: Menjadi Permata Di Antara Manusia

by Satrio Kusumo
06/01/2025
Istiqamah di Atas Kebenaran di Tengah Tantangan Zaman
Kolom Mahasantri

Istiqamah di Atas Kebenaran di Tengah Tantangan Zaman

by Satrio Kusumo
26/08/2024
Kedudukan DNA Dalam Menetapkan Nasab
Kolom Mahasantri

Kedudukan DNA Dalam Menetapkan Nasab

by Admin
03/07/2024
Harbul Musthalahat: Sebuah Perang Tanpa Darah
Kolom Mahasantri

Harbul Musthalahat: Sebuah Perang Tanpa Darah

by Admin
27/11/2023
Next Post
Download Majalah Edisi Maret: Menepi di Tengah Riuh

Download Majalah Edisi Maret: Menepi di Tengah Riuh

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Aqidah
  • Audio
  • Buku
  • Do'a
  • Fiqih
  • Hadits
  • Hikmah
  • Ikhbar
  • Kabar Ma'had
  • Khutbah
  • Kolom Mahasantri
  • Lailatul Qadar
  • Niswah
  • Ramadhan
  • Resensi
  • Tafsir
  • Tazkiyah
  • Tsaqofah
  • Udlhiyah
  • Uncategorized
  • Unduhan
  • Usrah
  • Uswah
  • Video
  • Home
  • PMB 2025/2026
  • AQIDAH
  • FIQIH
  • TSAQAFAH
  • NASKAH KHUTBAH
  • VIDEO KAJIAN
Menerangi Umat Dengan Cahaya Ilmu

© 2021 mahadannur.id - Ma'had 'Aly An-Nuur Liddirosat Al Islamiyah mahadannur.

No Result
View All Result
  • Home
  • PMB 2025/2026
  • AQIDAH
  • FIQIH
    • RAMADHAN
  • TSAQAFAH
  • NASKAH KHUTBAH
  • VIDEO KAJIAN

© 2021 mahadannur.id - Ma'had 'Aly An-Nuur Liddirosat Al Islamiyah mahadannur.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist