Bulan suci ramadhan merupakan bulan yang selalu dinanti-nanti seluruh kaum muslimin di seluruh dunia. Bulan yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan.
Di dalamnya umat Islam diperintahkan untuk menunaikan ibadah puasa (shiyam):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagiamana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 183)
Bulan Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia. Allah berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas-penjelas mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang baik dan yang bathil) … (QS. Al-Baqarah : 185)
Bulan Allah mudahkan kaum muslimin untuk beramal shaleh, setan dibelenggu oleh Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
“Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit akan dibuka sedangkan pintu-pintu jahannam akan ditutup dan syaithan-syaithan akan dibelenggu.”(HR. Bukhari no:1766).
Seyogyanya umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan karene peluang besar untuk meraih pahala dan ampunan dari Allah terbuka lebar.
Sungguh sangat merugi jika dibulan penuh keberkahan ini ketika semua amalan dilipatgandakan dan Allah permudah namun kita lalai.
Meski begitu, tidak bisa kita pungkiri, bahwa dibulan suci Ramadhan ini masih terdapat kaum muslimin yang masih tetap melakukan perkara yang Allah haramkan.
Mereka itulah orang-orang yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah sekalipun ia melaksanakan ibadah puasa di siang hari bulan Ramadhan dan melaksanakan tarawih pada malamnya. Golongan ini pantas mendapatkan predikat orang-orang yang merugi di bulan Ramadhan.
Berikut adalah golongan orang-orang yang merugi pada bulan Ramadhan:
Orang yang Melaksanakan Ibadah Puasa tanpa Iman dan Ihtisab. Mereka Hanya Melaksanankannya karena Mengikuti Kebiasaan dan Riya’
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallah bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa karena Iman dan ikhtishaban (mengarap pahala) maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari No.38).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallah menegaskan kepada hambanya bahwa motivasi melaksanankan ibadah puasa bukan karena mengikuti kebiasaan masyarakat setempat ketika menemui bulan Ramadan saja, ataupun karena riya’, namun harus meniatkan puasanya sesuai yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam yaitu meniatkan karena iman dan ihtisab.
Maka sungguh merugi apabila orang yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan hanya sekedar mengikut tradisi dan agar mendapat pujian manusia tidak melandasi ibadahnya dengan niat yang ikhlas sesuai dengan tuntunan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallah.
Orang yang Berkata Dusta di Bulan Ramadhan dan Puasanya tidak Menjadikan Dirinya Terlepas dari Hal yang Diharamkan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bersabda Rasulullah shalalahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةً فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengerjakannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. al-Bukhari no. 5710).
Imam Ibnu Bathaal dalam kitabnya Syarh as Shahih al-Bukhari li Ibni Bathaal, (Juz IV), menjelaskan bahwa makna hadist ini ialah, “ … merupakan dalil bahwa ketika seorang melaksanakan ibadah puasa maka ia harus menahan dari perbuatan keji dan perkataan dusta, sebagaiman menahan makan dan minum, dan apabila seorang yang berpuasa tidak menahan dari perbuatan itu maka akan mengurangi pahala ibadah puasa serta menjadi sebab kemurkaan Allah dan tidak ditrimanya ibadah puasa tersebut.”
Sedangkan makna (فليس لله حاجة) ialah Allah tidak membutuhkan sesuatu apapun dari puasanya.
Maka jika seorang hamba melaksanakan ibadah puasa namun dengan puasanya tidak menjadikannya menjauhi perkataan dusta dan perbuatan keji maka sia-sialah ibadahnya.
Lapar dan dahaganya disiang hari tidak akan Allah terima dan tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari apa yang telah ia usahakan disiang harinya maka betapa meruginya orang tersebut.
Orang yang Menyia-Nyiakan Waktunya di bulan Ramadhan dengan Sesuatu yang Mubah Bahkan dengan Sesuatu yang dimurkai Allah
Merekalah orang yang menyia-nyiakan waktunya di bulan Ramadhan dengan mengisi waktunya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi akhiratnya bahkan melakukan hal-hal yang dimurkai oleh Allah.
Padahal pada bulan Ramadhan Allah melipatgandakan segala amal baik di bulan Ramadhan, dengan demikian mereka termasuk orang-orang yang merugi.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَر
“Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan haus dan lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam hanya begadang saja.” (HR. Ahmad no. 8856).
Oleh karena itu apabila kita tidak ingin masuk ke dalam golongan yang merugi, maka selayaknya kita harus mengisi bulan Ramdhan dengan kegiatan yang bermanfaat baik dunia, terkhusus lagi akhirat kita.
Jangan sampai puasa yang sudah susah payah kita kerjakan satu bulan penuh hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja tanpa mendapatkan balasan dari Allah.
Orang yang tidak Mendapatkan Ampunan dari Allah Hingga Berakhirnya Bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana umat Islam berlomba-lomba untuk beramal dalam rangka ingin mendapatkan ampuna dari Allah.
Sangat disayangkan apabila hingga berakhirnya bulam suci Ramadhan kita tidak mendapatkan ampunan dari Allah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Sungguh celaka seorang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan itu berakhir dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Tirmidzi no: 3468).
Dalam kitab Fathu ar Rabiy Litartibi Musnad Imam Ahmad bin Hambal as Syaibani“ (Juz 9), beliau menerangkan makna hadist tersebut ialah “Barangsiapa yang tidak memurnikan ibadah puasanya di bulan Ramadhan sehingga berakibat berkurangnya ketaatan kepada Allah maka berlalulah jalan menuju syurga dan Allah menghinakannya.”
Maka begitu ruginya orang yang mendapatkan kesepatan untuk meraih ampunan namun ia melalaikannya hingga berujung dengan kehinaan dari Allah.
Demikianlah orang-orang yang mendapatkan kerugian dibulan Ramadhan dimana segala kemudahan untuk kebaikan dibuka lebar namun mereka terjerumus pada jurang kegelapan.
Semoga kita senantiasa Allah berikan keistiqamahan dalam meniti jalan kebenaran dan senantiasa dihindarkan dari perkara yang menjadikan kita merugi pada bulan Ramadhan. Aamiin. [Lukman Ainurrochim]