Oleh: Tim Ulin-Nuha Ma’had ‘Aly An-Nuur
Allah telah menjelaskan di dalam kitab-Nya bahwa Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Dan ini telah menjadi ijma` umat Islam. Maknanya, beribadah pada malam itu nilainya lebih baik daripada beribadah selama seribu bulan, baik ibadah shiyam, shalat, membaca al-Qur`an atau ibadah yang lainnya.[1]
Sebagai pengingat dan untuk memudahkan kita dalam menghayati hakikat Lailatul Qadar, akan kami sebutkan beberapa keutamaan malam Lailatul Qadar sebagai berikut :
- Pada malam itu malaikat turun ke bumi dalam jumlah yang lebih banyak, karena bersamaan dengan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana firman Allah, “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin dari Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar [97] : 4).
- Setan tidak bisa berbuat jahat atau membuat kerusakan.[2]
- Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang menghidupkan (beribadah) Lailatul Qadar atas dasar iman dan penuh pengharapan (kepada ridha Allah), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim) [3]
- Lailatul Qadar belum pernah didatangkan kepada umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW. [4]
- Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar. Maksudnya, malam itu adalah malam yang penuh keselamatan dan kebaikan. Tak sedikit pun terdapat kejelekan sampai terbit fajar. Allah berfirman, “Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar [97] : 4).
- Pada malam itu para malaikat termasuk malaikat Jibril mengucapkan salam kepada orang-orang muslim.[5]
- Abu Bakar Al-Waraki berkata, “Masa kerajaan Nabi Sulaiman 500 bulan dan kerajaan Dzulqarnain selama 500 bulan. Maka jadilah masa dua kerajaan tersebut 1000 bulan. Lalu Allah menjadikan malam Lailatul Qadar mencukupi dua kerajaan tersebut.[6]
- Allah menurunkan surat Al-Qadar secara sempurna (keseluruhan) yang akan dikumandangkan hingga hari kiamat.
sumber: buku Fiqih Ramadhan; tim Ulin-Nuha Ma’had ‘Aly An-Nuur
[1] Risalah Ramadhan Abdullah Bin Jarullah Bin Ibrohim Al-Jarullah, hal. 131-132.
[2] Lihat: Tafsir Al-‘Ali Al-Qadir, 4/537.
[3] Lihat: Ad-Dur al-Mantsur, 8/585.
[4] Tapi ada juga yang mengatakan bahwa malam itu juga dipunyai oleh umat-umat terdahulu.
[5] Risalah Ramadhan Abdullah bin Jarullah Bin Ibrahim Al-Jarullah, hal. 131-132.
[6] HR. Al-Baihaqi.