Dalam kesempatan yang cukup jarang, mayoritas negara Muslim mengawali bulan Sya’ban dalam hari yang sama, karenanya mayoritas negara Muslim di dunia ini akan mencoba melihat hilal bulan Ramadhan pada tanggal 29 Sya’ban atau tanggal 19 Juli 2012. Pada hari itu, sangat tidak mungkin untuk melihat hilal bulan Ramadhan 1433 H dari seluruh bagian utara bumi dan beberapa bagian tengah. Termasuk diantaranya adalah Irak, Syam (Suriah), dan sebagian semenanjung Saudi Arabia. Hal ini dikarenakan terbenamnya bulan terjadi sebelum terbenamnya matahari. Bagi wilayah Arab lainnya, penampakan hilal bulan Ramadhan pada hari kamis akan tidak dimungkinkan karena bulan terbenam pada waktu yang sama dengan matahari atau hanya beberapa menit setelah matahari, bahkan jika menggunakan teleskop paling besar sekalipun.
Pada hari kamis (19 Juli 2012), bulan akan terbenam dua menit sebelum matahari terbenam di Baghdad, dan satu menit di Damaskus dan Beirut. Ia akan terbenam berbarengan dengan matahari di Qods, Amman, Tunisia, dan Aljazair. Ia akan terbenam dua menit setelah matahari terbenam di Manama (Bahrain), Kairo, dan Tripoli. Ia akan terbenam tiga menit setelah matahari terbenam di Riyadh, Doha, Muscat dan Rabat. Penglihatan hilal di seluruh negara tersebut bisa dikatakan tidak mungkin karena bulan yang terbenam dua setengah menit setelah matahari, bagian bawahnya akan mulai terbenam sebelum bagian atas matahari terbenam secara keseluruhan (Bulan membutuhkan waktu dua setengah menit untuk terbenam secara total dari bagian bawah hingga bagian atasnya). Di Mekah, bulan akan terbenam enam menit setelah matahari; 8 menit di Sana’a; dan 10 menit di Khartoum dan Djibouti; dan 14 menit di Mogadishu; 19 menit di Moroni (Comoros). Di seluruh lokasi tersebut, bulan tidak mungkin terlihat meski menggunakan teleskop sekali pun. Meski demikian, bulan masih mungkin dilihat di wilayah selatan jauh Afrika dan wilayah Amerika Selatan.
Islamic Crescents’ Observation Project (ICOP) meminta kepada para penguasa di negeri Muslim untuk melakukan tindakan pencegahan yang mungkin dalam mengonfirmasi secara pasti segala laporan penglihatan hilal pada hari Kamis; karena berdasarkan data yang diambil dari seluruh penjuru dunia sepanjang tahun dari zaman Babylonia hingga sekarang, dalam kondisi yang sama dilaporkan bahwa tidak mungkin untuk melihat hilal baik dengan maupun tanpa bantuan teleskop. Kami pikir bahwa meminta untuk melihat hilal pada hari itu pada dasarnya adalah sama dengan mengumumkan pada dunia bahwa beberapa dari kita memiliki penglihatan yang lebih baik daripada teleskop. Dan kami pikir bahwa orang tersebut perlu dipakai untuk keperluan penelitian sebagai pengganti teleskop. Itulah kenapa kami menyuarakan keprihatinan kami agar kita tidak mengabaikan ilmu pengetahuan dan intelektualitas yang sebenarnya dijunjung tinggi dalam syariah.
Perlu dicatat juga bahwa banyak Ulama dan astronom menyatakan tidak perlunya kita melihat hilal pada hari kamis di lokasi dimana bulan terbenam sebelum matahari karena pada waktu itu bulan tidak berada di langit dan melihatnya adalah tidak mungkin. Semua hal ini diketahui berdasarkan kalkulasi sains yang definitif. Salah satu rekomendasi dari Konferensi Emirates tahunan yang kedua dalam hal Astronomi, yang dihadiri oleh banyak ulama dan astronom, menyatakan bahwa: “Jika astronom menyatakan bahwa konjungsi (berkumpulnya matahari dan bulan pada satu bujur astronomi yang sama) tidak terjadi sebelum matahari terbenam, atau bulan terbenam sebelum matahari pada hari ke-29 dari sebuah bulan, kita tidak perlu meminta orang untuk keluar melihat bulan.” Ulama sepakat bahwa hal ini tidak bertentangan dengan sunnah Rasulullah saw, karena kita tahu bahwa bulan tidak nampak berdasarkan bukti yang kongkrit. Jadi melihat hilal pada hari itu saat kita sudah tahu bahwa hilal tidak nampak adalah sebuah marjinalisasi intelektualitas dan ilmu pengetahuan. Syaikh Abdullah bin Mani’i, anggota “organisasi ulama utama” di Kerajaan Arab Saudi dan konsultan raja, adalah salah satu ulama yang mendukung pendapat ini. Nasihat ini dipatuhi oleh sedikit negara muslim yang mempertimbangkan ru’yatul hilal sebagai dasar untuk menetapkan awal bulan hijriyah.
Meskipun dengan semua fakta tersebut, jika tahun ini segalanya berjalan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, maka mayoritas negeri Arab akan mulai puasa pada hari Jumat. Di sedikit negara, mereka menerima laporan yang sebenarnya bertentangan dengan data astronomi dan perhitungan sains, dengan mengklaim bahwa laporan melihat hilal yang diberikan oleh sedikit saksi tidak boleh ditolak. Sedangkan kami melihat banyak laporan saksi yang mengatakan bahwa hilal belum terlihat.
Di negara lain, bulan hijriyah dimulai jika bulan terbenam setelah matahari terbenam, tidak peduli ia terlihat atau tidak. Sayangnya, berdasarkan pandangan beberapa negara yang menyatakan bahwa bulan sudah terlihat, negara lain mengikutinya dan menerima laporan tersebut dengan berbagai alasannya. Namun, biasanya, Oman dan Maroko tidak menerima laporan yang keliru tersebut. Ada respek terhadap astronomi di kedua negara tersebut, dan pada beberapa tahun terakhir ini, kita tidak melihat ada laporan yang kontadiktif dengan fakta ilmu pengetahuan.
Perlu diketahui juga bahwa Libya telah mengumumkan bahwa mereka akan memberikan perhatian yang layak tentang hal ini, dan tidak akan memulai sebuah bulan tanpa bukti sahih terlihatnya hilal.
Berdasarkan penjelasan di atas, banyak negara Arab dimungkinkan akan memulai bulan Ramadhan pada hari Jumat. Namun, Oman, Maroko, dan Libya dimungkinkan akan memulai puasa pada hari Sabtu karena ketidakmungkinan untuk melihat hilal pada hari Kamis.
Untuk melihat hasil pengamatan bulan di seluruh dunia pada bulan Ramadhan tahun ini, silakan lihat proyek Pengamatan Bulan Sabit Islam (ICOP) pada website: http://www.icoproject.org. Proyek tersebut dimulai pada tahun 1998 dan saat ini memiliki lebih dari 400 anggota para ilmuwan yang tertarik untuk mengamati bulan dan menghitung serta menentukan kalender. Kami mendorong setiap orang yang tertarik di berbagai negara untuk mengamati bulan dan mengirimkan laporan mereka ke ICOP pada alamat website di atas yang kemudian akan dipublikasikan setelah konfirmasi.
Peta berikut ini menunjukkan kemungkinan terlihatnya hilal pada hari kamis tanggal 19 Juli 2012 di seluruh dunia.
Yang bertanda tangan atas pernyataan ini (disusun berdasarkan urutan tanda terima):
- Dr. Hayman Zin Al-Abedeen Metwally: Professor of Astronomy and sciences of the universe at the science college, Cairo University
- Professor Basma Diab: Sekretaris Islamic Crescents’ Observatory Project (ICOP).
- Dr Sharaf Al-qudhah: mantan Dekan Usuludeen, University of Jordan
- Professor Sharaf Al-Sufyani: Wakil Presiden, Komunitas Astronomi di Jeddah, Arab Saudi.
- Mohammad Ben Salem Al-Bous’idi: Ahli Pengamatan Astronomi, Royal Court affairs, Kesultanan Oman
- Dr Jalal Addin Khanji: Ahli Astronomi Syar’i & Pembantu Rektor University of Ibla, Halab, Syria.
- Ammar Ben Salem Al-rouwahi: Astronom, Kementrian Urusan Agama dan Amal Sosial, Kesultanan Oman
- Dr Jamal Mimouni: Professor Astronomy di University of Constantine, Aljazair
- Mohammad Odeh: Direktur, The International center of Astronomy, Uni Emirate Arab.
- Sakhr Saif: Emirates Society of Astronomy and member of the official delegation for the crescent observation, Emirates
- Mansour Ashkifa: Direktur, Kantor Pengamatan Astronomi dan Bulan Sabit di Lobyan Center untuk Ilmu ruang angkasa, Libya
- Professor Adnan Abdel Mun’im Quadhi: Peneliti, Astronomy dan Islam, Saudi Arabia
- Ali Al-Amraoui: Pejabat di Kementrian amal Sosial, Waktu Shalat, dan Pengamatan Bulan Sabit, Kerajaan Maroko.
- Marwan Al-Shawaiki: Ahli Astronomi dan Direktur Menara Pengamatan di Kesultanan Oman.
- Dr. Sabih Al-sa’idi: Peneliti dan ahli Astronomi, Kementrian Pendidikan, Kesultanan Oman
- Dr. Abdel Kader Abed: Ahli, Astronomi Syar’Iran, anggota Komite resmi Pengamatan bulan sabit, Yordania
- Sulaiman Al-Bous’idi: Astronom, Royal court Affairs, Kesultanan Oman
- Dr. Abdel Khaleq Al-Shaddadi: Professor Astronomy, University Mohammad V, Rabat, Kerajaan Maroko
- Dr. Ilias Mohammad Fernini: Professor di bidang Fisika and Astronomi, University of the United Arab Emirates, Uni Emirat Arab.
- Dr. Hasan Basira: President Sekolah Astronomi, University of the King Abdul Aziz di Jeddah, Arab Saudi
- Dr. Ali Al-Shukri: Professor di bidang Fisika and Astronomi, King Fahd University of Petroleum and minerals, Arab Saudi
- Dr. Nidhal Guessoum: Professor Astronomi, Al-Shariqah American University, Uni Emirat Arab.
- Dr. Muawia Shaddad: Professor Astronomi, University of Khartoum, Sudan
Diterjemahkan oleh: Mustarom dari http://icoproject.org/ICOP-Ramadan-Statement_ad-id!78.ks
puasa