Dalam Sebuah hadits Rasulullah saw bersabda; “Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing.”
Namun di samping itu beliau juga bersabda; “Sungguh-sungguh perkara (Islam) ini akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang. Dan tidak akan tersisa sebuah rumah tembokpun, tidak pula rumah ilalangpun kecuali Allah akan masukkan agama ini ke dalamnya ; dengan kemulian orang mulia atau dengan kehinaan orang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan Islam dengannya (orang mulia tersebut), dan kehinaan yang Allah hinakan kekafiran dengan orang hina tersebut.”
Lalu sebenarnya bagimanakah penjelasan antara Islam yang akan datang dalam keadaan asing, sedangkan dalam hadits lain dikatakan bahwa ajaran Islam itu akan sampai ke dalam setiap rumah?
Jawabannya, hadits pertama merupakan hadits shahih, dan redaksi lafadznya sebagaimana yang tertera dalam kitab Shahih Muslim. Rasulullah saw bersabda;
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing.”
YUK IKUT AMAL JARIYAH; PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DAN KELAS MA’HAD ‘ALY ANNUR
Para ulama yang mensyarah hadits ini menuturkan bahwa maksud dari ‘Islam datang dalam keadaan asing’ adalah awalnya Islam datang sedangkan pengikutnya hanya sedikit lalu setelah itu menyebar dan tampak dipermukaan. Adapun maksud dari ‘Dan Islam akan kembali muncul dalam keadaan asing’ adalah karena adanya ketidakseimbangan dan kelemahan sehingga tidak tersisa kecuali hanya sedikit orang yang berpegang teguh terhadapnya sebagaimana awal kedatangannya.
Hadits kedua juga merupakan hadits shahih, dan redaksi lafadznya sebagaimana yang tertera dalam Musnad Imam Ahmad dari Tamim Ad-Dari dari Nabi Saw;
“Sungguh-sungguh perkara (Islam) ini akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang. Dan tidak akan tersisa sebuah rumah tembokpun, tidak pula rumah ilalangpun kecuali Allah akan masukkan agama ini ke dalamnya ; dengan kemulian orang mulia atau dengan kehinaan orang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan Islam dengannya (orang mulia tersebut), dan kehinaan yang Allah hinakan kekafiran dengan orang hina tersebut.”
Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata, “Hadits ini diriwayatan oleh para perawi, di antaranya adalah Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan Imam Hakim yang juga telah menshahihkannya.” Lalu beliau berkata, “Hadits tersebut shahih dari Nabi saw, beliau bersabda; ‘Ajaran ini (Islam) akan mencapai apa yang dicapai malam dan siang…hingga akhir hadits.”
Makna dari hadits di atas sangat jelas. Sabda Nabi saw bahwa Islam akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang maksudnya adalah bahwa ajaran Islam ini akan sampai di seluruh penjuru dunia. Sedangkan sabda Nabi, ‘Dengan kemuliaan orang yang mulia…hingga akhir hadits’ maksudnya adalah siapa saja yang masuk agama Islam, maka Allah akan menjadikannya mulia dan menjadikan Islam mulia dengannya, dan barang siapa yang enggan mengikuti Islam maka Allah akan menghinakannya dengan menjadikannya dipandang rendah dan terbebani untuk membayar jizyah, dengan itulah Allah menjadikan kekufuran hina.
BACA JUGA: KRITERIA MASLAHAT MENURUT SYARI’AT
Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan, dari Tamim Ad-Dari bahwa beliau berkata, “Sekarang saya mengerti bahwa fenomena itu terjadi dalam keluargaku. Bagi mereka yang masuk Islam, maka aura mereka terlihat penuh kebaikan, kemuliaan, dan kewibawaan. Sedangkan bagi mereka yang kafir, tidak terlihat kecuali dipenuhi kehinaan, kerendahan, dan selain itu diwajibkan bagi mereka membayar jizyah.”
Syaikh Al-Albany rahimahullah mengatakan dalam kitabnya ‘Tahdzir As-Saajid min Ittikhadzi Al-Qubuur Masajid’, “Fenomena menyebarnya ajaran Islam yang disebutkan tidak langsung terwujud saat itu, namun akan terwujud pada masa yang akan datang. Hal yang tidak diragukan lagi adalah bahwa fenomena menyebarnya ajaran Islam ini meluas setelah wafatnya Nabi saw, yaitu pada masa Khulafa’ Rasyidin dan masa setelahnya. Islam tersebut tidak menyebar secara sempurna kecuali dengan kekuasaan Islam yang semakin melebar di seluruh penjuru bumi. Dan sudah pasti penyebaran Islam ini akan tetapi terwujud karena Nabi saw telah mengabarkan demikian.”
Adapun sisi penggabungan antara kedua hadits tersebut dapat dipahami dari sisi janji Allah dan Rasul-Nya bahwa penyebaran ajaran Islam ini merupakan suatu yang pasti. Islam tetap akan menyebar, sebagiannya akan menyebar dengan perbuatan dan sebagiannya yang belum tersebar maka pasti akan menyebar. Adapun keterasingan Islam ketika ia muncul kembali tidak berarti bertentangan dengan menyebarnya ajaran Islam. Karena menurut penjelasan para ulama, maksud dari asing tersebut adalah keterasingan Islam dalam sebagian masa dan sebagian tempat, namun setelah itu Islam tetap akan kembali tampak dan menyebar luas. Atau terdapat kemungkinan bahwa makna Islam akan datang dalam keadaan asing tersebut maknanya adalah keterasingan Islam yang terjadi di akhir zaman ketika mendekati hari kiamat dan hancurnya dunia.
Ibnu Taimiyah menuturkan dalam kitabnya Majmu’ Fatawa, “Sabda Nabi ‘Islam akan kembali datang dalam keadaan asing’ mengandung dua makna,
Pertama; Islam akan datang dalam keadaan asing di tempat dan masa tertentu lalu kemudian akan menyebar luas sebagaimana dulu Islam datang. Karena itu Nabi saw mengatakan ‘Dan akan kembali dalam keadaan asing sebagaimana dulu awal munculnya’.
Dulu ketika Islam pertama kali datang ia di pandang asing, tidak dikenal, lalu kemudian tampak dan dikenal. Demikian halnya dengan saat ini, Islam akan kembali tidak dikenal seperti dulu lalu setelah itu akan tampak dan dikenal lagi. Minoritas orang yang mengenal Islam saat ini sebagaimana minoritas orang yang mengenal Islam pada awal kedatangannya.
Kedua; maksudnya adalah keterasingan tersebut akan terjadi ketika mendekati hari kiamat dengan fenomena bahwa yang tersisa dari umat Islam hanyalah sedikit. Fenomena ini akan terjadi di masa setelah musnahnya Dajjal, dan Ya’juj dan Ma’juj yaitu mendekati hari kiamat. Tatkala itu Allah mengutus angin yang berhembus mencabut ruh orang-orang beriman lalu setelah itu terjadilah hari kiamat. Adapun masa sebelum itu semua itu terjadi, maka hal ini berkenaan dengan hadits Nabi saw,
“Selalu akan ada kelompok dari umatku akan membela kebenaran, tidak dapat mencelakai mereka orang yang menyelisihi dan juga orang yang menghina mereka hingga datangnya hari kiamat.”
Hadits tersebut terdapat dalam As-Shahihain dan disebutkan dengan banyak redaksi.
Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa akan tetap ada sekelompok dari umatnya yang akan selalu membela kebenaran, mulia, tidak akan mencelakai mereka orang yang menentang dan menghina mereka. Perihal keterasingan Islam dan dipandang rendah di muka bumi ketika datang kembali tepatnya bukanlah pada masa ini.
Adapun sabda Nabi saw, ‘Kemudian Islam akan datang kembali dalam keadaan asing’ maksudnya adalah keterasingan Islam yang paling besar adalah ketika para pemeluknya sudah mulai murtad. Allah ta’ala berfirman,
“Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.”
Mereka menegakkan agama Islam tatkala orang-orang berbondong-bondong keluar darinya. Demikian halnya Islam muncul dalam keadaan asing, belum terlalu kuat sampai akhirnya menyebar. Dan beginilah Islam terasing di berbagai banyak tempat dan masa lalu kemudian Allah menampakkannya kembali. Sebagaimana ketika masa Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah. Saat itu banyak ajaran Islam yang terasing di kalangan mereka, sampai-sampai ada di antara mereka yang tidak tahu menahu tentang haramnya khamr. Namun saat itu Allah berkehendak menampakkan Islam kembali melalui Umar bin Abdul Aziz.
Dalam kitab As-Sunan disebutkan sebuah hadits,
“Sesungguhnya Allah akan mengutus di setiap seratus tahun seseorang yang akan memperbaiki (tajdid) agama umat ini.”
Perbaikan agama ini tidak akan terjadi kecuali setelah Islam melemah, saat itulah kondisi Islam dalam keadaan asing.
Hadits di atas memberi pelajaran bagi setiap muslim untuk tidak sedih lantaran minimnya orang yang mengetahui hakikat Islam dan agar tidak terlalu menyesakkan dadanya sendiri. Setiap muslim hendaknya tidak pernah ragu bahwa agama Islam ini akan mengalami kondisi sebagaimana awal kedatangannya. Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kamu dalam keraguan terhadap apa yang kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.” Dan ayat-ayat lain semisalnya. Wallahu A’lam (Ust. Fatih Izzul Islam)
Diterjemahkan dari: http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=180077
BACA JUGA; KEMULIAAN JASAD SEORANG MUSLIM HIDUP DAN MATI