Bersiap Sambut Bulan Suci
Oleh Tengku Azhar, M.H., M.Pd.
Jika seseorang yang ‘spesial’ bertandang ke rumah kita; apa yang akan kita lakukan? Masing-masing pasti memiliki jawaban yang sama; mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangannya. Dan persiapan itu tentunya akan lebih dilipatgandakan lagi jika tahu bahwa itu adalah kesempatan terakhir yang kita miliki.
Ramadhan adalah tamu yang sangat spesial. Para sahabat Rasulullah senantiasa menunggu-nunggu kehadirannya. Bukan dengan berpangku tangan, namun dengan segudang amalan. Apatah lagi jika sudah memasuki bulan Sya’ban. Sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Para Salaf Menyambut Bulan Ramadhan
Pasa salafush shalih adalah orang-orang yang selalu menantikan dan merindukan bulan Ramadhan. Mereka sangat berharap dapat menyempurnakan shaum dan ibadah qiyaamur ramadhan mereka, serta memenuhi hari-hari dengan ketaatan dan ibadah.
Di antara doa mereka sebagaimana diucapkan oleh Imam Yahya bin Katsir rahimahullah adalah, “Ya Allah, selamatkanlah kami sampai datangnya bulan Ramadhan, dan serahkanlah Ramadhan kepada kami, serta terimalah (penggunaan) bulan Ramadhan itu dari kami dalam sebuah pengabulan.”
Bahkan kata Mualla bin Fadhl rahimahullah mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka sampai pada bulan Ramadhan, kemudian selama enam bulan berikutnya mereka bedoa lagi agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan.
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata, “Diberi kesempatan untuk sampai pada bulan Ramadhan dan shaum di dalamnya merupakan kenikmatan yang luar biasa agung untuk orang-orang yang telah Allah kehendaki.”
Hal tersebut ditunjukkan oleh sebuah hadits tentang tiga sahabat yang dua di antaranya syahid. Kemudian waktu berselang dan yang ketiganya bermimpi melihat dirinya justru telah mendahului kedua sahabatnya yang telah meninggal dunia itu.
Rasulullah bersabda dalam hadits tersebut, “Bukankah ia terus-menerus berdoa begini dan begitu setelah kedua sahabatnya meninggal? Ia pun sempat menjumpai Ramadhan dan shaum ketika itu. Maka demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya sesungguhnya perbedaan antara kedua kelompok orang tersebut adalah bagaikan langit dan bumi.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Adapun persiapan yang bisa kita lakukan untuk menyambut Ramadhan adalah:
Pertama, Mengkaji Ulang Fiqih Shiyam (Ramadhan)
Ini merupakan persiapan yang paling utama. Sebab sebelum beramal seorang muslim mestilah berilmu terlebih dahulu. Meski pernah belajar, mengulang apa yang telah dipelajari tentu tidak ada salahnya. Bahkan, sangat bermanfaat.
Biasanya kita akan mendapati hal-hal baru atau hal-hal yang sudah pernah kita baca, namun baru kali ini kita mengerti dan memahami maksud sebenarnya.
Setelah mengkaji fiqih shiyam yang meliputi syarat, rukun, pembatal, hal-hal yang disunahkan, dan perkara-perkara yang dimakruhkan, juga berbagai perbedaan pendapat di antara para ulama sehubungan dengan semua itu. Lebih bijaksana lagi jika kita mau mengkaji hikmah-hikmah shiyam supaya dapat menunaikannya dengan lebih baik.
Terakhir, jika Ramadhan sudah di depan mata, hendaknya kita tadabburi hadits berikut
مَنْ صَامَ رَمَضَضانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shiyam Ramadhan dengan sepenuh keimanan dan hanya mengharapkan balasan dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kedua, Mempertebal Keimanan
Kuat dan tebalnya keimanan kita, khususnya keimanan kepada hari akhir memiliki andil yang besar terhadap keseriusan kita dalam beramal. Kita haruslah meyakini yakin bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang abadi.
Kenikmatan dan kesengsaraan di sana adalah kenikmatan yang sebenarnya -karena dinikmati oleh jasad dan ruh sekaligus-, sedangkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang sebentar atau sementara saja. Jika demikian pastilah kita -yang cerdas dan berakal- akan mendahulukan semua yang diperlukan demi kesuksesan di sana.
Tentang nilai dunia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Dibandingkan akhirat, dunia itu hanya seperti air yang menempel di jari salah seorang dari kalian.” lalu Yahya (seorang perawi hadits) mengisyaratkan telunjuknya- di lautan. “Lihatlah, seberapa banyak (air) yang dibawanya.” (HR. Muslim)
Mempelajari tentang apa yang terjadi setelah kita mati di alam barzakh kelak dan bahwa seseorang itu bisa meninggalkan dunia yang fana ini kapan saja tentu akan menyadarkan kita untuk bersiap-siap menghadapinya, kapan saja.
Allah berfirman, “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, ‘Duhai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih’.” (QS. Al-Munafiqun: 10)
Kajian tentang nikmatnya janah dan pedih-perihnya azab neraka akan menyadarkan dan membuat kita sangat-sangat merindukan kehidupan akhirat. Terlebih jika selama di dunia ini beban berat senantiasa kita pikul dari waktu ke waktu.
Keimanan kepada hari akhir yang kokoh akan mengurangi sikap berlebihan kita dalam mencintai dan mengurus dunia. Kita tidak akan rela membiarkan dunia menyita waktu begitu saja.
Ketiga, Berazam Tidak Akan Menyia-nyiakan Ramadhan
Amalan sunah yang paling dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan adalah qiyam Ramadhan atau lebih dikenal dengan shalat Tarawih.
Selain itu, jika kita hendak meneladani para sahabat maka mereka mempunyai kebiasaan memperbanyak tilawah Al-Qur`an. Bahkan ada di antara mereka yang setiap harinya khatam sekali. Sedekah sunah juga sayang bila ditinggalkan.
Dan terakhir adalah iktikaf di sepuluh hari terakhir yang merupakan sunah Nabi yang diteladani oleh para pendahulu kita yang shalih. Demikian mestinya kita sambut tamu yang sangat spesial ini. Tamu yang merupakan karunia agung dari Allah.
Sebab di bulan tersebut Allah akan memberikan pahala dan melipatkannya tanpa batas kepada orang yang mengerjakan shiyam. Lalu, doa orang yang shiyam tidak akan ditolak, orang yang shiyam juga akan mendapat dua kegembiraan.
Shiyam akan memberikan syafa’at kepada orang yang mengerjakannya pada hari kiamat, bau mulut orang yang shiyam lebih wangi dari misk di sisi Allah. Shiyam adalah perisai, benteng yang menghalangi dari api neraka dan barangsiapa shiyam fi sabilillah maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh musim.
Di janah ada sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan yang akan dimasuki oleh orang-orang yang shiyam dan tidak akan dimasuki oleh selain mereka.
Selain hal-hal di atas, berikut juga merupakan amaliyah para sahabat dalam menyambut bulan Ramadhan:
1. Mengoreksi lembaran-lembaran kehidupannya sebelum Ramadhan tiba.
2. Membersihkan diri sebelum bertemu Ramadhan, yaitu dengan banyak beristighfar, bertaubat kepada Allah dari segala dosa, dan meninggalkan maksiat yang pernah dilakukannya.
Siapa yang durhaka kepada orang tuanya, hendaknya meminta ridha keduanya untuk dimaafkan lalu berbakti kepada keduanya. Siapa yang memutus silaturahmi atau hubungan sesama muslim, hendaklah dia menyambungnya kembali dengan menyapanya dan mengunjunginya.
Siapa yang selama ini tidak pernah atau jarang mengerjakan shalat lima waktu, hendaklah dia memulainya dari bulan Ramadhan dan tidak meninggalkannya sampai akhir hayat.
Demikian seterusnya untuk meninggalkan setiap perbuatan dosa dan menekuni segala kewajiban, baik pada bulan Ramadhan ataupun pada bulan-bulan lainnya selama hayat masih di kandung badan.
3. Menyusun agenda yang mengantarkannya kepada amal-amal shalih yang akan dilakukannya secara disiplin selama bulan Ramadhan.
4. Banyak berdoa suapaya ringan menjalankan ibadah bulan Ramadhan.
5. Mempelajari dan membaca hukum-hukum yang berkenaan dengan bulan Ramadhan.
Demikian kiat-kiat yang bisa kita upayakan dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah. Semoga kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk kembali beretmu dengan bulan Ramadhan dan juga supaya dimudahkan untuk mengisinya dengan ibadah.
Terakhir, hendaknya kita benar-benar serius dalam memanfaatkan kesempatan yang Allah berikan agar terhindar dari ancaman bagi mereka yang menyia-nyiakan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku tidur, datang dua orang kepadaku kemudian memegang lengan atasku dan mengajakku ke bukit yang terjal.
Dua orang itu berkata , ‘Naiklah’. Aku katakan, ‘Aku tidak sanggup.’ Mereka katakan, ‘Akan kami permudah.’ Kemudian aku naik sampai ke puncak bukit, ternyata aku mendengar jeritan yang sangat keras. Aku pun bertanya, ‘Suara apa ini?’
Mereka berkata, ‘Inilah jeritan penghuni neraka.’ Kemudian kami pergi sampai tiba di sekumpulan orang yang tergantung di urat ketingnya (urat di atas tumit) dan robek mulutnya mengeluarkan darah. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’
Jawab dua orang itu, ‘Mereka orang-orang yang membatalkan shiyam (tanpa alasan syar’i) sebelum tiba waktu berbuka.’” (Hadits Shahih riwayat Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, juz 1 hal. 430; dan juga lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, hadits no. 3951) Wallahu a’lamu bish shawab. (Disadur dari majalah YDSUI)